DR IWAN MENGAJUKAN TAWARAN KEPADA PIHAK TELEVISI MILIK BOOS HERRY TANOE AGAR MENAYANGKAN FILM DOKUMENTER SEJARAH PRRI BERDASARKAN BUKU ELEKTROIK DR IWAN BERJUDUL THE PRRI HISTORY COLLECTION.
FILM DOKUMENTER INI AKAN MENJELASKAN MENGAPA TERJADINYA PRRI
BAGAIMANA TERJADI PERSAINGAN POLITIS DAN IDEOLOGIS ANTARA PROF DR SOEMITRO DJOYOHADIKUSUMOALAM AYANHNYA CAPRES PRABOWO SUBIATO VS BUNG KARNO AYAHNYA BU MEGA DGN JABOANNYA JOKOWI.
FILM DOKUMENTER INI PERLU DIKETAHUI OLEH SELURUH RAKYAT INDONESIA BAGAIMANA PROF DR SOEMITRO BERJUANG UNTUK IDEOLOGI ANTI KOMUNIS DAN REFORMASI DEMOKRASI VS BUNG KARNO DENGAN IDEOLOGIS BEBAS AKTIF TAK KE KIRI ATAU KEKANAN DAN DEMOKRASI TERPIMPIN.
BAGAIMANA PROF SOEMITRO DAN PUTRANYA PRABOWO SUBIANTO TERPAKSA MELARIKAN DIRI KE SUMATRA MULANYA KE PALEMBANG KEMUDIAN KE SUMATERA BARAT,MENDIRIKAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS
baca cuplikan film dokumentyer dibawah ini
15 Februari 1958
Reaksi dari PRRI adalah dengan mengumumkan pendirian Pemerintahan Tandingan yaitu Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) lengkap dengan kabinetnya pada tanggal 15 Februari 1958. Susunan Kabinet PRRI adalah sebagai berikut:
1. Syarifuddin Prawiranegara sebagai Perdana Mentri dan Mentri Keuangan.
2. M Simbolon sebagai Mentri Luar Negri.
3. Burhanudin Harahap sebagai Mentri Pertahanan dan mentri kehakiman.
4. Dr. Sumitro Djojohadikusumo sebagai Menteri Perhubungan/Pelayaran
Sejumlah tokoh pusat juga bergabung ke dalamnya seperti Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Asa’at, Moh. Natsir, Kol. Zulkifli Lubis dan bekas Perdana Menteri Burhanuddin Harahap dan lain-lain.
Sejak itu meletuslah apa yang disebut oleh Jakarta sebagai ”pemberontakan” oleh PRRI, tetapi sebaliknya para pendukungnya menyebut gerakan mereka sebagai ”pergolakan” daerah menentang rejim Jakarta yang inkonstitusional. amanah konstitusionalnya
Semenjak meresmikan pendirian Sekolah Tinggi Ekonomi (STE), Prof.Dr. Sumitro Djojohadikusumo tetap tinggal di Padang. Bahkan beliau tetap memberikan kuliah, disamping berbagai tugas yang dihadapinya dalam Dewan Banteng, sampai sekitar seminggu sebelum diproklamirkannya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada tanggal 15 Februari 1958.
Selama pergolakan PRRI, sebagian sivitas akademika Unand, termasuk dari Sekolah Tinggi Ekonomi dan bukan Unand secara institusional mulai terlibat dalam kegiatan PRRI, dampaknya tidak dapat dielakkan. Kegiatan perkuliahan di luar kota Padang terhenti sama sekali, sebagian tenaga pengajar Unand mulai berperan selaku staf ahli dalam lingkungan PRRI. Sebaliknya, sebagian besar mahasiswa telah berada dalam medan pertempuran melawan pasukan ABRI. Sebagian besar Tim affiliasi FEUI memegang peranan penting dalam Dewan Banteng. Sjofjan Jusuf langsung ditugaskan untuk mendirikan sebuah bank kemudian berkembang menjadi Bank Pembangunan Daerah (BPD), Samiadji Djajengwinardo sebagai Kepala Urusan Perdagangan Luar Negeri, dan Dwiono Chandradi sebagai penasihat Menteri Perdagangan Kabinet PRRI yang dijabat oleh Prof.Dr. Sumitro Djojohadikusumo.(fekonenand)
KATA SANJAK INI DIBACA OLEH SASTRAWAN INDONESIA ASAL MINANGKABAU AGAR TERDENGAR DENGAN INDAH
19 56 waktunya lupa
Natsir bicara apa adanya
Ummat Islam menghadapi bahaya
Inilah cobaan Allah ta’ala
Akan diindang, ditampi teras
Biar terpisah padi dan beras
Kaum muslimin haruslah tegas
Orang Komunis sedang mengganas
Dengan serius Natsir berqalam
Ibarat Ikan di dalam kolam
Dilempar batu jatuh ke dalam
Ummat Islam sedang terancam
Akan terjadi suatu drama
Ummat Islam harus waspada
Maju kena, mundurpun kena
Kepada Allah kita berdoa
Tiada perlu berpikir lama
Ummat Islam siaplah segera
Membela negeri, tanah tercinta
Diancam Komunis anti agama
Ada ditulis di koran koran
D.N. Aidit pernah mengatakan
Orang P.K.I anti Tuhan
Hatiku geram tiada tertahan
Membaca syair mungkin bosan
Tapi cerita perlu diteruskan
Eseipun ditulis dalam karangan
Silakan dibaca untuk dipikirkan
(Burhanuddin St Kayo)
Keadaan yang berubah
Situasi politik berkembang cepat
Orang Minang telah bersepakat
Rezim Soekarno sedang berkhianat
Jauh di hati harapan rakyat
Achmad Husein muncul ke depan
Mengumumkan tuntutan dengan permintaan
Lima hari lima malam waktu diberikan
Pemerintah mundur dari kekuasaan
Dua tuntutan dicatat sejarah
Perlu ditandai tinta merah
Berikan otonomi kepada daerah
Orang Komunis jangan memerintah
Presiden Soekarno bernafas sesak
Para panglima sedang menggertak
Daerah dianggap sebagai pemberontak
Kaum Komunis lalu bersorak
DAN MENJADI MENTERI PRRI DAN MENCARI DUKUNGAN DARI LUAR NEGERI SENJATA MELALUI AGEN CIA,DAN AKHIRNYA LARI KE MALAYA MEMBUKA SEKOLAH.
PROF SOEMITRO SAMPAI SAAT INI BELUM DIANUGRAHKAN GELAR PAHLAWAN NASIONAL BEGITU JUGA SAUDARANYA SUBIANTO DJOYOHADIKUSUMO YANG MENINGGAL SAAT REVOLUSI.
MEMANG PERSETERUAN DAN PERSAINGAN POLITIK ANTARA SWASTA DAN MILITER,JAWA DAN NON JAWA SUDAH ADA SEJAK DULU.
KISAH PRRI INI BANYAK DITUTPTUPI DAN NANYAK GENERASI MUDA TIDAK TAHU APA SEBENARNYA TERJADI
OLEH KARENA ITU DR IWAN TERHIMBAU MEMBERIKAN HAK UNTUK PENAYANGAN FILM DOKUMENTER PRRI INI KEPADA TV BOSS HARRY TANOE YANG MERUPAKAN PEDUKUNG CAPRES PRABOWO SUBIATO
DENGAN SYARAT HAK CIPTA DIHORMATI. SECARA GRATIS.
LIHAT BEBRAPA CUPLIKAN DARI FILM DOKUMENTER PRRI TERSEBUT
PADANG SUMATERA BARAT
TANAH KELAHIRANKU TERCINTA
Koleksi Sejarah Pergolakan PRRI Bagian Pertama
DEWAN BANTENG
Oleh
Dr Iwan Suwandy,MHA
Edisi Pribadi terbatas khusus Untuk Kolektor & Historian
Hak Cipta@Dr Iwan Suwandy 2013
PADANG SUMATERA BARAT
TANAH KELAHIRANKU TERCINTA
Bagian Keempat
Koleksi Sejarah Dewan Banteng dan PRRI
Oleh
Dr Iwan Suwandy,MHA
Edisi Terbatas Buku Elektronik Dalam CD-ROM
Hak Cipta @Dr Iwan Suwandy 2013
DAFTAR ISI
Pengantar
Buku Pertama
Koleksi Sejarah Dewan Banteng (1945-1957)
Buku Kedua
Koleksi Sejarah PRRI
( 1958-1961)
Lampiran Artikel Terkait
Pembahasan Catatan Kaki
Profil Penulis
KOLEKSI SEJARAH
DEWAN BANTENG
Oleh
Dr Iwan Suwandy,MHA
Edisi Pribadi Terbatas Buku Elektronik Dalam CD-ROM
Khusus Untuk Kolektor Senior dan Historian
Hak Cipta @ 2013
Uang RI yang sudah ditarik tetap berlaku diwilayah PRRI dengan Tanda tangan Ahmad Husein warna merah dan cap Panglima Angkatan Darat Devisi Dewan banteng.sedangkan uang 100o rupiah dengan tandatangan Sjafruddinprawiranegara.
Dr Iwan berdiri nomor dua kanan dihalaman rumah jalan Bundo Kandung 16 yang lokasi didepan
Kantor Dewan Banteng(sebelumnya adalah Panti Asuhan Bundo Kandung),sekarang Kantor Polisi Militer Korem SUMBAR
Pemilik Koleksi
Dr Iwan Suwandy ,MHA
Kombes Pol (P)
Penemu
Driwancybermuseum web Blog
Hhtp://www.Driwancybermuseum.wordpress.com
Koleksi Sejarah
Dewan Banteng
1945-1957
Agustus 1945
Ahmad Hussein pada masa pendudukan Jepang terpilih menjalani Latiha Gyugun,suatu latihan militer seperti PETA di Jawa.
Ahmad Gusein termasuk angkatan pertama pendidikan Gyugun di Padang bersama sekitar 40 orang lainnya,pendidikan tersebut selama aenam bulan dan ia diangkat menjadi Letnan Dua.
Ketika Jepang menyerah pada tahun 1945 disusl Proklamasi kemerdekaan Indonesia , Ahmad HUsein mengambil inisiatif mengumpulkan Pemuda, dan saat tersebut terbentuk BKR(Badan keaman Rakyat) di Padang .
(PRRI-Permesta,R.Z.Leirissa.jakarta.1991)
September 1945
Sekitar dua bulan setelah diproklamasikannya Republik Indonesia pada bulan september 1945 , pasukan sekutu yang dipimpin Mayor Anderson tiba di Emma Haven, Teluk Bayur. Mereka kemudian menduduki gedung-gedung, gudang dan barak bekas Jepang di Padang.
Bersama sekutu itu, membonceng pula NICA (Nedelandsch Indie Civil Administratie), yakni pemerintahan Sipil Hindia Belanda. Tujuannya tak lain mencengkeramkan kukunya kembali setelah tiga setengah tahun lamanya hengkang dari Indonesia karena keok oleh Jepang. Waktu Jepang takluk dalam perang dunia kedua karena dibombardir sekutu, gantian Belanda tergiur lagi hendak masuk ke Indonesia.
Janji Belanda kepada sekutu waktu masuk ke Sumatera dan tempat lainnya di Indonesia adalah untuk membebaskan tawanan perang , memulangkan Jepang ke negerinya dan ikut serta menjaga keamanan dan ketertiban umum hingga pemerintahan peralihan berfungsi kembali.
Belanda tidak diperkenankan oleh Komando Sekutu Asia Tenggara yang disebut SEAC untuk campur tangan dalam urusan pemerintahan Republik, baik sipil maupun militer.
Demikian cerita Zulwadi Datuk Bagindo Kalih, Ketua III Dewan Harian Daerah (DHD) ’45 Sumatera Barat, mengutip buku Sejarah Perjuangan Kemerdekaan 1945 – 1949 di Kota Padang dan sekitarnya yang disusun Dr Mestika Zed, MA dan kawan – kawan, tahun 2002.
Waktu ditemui di Gedoeng Joeang, jalan Samudera, Padang, ia menceritakan catatan-catatan sejarah perjuangan Kota Padang tempo dulu yang dirangkum dari berbagai sumber.
Merinding juga bulu roma ketika diceritakan tentang perlawanan rakyat Padang hingga peristiwa Indarung dan Bandar Buat dibombardir Belanda dari udara.
Sejak sekutu menyerahkan kembali Indonesia ke tangan Belanda, meskipun dengan perjanjian tidak akan turut campur dalam urusan Republik, namun kurenah Belanda yang terkenal “cerdik buruk” itu malah ingin menguasai kembali Indonesia sepenuhnya. Belanda melancarkan agresi dimana-mana di wilayah Republik.(Zulwardi Dt.Bagindo)
Pada masa konflik dengan tentara sekutu dari Inggris ,Ahmad Husein dipercayakan sebagai Komandan Padang Area,untuk koordinasi Pasukan serta Laskar Rakyat yang menentang Upaya Inggris dan belanda untuk menduduki Sumatera barat.
(PRRI-Permesta,R.Z.Leirissa.jakarta.1991)
Desember 1945
Pasukan Pemuda Bersenjata sedang siap menerima perintah di Aur Tajungkang Bukitttingi pada achir tahun 1945
17 Agustus 1947
Kartupos Khusus Perinagtan dua tahun Indonesia Merdeka dengan gambar Tentara,Tank dan pesawat Udara diterbitkan oleh BKST sumatera Tengah, kartupos ini terkirim dengan tambahan prangko NRI ,inilah satu-satunya kartupos asli yang liwat pos ditemukan oleh Dr Iwan di Padang.
17 Agustus 1947
Upacara pelantikan Kadet
Tiga orang Komandan Resimen : Abdul Halim, Resimen I di Bukittinggi, Burhanuddin resimen II di Sungai Penuh(Kerinci) dan Ahmad Hussein Resimen III di Solok.
Komandan Divis III Banteng Kolonel Dahlan Djambek dan Letnan Kolonel Jazid Aladin Kepala Markas Umum Divisi III dan Letnan Kolonel Ismael Lengah Komanda resimen III Divisi III Banteng.
Puteri Ksatria yang sedang melaksanakan tugas
Markas Polisi Tentara Detasmen 27 Resimen IV Divisi Banteng di Riau saat peringatan 2 tahun Indonesia merdeka 17 Agustus 1947
Laporan pelantikan perwira prajurit tamatan pendidikan Opsir Bukittinggi Angkatan Peratama dihadiri oleh dari kiri Letnan Kolonel Dahlan,Rasyid Manggis, Mayor Alude St.Maradjo,Major K.Rasjid. Baris Belakang dari kiri kekanan : Letnan Kolonel Hassan Basri,Mayor Nazif Latif,kapten zainuddin, Kapten St.Muchtar, Kapten Iljas Jakub, Kapten Djamhur Djamin
Pendidikan angkatan Kedua dalam latihan di Lapangan ,kapten Zainuddin dan Letnan II Rustam Djafar berada ditengah-tengah mereka
Peragaan sebelum pelantikan para kadet Tamatan Pendidikan Opsir Divisi IX/Banteng dilantik.
Panji-Panji Divisi IX yang baru diserahkan oleh Residen Sumatera Barat Mr.S.M Rasjid kepada Komandan Divisi IX Kolonel Ismael Lengah diarak keliling Buktitinggi
Upacra Pemakaman Mayor Rasyid di Taman Bahagia Bukittinggi kelihatan beberapa orang perwira sekutu yang menyeberang kepihak Republik Indonesia
Pasukan-pasukan Resimen VI/IX sedang berlatih dengan mariam anti tank
Pertemuan Komandan TNI NRI Sumatera Jenderal Major Suhardjo dengan Datuk Simaradjo Ninik Mamak Minangkabau Sumatera Barat
April 1948
Pada bulanApril 1948, berdasarkan hasil musyawarah para panglimadan pembesar Militer di Bukittinggi, setiap perwira harus diturunkan pangkatnya satu tingkat
(syamaun Gaharu)
4 Juni 1948
Presiden Sukarno berkunjung ke Bukittinggi,
dan IPHOS mengabadikan foto
Divisi Banteng sewaktu kedatangan Presiden Sukarno Di Bukittinggi tahun 1948
Bung Karno diatas Panggung kehormatan menyaksikan defile pasukan TNI dilapangan.
Dan Bung karno melihat defile pasukan disamping Jam Gadang dari Istana Wakil presiden,
(Nugroho Notosutanto)
Lokasi upacara di Bukittinggi
Dr Iwan 3 year old with Brothers-Sisters with mother at Kali kecil Padang dibelakang pasar tanah kongs (1948)
September 1948
September 1948 Bung Karno Pernah Berkunjung dan Pidato di Matur
Rakyat Matur bukan hanya cinta kepada pemimpin yang ada dipusat saja, tapi ajaran agama yang memuliakan Tuhan dan Rasul serta kedua orang tua dan guru mereka tertanam sejak lama. Oleh sebab itu tiap fatwa atau petunjuk dari guru-guru atau pemimpin pasti mereka terima tanpa ragu-ragu. Oleh sebab itu bagaimanapun meluapnya semangat jihad untukmenjaga kehormatan negara
(bandarost web blog)
19 Desember 1948
Kira-kira setengah jam sebelum jam 00.00 malam tgl 19 Desember 1948, pihak Belanda mengumumkan kepada Republik Indonesia dan pada Komisi Tiga Negara (KTN) bahwa Belanda tidak mengakui dan tidak terikat lagi dengan persetujuan Renville.
.
Bukittinggi, kota pusat pemerintahan Sumatera pada masa itu, sejak tengah malam tgl. 18 Desember 1948 pula telah menjadi incaran penyerbuan pihak Belanda dengan penerbangan pesawat udara militer Belanda berkeliling-keliling sambil menyebarkan pamflet-pamflet.
Pagi tgl 19 Desember satuan pesawat udara pemburu jenis mustang dari pihak Belanda menyerang kota Bukittinggi dan sekitarnya dengan membom serta menembaki beberapa obyek. Menjelang tengah hari serangan pesawat-pesawat udara itu dilakukan secara bergelombang-gelombang, menyebabkan timbulnya kepanikan penduduk.
Terlihat sampai malam orang-orang berkelompok mapun sendiri-sendiri meninggalkan kota mengungsi menyelamatkan diri.
Sebagai seorang pemuda pelajar SMA di Bukittinggi pada masa itu, penulis adalah juga anggota Tentera Pelajar (T.P.) Sumatera Tengah – Batalyon Bukittinggi .
Sungguhnya namanya anggota Tentera Pelajar, tetapi belum mempunyai pengalaman bertempur dalam peperangan.
Kalau perang-perangan dalam latihan kemiliteran pernah juga ada pengalaman diperoleh secara teratur sejak tahun 1946 sampai awal 1948, dengan pelatih-pelatihnya para perwira dan bintara dari unit Pendidikan dan Latihan Divisi III TKR (kemudian Divisi IX Banteng).
Pembentukan dan pembinaan Tentera Pelajar di Sumatera Tengah oleh Pimpinan Divisi III TKR/TRI tidaklah diarahkan untuk dijadikan pasukan tempur, tetapi disiapkan sebagai satuan-satuan cadangan dan bantuan dalam rangka wajib bela negara.
Kolonel M. Dahlan Jambek (alm.) selaku pimpinan Divisi III TRI pernah didatangi oleh wakil-wakil pelajar yang dengan semangat menyala-nyala meminta agar TRI mengikut sertakan satuan-satuan pelajar terlatih (T.P.) dalam pasukan tempur. Tetapi dengan hati-hati sekali beliau meminta pengertian para pelajar untuk terus bersekolah demi persiapan hari depan bangsa dan negara, disamping itu tetap berlatih menurut kesatuan masing-masing dengan teratur dan sungguh-sungguh. (lihat: Chaidir Nien Latief, Nostalgia dan Sejarah Perjuangan Pelajar di Sumatera, Merdeka 27 Desember 1980).
Dengan datangnya serangan yang mendadak dari pihak Belanda pada 19 Desember 1948 yang kebetulan pula mulainya liburan sekolah, maka maka tidak ada satupun pedoman, petunjuk maupun instruksi pimpinan Tentera Pelajar atau Pimpinan Organisasi pertahanan/keamanan lainnya yang dapat diikuti oleh para anggota T.P. di Sumatera Barat.
Pada umumnya para anggota T.P. yang bertebaran di Sumatera Barat mengambil inisiatif dan mengambil keputusan masing-masing untuk memilih cara dan bentuk perjuangan yang dapat dilanjutkan sebagai pelajar terlatih militer. Ada yang tinggal di dalam kota untuk menunggu kesempatan bersekolah kembali, tetapi ada pula yang memilih ke luar kota bergabung dengan kesatuan-kesatuan pejuang lainnya untuk bergerilya.
Dalam keadaan terombang-ambing untuk menentukan sikap disaat gawat tersebut, penulis terdampar pada senja 19 Desember 1948 ke markas Mobiele Brigade Polisi (Mobbrig) Sumatera Barat, di Birugo Bukittinggi. Rencana semula hendak menemui paman penulis sendiri (alm. Amir Mahmud, Inspektur Polisi I, Komandan Mobbrig Sumatera Barat, tetapi malam itu berkesempatan bertatap muka dengan Bapak Suleiman Effendi (Pembantu Komisaris Besar, Kepala Polisi Propinsi Sumatera Tengah) dan Bapak R. Abdurachman Suriokusumo (Komisaris Polisi I, Kepala Kepolisian Sumatera Barat).
Dari beliau beliau inilah penulis beroleh keterangan bahwa dalam waktu singkat mungkin tentera Belanda akan sampai di Bukittinggi; semua pasukan pasukan bersenjata serta pejabat pejabat pemerintah Republik Indonesia akan meninggalkan kota dan akan melanjutkan perjuangan secara bergerilya dari luar kota melawan kekuatan pemerintahan dan tentera pendudukan Belanda.
Penulis juga diberi advis pada waktu itu, supaya sebaiknya sebagai pelajar pulang saja ke kampung dan menunggu perkembangan sampai ada kemungkinan untuk bersekolah.
Dengan mengemukakan alasan bahwa penulis adalah pula salah seorang anggota Tentera Pelajar yang pernah mendapat latihan kemiliteran, memohon kiranya bapak bapak pimpinan kepolisisan tersebut mau membawa serta penulis dalam perjuangan ge-rilya di luar kota kemanapun akan pergi.
Permohonan penulis diperkenankan oleh Bapak Suleiman Effendi dan pada malam itu juga diberi tugas untuk membantu Pemb. Inspektur II Bustaman (terakhir Let. Kol. Pol. di Kodak Jakarta Raya) mengemasi arsip-arsip / dokumen-dokumen yang perlu diselamatkan.
Sebagai anggota polisi yang bergabung dalam korps Mobiele Brigade (Mobbrig) malam itu pula penulis memperoleh baju seragam / uniform Mobbrig Sumatera Barat yang pada waktu itu terdiri dari: celana dan kemeja khaki-dril, jaket wol berwarna coklat (bekas uniform tentera Australia) dan karena sepatu kulit tidak ada saat itu hanya diberi sepatu karet. Senjata diberi sebilah kelewang.
Meninggalkan markas di Birugo.
Tanggal 20 Desember 1948 pagi, didapat perintah supaya markas Mobbrig Sumatera Barat di Birugo, Bukittinggi (sekarang: kompleks di belakang SMA Negeri No.2) di-pindahkan ke Jirek (pada waktu itu kantor Jawatan Sosial), sedangkan bagian perlengkapan / perbekalan serta perbengkelan dipindahkan ke Sipisang (arah Utara dari Bukittinggi pada jalan raya menuju Bonjol). Hari ini serangan pesawat udara Belanda masih bergelombang gelombang datang menjelang tengah hari.
Bagi pimpinan pimpinan unit kerja memang tidak mudah dan ringan tanggung jawab yang harus dipikul dalam kekalutan yang dihadapi. Selain dari pada tugas dinas kepolisian harus lebih ditingkatkan kewaspadaan, disamping itu pengungsian keluarga keluar kota harus pula berjalan teratur, sedangkan fasilitas transport tidak tersedia cukup; pula distribusi / supply makanan petugas maupun pengungsi pengungsi memerlukan perhatian pengaturannya, dsb dsb.
Dalam kesibukan dan kekalang kabutan yang terjadi itu, penulis menemukan sepucuk senjata senapan/karabijn tergeletak di belakang pintu markas di Jirek. Sesudah ditanyakan berkeliling siapa yang bertanggung jawab atas pemakaian senjata itu, tidak seorang pun yang merasa kehilangan. Sejak hari itu penulis diberi izin oleh Komandan untuk memegang senapan yang sudah kehilangan tuan tersebut.
17 Oktober 1952
peristiwa 17 Oktober 1952.
Tntara di Istana Merdeka
Demonstrasi rakyat di Jakarta dan dikeluarkannya Pernyataan Pimpinan Angkatan Darat kepada Presiden Soekarno
di Istana Merdeka Jakarta oleh 16 perwira menengah Angkatan Darat.Petisi yang disampaikan kepada Presiden di depan Istana tersebut meminta agar Parlemen dibubarkan karena bukan hasil pilihan rakyat, dan menuntut agar segera diadakan Pemilu.
Peristiwa yang berlangsung pagi hari ini terjadi akibat kemelut yang terjadi di kalangan TNI Angkatan Darat sehubungan dengan diberlakukannya rasionalisasi tentara dan keterlibatan militer dalam lapangan politik.Atas demonstrasi tersebut
presiden akan memperhatikan semua tuntutan itu dan berpesan agar Angkatan Perang tetap menjaga ketenteraman umum.
Presiden juga mengatakan akan berkonsultasi dengan pemerintah mengenai hal ini dan mengusahakan secepat mungkin diadakan Pemilu.erjadinya Peristiwa 17 Oktober berkaitan dengan pro dan kontra rasionalisasi di tubuh militer. Kelompok lain dalam TNI, terutama dari kalangan yang dilatih pada jaman Jepang, berpendapat bahwa rasionalisasi yang hanya didasarkan pada kriteria pendidikan, umur, dan keterampilan saja, akan menimbulkan rasa kecewa dari beberapa pihak. Oleh sebab itu, perlu dipertimbangkan faktor nilai yang dibawa dari revolusi, yakni semangat. Semangat inilah yang membuat TNI berhasil mempertahankan kemerdekaan. Jadi bukan semata-mata karena profesionalisme keprajuritan.
Memang persoalannya tidak sederhana, karena kelompok yang pro-rasionalisasi adalah kelompok perwira bekas taruna Akademi Militer sebelum Jepang, dan yang kontra-rasionalisasi adalah kelompok yang berasal dari tentara yang dilatih pada jaman Jepang.
Kedua kelompok itu mempunyai pendukung yang beragam walaupun perwira-perwira bekas taruna Akademi Militer sebelum Jepang, seperti Nasution , Simatupang, Hidayat, dan Kawilarang terlihat cukup dominan pada kelompok prorasionalisasi.
Perbedaan kedua kelompok militer ini menjadi terbuka ketika Kolonel Bambang Supeno, bekas Komandan Akademi Militer, berusaha menentang rencana rasionalisasi tentara yang dilancarkan oleh Nasution dan memperoleh dukungan Menteri Pertahanan. Bambang Supeno menulis surat kepada Seksi Pertahanan dan Keamanan di DPR yang isinya menentang kebijaksanaan atasannya mengenai rencana rasionalisasi.
Akibatnya, Kolonel Bambang Supeno diskors oleh KSAD. Surat Supeno segera menjadi perhatian DPR.
Pada tahap ini, konflik yang berkembang tidak lagi bersifat militer belaka namun merentang ke persoalan politik di parlemen. Reaksi parlemen atas surat Kolonel Bambang Supeno dimulai oleh Ketua Seksi Pertahanan sendiri, Zainul Baharuddin.
17 Oktober 1952
Semua orang mengira Sultan Yogya akan meletakkan jabatannya. Tapi sebelum Sultan mengambil keputusan, terjadilah peristiwa 17 Oktober 1952.
Pagi hari itu sejumlah orang mengadakan demonstrasi. Mereka datang ke gedung Parlemen di Lapangan Banteng, mengusung spanduk bertulisan tuntutan “Bubarkan Parlemen”, “Parlemen bukan warung kopi”. Pelaku-pelaku demo terdiri dari abang becak, pelajar, rakyat biasa yang mau ikut karena dikasih bayaran.
Demo itu diorganisasi
oleh Kol. Drg. Mustopo Kepala Perawatan Gigi Tentara. Mustopo mengira Presiden akan senang dengan adanya demonstrasi itu, karena dianggapnya Soekarno tidak suka parlemen menurut model Barat.
Ketika Mustopo melapor di Istana, bukannya dia dipuji oleh Soekarno, melainkan dimarahi.
Para demonstran mendapati gedung parlemen kosong, karena sudah mulai rusak.
Mereka lalu bergerak menuju Lapangan Merdeka. Di tengah jalan rakyat biasa dan ingin tahu, bergabung.
Tiba di depan Istana jumlah orang demo sudah mencapai kira-kira 30.000 orang. Mereka berteriak “Bubarkan Parlemen”.
Presiden keluar dari Istana, lalu berjalan kaki menuju kerumunan yang berkumpul dekat pagar. Ia mengucapkan pidato singkat. Ia tidak menuruti tuntutan para demonstran.
Ia malahan berkata membubarkan parlemen berarti membuat dirinya sebagai diktator. Dia tak mau jadi diktator. Dia mau jadi abdi pertama dari rakyat.
Ketika selesai bicara dia melihat ke tempat di belakang kumpulnya para demonstran. Di sana terdapat dua buah tank dengan laras meriamnya ditujukan ke arah Istana. Demonstrasi yang diorganisasi oleh Kol. Mustopo rupanya bukan perkara kecil.
Komandan KMKBDR (Komando Militer Kota Besar Djakarta Raja) yang diberitahu ada sesuatu yang terjadi, lalu atas insiatif sendiri mengumumkan keadaan darurat dan mengirim satuan tentara
di bawah komando Mayor Kemal Idris ke Istana tanpa memberitahukan kepada Kemal apa tujuannya. Soekarno yang melihat semua itu dengan tenang menyelesaikan pidatonya, kemudian balik masuk Istana.
Tidak lama setelah demo bubar, sejumlah perwira staf dan panglima daerah dengan dipimpin oleh Simatupang-Nasution datang menemui Soekarno di Istana. Mereka mau berbicara, Soekarno terlebih dulu meminta hadir Wakil Presiden Hatta dan PM Wilopo, Sultan Yogya tidak hadir.
Nasution menyampaikan keluhan bahwa parlemen mencampuri organisasi tentara. Itu adalah urusan pimpinan tentara, bukan urusan politisi.
Lalu Letkol Sutoko Deputi KSAD dengan hampir menangis memohon kepada Presiden untuk membubarkan parlemen,
Panglima TT I Kol Simbolon dari Sumatera Timur mendukung permohonan Sutoko dan menyerahkan sebuah petisi dengan alasan kenapa mereka minta parlamen dibubarkan.
Simbolon meminta agar isi petisi bisa dipublikasikan. Soekarno menasihatkan supaya jangan menyiarkan petisi tersebut.
Dia menjanjikan akan mendesak kabinet agar mempercepat persiapan pemilihan umum. Setelah itu para perwira tadi pulang dengan tangan hampa.
Peristiwa 17 Oktober 1952 kemudian dicap oleh penulis-penulis Barat sebagai suatu “Wuld-be cup”, maunya satu kudeta. Tapi tidak jadi, karena aksi itu mempunyai ciri maksimum improvisasi , tapi minimum organisasi.
Tak lama kemudian Nasution dipecat dan digantikan sebagai KSAD oleh Kolonel Bambang Sugeng. Simatupang pada usia 34 tahun minta pensiun sebagai KSAP. Sultan Yogya keluar exit sebagai Menteri Pertahanan. Itulah sejarah 17 Oktober 1952
(Rosihan Anwar)
Bung Karno Dan Peristiwa 17 Oktober 1952
Sumber
http://www.berdikarionline.com/bung-karnoisme/20120219/bung-karno-dan-peristiwa-17-oktober-1952.html
Apa yang terjadi pada 17 oktober 1952?
Pagi-pagi sekali, 17 oktober 1952, 5000-an orang muncul di jalanan Jakarta. Mereka berbaris menuju gedung parlemen di Pejambon, Jakarta Pusat—sekarang jadi kantor Departemen Luar Negeri.
Sampai di gedung parlemen, massa langsung menerobos masuk dan menghancurkan beberapa kursi. Setelah menggelar aksinya di gedung parlemen, massa bergerak menuju ke istana Presiden. Jumlah massa bertambah besar: 30-an ribu jumlah mereka.
Sementara itu, di depan istana negara, tentara juga bertindak. Beberapa tank dan panser diparkir dengan moncong menghadap istana. Tidak ketinggalan empat meriam diarahkan tepat ke arah istana.
Bung Karno punya cerita tersendiri tentang kejadian itu. Dalam buku otobiografinya, Bung Karno: penyambung lidah rakyat, Soekarno bercerita: “pagi-pagi pada tanggal 17 oktober 1952, dua buah tank, empat kendaraan lapis baja, dan ribuan orang menyerbu memasuki gerbang Istana Merdeka. Mereka membawa poster –poster ‘bubarkan parlemen’. Satu batalyon altileri dengan empat buah meriam memasuki lapangan keliling istana. Meriam-meriam 25 pounder dihadapkan kepadaku. Pameran kekuatan ini mencerminkan kelatahan daripada jaman itu. Tindakan ini tidak dapat dikatakan bijaksana, olehkarena para panglima yang menciptakannya berada denganku di dalam Istana.”
Upaya Kudeta militer
Indonesianis terkemuka, Herbert Feith, dalam bukunya The Decline of Constitutional Democracy in IndonesiaI, menyebut para perwira angkatan darat berada di belakang aksi tersebut.
Ada juga yang menuding PSI, yang saat itu memainkan kartu anti-Soekarno dan anti-komunis, berada di balik gerakan tersebut. Posisi ini dipegang oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), dan pernah disampaikan langsung oleh ketuanya, DN Aidit, saat kongres ke-VI PKI.
Pemicunya, kata Aidit, PSI dan Masyumi tersingkir dari kekuasaan paska kejatuhan kabinet Sukiman. Kita tahu, kabinet Sukiman sangat disokong oleh PSI-Masyumi dan karakter kabinet ini sangat anti-kiri.
Soekarno sendiri punya pandangan lain perihal peristiwa tersebut. Kepada penulis otobiografinya, Cindy Adams, Soekarno menganggap peristiwa 17 oktober 1952 itu sebagai percobaan “setengah coup”. Istilah “percobaan setengah coup” itu disampaikan sendiri oleh Nasution kepada Bung Karno.
Hanya saja, versi Nasution, seperti dikutip Bung Karno, “upaya kudeta tersebut bukan ditujukan kepada Bung Karno, melainkan kepada sistim pemerintahan.” Mereka (Nasution dan kelompok) menuntut Bung Karno membubarkan parlemen.
Gerakan 17 oktober 1952 juga dirancang rapi. Pada 16 oktober 1952, perencanaan gerakan ini disusun. Wakil KSAD Letnan Kolonel Sutoko dan Letnan Kolonel S. Parman ditunjuk sebagai pelaksana operasi. Sedangkan pelaksana di lapangan ditunjuk Kolonel dr Mustopo dan Letkol Kemal Idris.
Seksi Intel Divisi Siliwangi mengerahkan demonstran dari luar Ibu Kota dengan menggunakan truk militer. Komondao militer kota Djakarta raya mengarahkan para jagoan betawi untuk memobilisasi massa.
Pagi hari, 17 oktober 1952, militer sudah bergerak sesuai pos masing-masing. Rakyat kebanyakan, termasuk buruh, juga diprovokasi untuk bergabung dalam aksi. Koran Harian Rajat pada edisi 18 oktober melaporkan bahwa banyak kantor dan pabrik yang tutup karena buruhnya berbelot ikut demonstrasi.
Pemicu Kudeta Militer
Di penghujung 1952, militer sudah sangat gerah dengan politisi sipil dan parlemen. Sementara, pada sisi lain, parlemen juga resah dengan meningkatnya pengaruh militer sebagai kekuatan politik tersendiri.
Pada tahun 1952, kementerian pertahanan dan angkatan perang, yang sangat dipengaruhi oleh PSI, berencana menjalankan reorganisasi dan memberhentikan 60 ribu pasukan non-reguler dan 30 ribu pasukan kepolisian. Selain itu, militer telah aktif melakukan kerjasama dan menerima bantuan dari Belanda.
Tindakan angkatan perang ini memicu protes dari dalam dan luar. Dari dalam, sejumlah perwira, khususnya yang dipimpin oleh Kolonel Bambang Supeno, mengajukan mosi tidak percaya kepada pimpinan angkatan perang.
Sedangkan dari luar, yakni sejumlah kekuatan politik di parlemen, telah mengajukan mosi tidak percaya.
Sejumlah pemimpin angkatan perang, khsusunya Nasution dan TB Simatupang, menganggap tindakan Kolonel Bambang Supeno telah melanggar hirarki dalam angkatan perang. Pada malam 11 Juli 1952, bertempat di rumah Mayor Jenderal T.B. Simatupang, berlangsung rapat 17 perwira tinggi angkatan perang.
Sementara itu, di parlemen, sejumlah politisi mengajukan mosi tidak percaya terhadap angkatan perang. Pada 28 September, anggota parlemen Zaenul Baharuddin mengajukan mosi tidak percaya terhadap Menteri Pertahanan dalam menyelesaikan konflik Angkatan Perang. Ia meminta selekasnya disusun Undang-Undang Pertahanan Negara.
Dua pekan setelah Baharuddin, Kasimo, dari Partai Katolik, mengajukan mosi yang lain: menuntut penyempurnaan Angkatan Perang dan pembentukan Panitia Negara untuk keperluan itu.
Sehari setelahnya, Manai Sophiaan menambah tuntutan Kasimo, yaitu usul agar Panitia Negara diberi kewenangan memecat pemimpin Angkatan Perang.
“Serangan” parlemen membuat para perwira angkatan perang mendidih.
Mereka menganggap parlemen telah memasuki wilayah teknis militer. Kolonel Gatot Soebroto, Panglima Teritorium VII/Sulawesi Selatan, bahkan sampai memberikan ultimatum. “Pokoknya di sana atau di sini harus bubar!,” katanya.
Pada tanggal 16 oktober 1952, parlemen menyetujui mosi Manai Sophiaan. Posisi Bung Karno, seperti dicatat Herbert Feith, cenderung menyetujui langkah Manai Sophiaan ini. Apalagi, sejak awal Bung Karno kurang setuju dengan langkah militer berpolitik dan mencampuri kehidupan sipil.
Sementara, pada persoalan yang lain, angkatan perang mengetahui ketidaksukaan Bung Karno terhadap demokrasi liberal. Bung Karno gerah dengan perdebatan panjang di parlemen tetapi tidak menyentuh persoalan rakyat.
Bahkan, tidak jarang debat warung kopi itu mengancam persatuan nasional. Jadinya, seolah-olah hendak menyatakan pandangan politik yang sama, pimpinan angkatan perang berusaha memanfaatkan Bung Karno untuk membubarkan parlemen.
Sikap Bung Karno
Bung Karno, yang ditempa puluhan tahun oleh alam perjuangan dan revolusi, bukanlah pemimpin yang gampang ditekan. Ia sama sekali tidak takut menghadapi aksi massa yang digerakkan oleh militer itu.
Bung Karno juga tidak gentar dengan tank, panser, dan meriam yang diarahkan kepadanya. “Hatiku tidak gentar melihat sekitar itu (istana) dikuasai oleh meriam-meriam lapangan. Bahkan, sebaliknya, aku menantang langsung kedalam mulut senjata itu dan kulepaskan kemarahanku kepada mereka yang hendak mencoba mematikan sistim demokrasi dengan pasukan bersenjata.”
Yah, pada saat itu Bung Karno memang sangat marah kepada Nasution. “Engkau benar dalam tuntutanmu, tetapi salah dalam caranya,” kata Bung Karno.
Saat itu, Presiden meminta lima orang perwakilan massa untuk menemui dirinya. Akan tetapi, tak satupun dari pemimpin massa itu yang berani. Akhirnya, Bung Karno keluar sendiri menemui massa.
“Utusan kalian menyampaikan tuntutan agar parlemen dibubarkan,” katanya seperti dikutip harian Suara Rakjat. “Ini jawaban saya: Bapak tidak mau berbuat dan dikatakan sebagai diktator.”
Bung Karno lebih lanjut mengatakan: “Siapa hendak memperkosa demokrasi, dia hendak memperkosa kemerdekaan itu sendiri. Siapa hendak diktator, dia akan digilas oleh rakyat sendiri. Bila kita tinggalkan demokrasi, negara kita ini akan hancur….”
Setelah mendapat penjelasan dari Bung Karno, massa pun membubarkan diri. Mereka tahu bahwa Presiden tidak menyetujui aksi mereka.
Setelah massa bubar, giliran petinggi militer, termasuk Nasution, menemui Bung Karno. Konon, Nasution menyodorkan konsep keadaan bahaya di seluruh Indonesia. Akan tetapi, usulan tersebut ditolak Bung Karno.
Hari itu, seusai menggelar aksi, militer memutus jalur telpon, melarang pertemuan massa yang melebihi 5 orang, dan memperpanjang jam malam dari pukul 22.00-05.00 menjadi pukul 20.00-05.00.
Militer juga membredel sejumlah media yang tidak mendukungnya: Harian Merdeka, Madjalah Merdeka, Mimbar Indonesia, dan Berita Indonesia. Sejumlah anggota parlemen juga ditangkap.
Beberapa bulan setelah kejadian, pertentangan di tubuh militer makin menajam. Sejumlah perwira militer yang tunduk kepada Bung Karno melancarkan gerakan pengambil-alihan kepemimpinan terhadap perwira militer pro-17 Oktober 1952. Itu terjadi di Teritorium V/Brawijaya (Jatim), Teritorium VII/Sulawesi Selatan, Teritorium II di Sumatera Selatan.
Nasution juga sempat diberhentikan karena kejadian itu. Akan tetapi, karena pertimbangan persatuan nasional, Bung Karno mengaktifkan kembali Nasution pada jabatan lain.
5 Desember 1952
Kol Bambang soegeng diangkat menjadi kASAD mengantikan A.H.Nasution
(wiki)
1953
Lantas di balik selubung bahaya ancaman komunisme, AS selalu berhasil memperdayai elite militer dan politik Indonesia.
Gambaran lebih jelas mengenai Indonesia dikemukakan Presiden Eisenhower dalam konferensi gubernur negara bagian AS tahun 1953.
Ia mengatakan, sumbangan AS sebesar 400 juta dollar AS membantu Perancis dalam perang Vietnam bukanlah sia-sia. Jika Vietnam jatuh ke tangan komunis, negara tetangganya akan menyusul pula. “Kita tidak boleh kehilangan Indonesia yang sangat kaya sumber daya alamnya,” ujarnya.
Bagi AS, di dunia ini hanya dikenal dua blok, yaitu komunis dan liberal. Di luar jalur itu dikategorikan sebagai condong ke komunis. Maka dengan kosmetik demikianlah bagi AS tidak ada ampun untuk seorang nasionalis seperti Soekarno.
(penasukarno)
30 Juli 1953
Tanggal 30 Juli 1953 – 24 Juli 1955 adalah masa Kabinet Ali Sastroamidjojo I(iluni)
1 Agustus 1953
. Kabinet yang dipimpin oleh Mr Ali Sastroamidjojo dari PNI sebagai Perdana Menteri dan Mr Wongsonegoro dari PIR (Persatuan Indonesia Raya) sebagai wakilnya, kala itu belum genap berusia dua tahun sejak dibentuk 1 Agustus 1953.
Ali baru saja menjadi penyelenggara Konperensi Asia Afrika di Bandung pada bulan April yang dianggap suatu keberhasilan internasional.
(gungun Gunawan)
1955
1 Mei 1955
Merasa terjepit, KSAD Jenderal Mayor Bambang Soegeng memilih untuk mengundurkan diri dan menyerahkan kepemimpinan Angkatan Darat kepada
Wakil KSAD Kolonel Zulkifli Lubis.
Kolonel bermarga Lubis ini masih terbilang sepupu Kolonel Nasution, namun kerapkali bersilang jalan dalam beberapa peristiwa karena berbeda pendapat dan sikap.
(gungun Gunawan)
21 Juni 1955
Tanggal 21 Djuni 1955 adalah hari ulang tahun ke-4 Teritorial I “Bukit Barisan”. Empat tahun juang lalu pada tanggal 21 Djuni 1951 oleh panglima Tentara Teritorium I(Bukit barisan) diresmikan ,kewadjiban pemakaian lentjana”Bukit barisan” untuk anggota Angkatan darat Territorium I.
(SK Penerangan,koleksi Dr Iwan)
Peristiwa 27 Juni 1955
Pemerintah mengisi kekosongan jabatan KSAD itu dengan mengangkat
Kolonel Bambang Utojo
pada 27 Juni 1955, yang tadinya adalah Panglima Tentara dan Teritorium II/Sriwijaya.
Namun ketika Kolonel Bambang Utojo dilantik oleh Presiden Soekarno, tak seorangpun perwira teras dan pimpinan Angkatan Darat yang hadir, mengikuti apa yang diinstruksikan Wakil KSAD Zulkifli Lubis, untuk menunjukkan ketidaksetujuan mereka –yang tadinya tidak digubris oleh pemerintah.
Zulkifli Lubis sekaligus menolak melakukan serah terima jabatan KSAD dengan Bambang Utojo yang telah berpangkat Jenderal Mayor.
Peristiwa ini dikenal sebagai Peristiwa 27 Juni, yang mengakibatkan jatuhnya pemerintahan sipil Kabinet Ali-Wongso
(gungun Gunawan)
Saya pernah membaca disurat kabar(sayang belum ketemu dimana menaruhnya,sedang dicari),saat pelantikan diistana Negara para tamu yang bersalaman dengan Bambang Utoyo binggung saat mengajukan tangan kanan untuk bersalaman ternyata tanggannya bunting(akibat ledakan franat) sehingga bersalaman dengan kedua tangan saja ,tak mungkin dengan tangan kiri kurang etis.
(Dr Iwan)
12 Agustus 1955
Masalah penggantian pimpinan Angkatan Darat ini akhirnya diselesaikan oleh kabinet baru – koalisi Masjumi dengan beberapa partai, dengan PNI sebagai partai oposisi – yang dipimpin oleh Burhanuddin Harahap yang dilantik 12 Agustus 1955, hanya 38 hari sebelum Pemilihan Umum 1955 untuk DPR.
(gungun Gunawan)
Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 24 Maret 1956) dan Sumitro kembali dipercaya sebagai Menteri Keuangan.(iluni)
Dr Iwan age 10 years olddan keluarga di Benteng Fort de Kock Bukittinggi tahun 1955
25 Agustus 1955
bung hatta pidato di banyuwangi 25 agustus 1955, sampe kambing pun ikut dengerin..
29 September 1955
pemungutan suara dalam Pemilihan Umum 1955 –yakni pemilihan 272 anggota DPR 29 September
(gungun Gunawan)
Tahap pertama adalah Pemilu untuk memilih anggota MPR. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 29 September1955, dan diikuti oleh 29 partai politik dan individu
(wiki)
Koleksi dokumen Kampanye Pemilu Pertama
Brosur sebaran PSI Pada Pemilu I
Kampanye Pemilu Pertama
Sutan Syahrir kampanye PSI pada Pemilu Pertama 1955
Sukarno saat Pemilu pertama
Bung Karno Saat Pemilu Pertama
Bung Hatta saat Pemilu Pertama
Koleksi Kartu Suara Pemilu Pertama Indonesia 29 September 1955
Koleksi Dr Iwan suwandy
1. bagian atas kartu suara
2. (Tanda gambar Partai Peserta PEMILU
a. Seluruh Partai)
b. tanda Gambar beberapa Partai
(Dr Iwan)
Pemilihan Umum Indonesia 1955
adalah pemilihan umumpertama di Indonesia dan diadakan pada tahun 1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia yang paling demokratis.
Pemilu tahun 1955 ini dilaksanakan saat keamanan negara masih kurang kondusif; beberapa daerah dirundung kekacauan oleh DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) khususnya pimpinan Kartosuwiryo. Dalam keadaan seperti ini, anggota angkatan bersenjata dan polisi juga memilih. Mereka yang bertugas di daerah rawan digilir datang ke tempat pemilihan. Pemilu akhirnya pun berlangsung aman.
Pemilu ini bertujuan untuk memilih anggota-anggota MPR dan Konstituante. Jumlah kursi MPR yang diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi Konstituante berjumlah 520 (dua kali lipat kursi MPR) ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah.
Pemilu ini dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana MenteriAli Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo mengundurkan diri dan pada saat pemungutan suara, kepala pemerintahan telah dipegang oleh Perdana Menteri Burhanuddin Harahap
Lima besar dalam Pemilu ini adalah Partai Nasional Indonesia mendapatkan 57 kursi MPR dan 119 kursi Konstituante (22,3 persen), Masyumi 57 kursi MPR dan 112 kursi Konstituante (20,9 persen), Nahdlatul Ulama 45 kursi MPR dan 91 kursi Konstituante (18,4 persen), Partai Komunis Indonesia 39 kursi MPR dan 80 kursi Konstituante (16,4 persen), dan Partai Syarikat Islam Indonesia (2,89 persen).
Partai-partai lainnya, mendapat kursi di bawah 10. Seperti PSII (8), Parkindo (8), Partai Katolik (6), Partai Sosialis Indonesia (5). Dua partai mendapat 4 kursi (IPKI dan Perti). Enam partai mendapat 2 kursi (PRN, Partai Buruh, GPPS, PRI, PPPRI, dan Murba). Sisanya, 12 partai, mendapat 1 kursi (Baperki, PIR Wongsonegoro, PIR Hazairin, Gerina, Permai, Partai Persatuan Dayak, PPTI, AKUI, PRD (bukan PRD modern), ACOMA dan R. Soedjono Prawirosoedarso).
|
Partai |
Jumlah Suara |
Persentase |
Jumlah Kursi |
|
Partai Nasional Indonesia (PNI) |
8.434.653 |
22,32 |
57 |
|
Masyumi |
7.903.886 |
20,92 |
57 |
|
Nahdlatul Ulama (NU) |
6.955.141 |
18,41 |
45 |
|
Partai Komunis Indonesia (PKI) |
6.179.914 |
16,36 |
39 |
|
Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) |
1.091.160 |
2,89 |
8 |
|
Partai Kristen Indonesia (Parkindo) |
1.003.326 |
2,66 |
8 |
|
Partai Katolik |
770.740 |
2,04 |
6 |
|
Partai Sosialis Indonesia (PSI) |
753.191 |
1,99 |
5 |
|
Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) |
541.306 |
1,43 |
4 |
|
Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti) |
483.014 |
1,28 |
4 |
|
Partai Rakyat Nasional (PRN) |
242.125 |
0,64 |
2 |
|
Partai Buruh |
224.167 |
0,59 |
2 |
|
Gerakan Pembela Panca Sila (GPPS) |
219.985 |
0,58 |
2 |
|
Partai Rakyat Indonesia (PRI) |
206.161 |
0,55 |
2 |
|
Persatuan Pegawai Polisi RI (P3RI) |
200.419 |
0,53 |
2 |
|
Murba |
199.588 |
0,53 |
2 |
|
Baperki |
178.887 |
0,47 |
1 |
|
Persatuan Indonesia Raya (PIR) Wongsonegoro |
178.481 |
0,47 |
1 |
|
Grinda |
154.792 |
0,41 |
1 |
|
Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai) |
149.287 |
0,40 |
1 |
|
Persatuan Daya (PD) |
146.054 |
0,39 |
1 |
|
PIR Hazairin |
114.644 |
0,30 |
1 |
|
Partai Persatuan Tharikah Islam (PPTI) |
85.131 |
0,22 |
1 |
|
AKUI |
81.454 |
0,21 |
1 |
|
Persatuan Rakyat Desa (PRD) |
77.919 |
0,21 |
1 |
|
Partai Republik Indonesia Merdeka (PRIM) |
72.523 |
0,19 |
1 |
|
Angkatan Comunis Muda (Acoma) |
64.514 |
0,17 |
1 |
|
R.Soedjono Prawirisoedarso |
53.306 |
0,14 |
1 |
|
Lain-lain |
1.022.433 |
2,71 |
– |
Jumlah |
37.785.299 |
100,00 |
257 |
7 Nopember 1955
Paada tahun 1955 Bung Karno memanggil kembali Nasution menjabat KASAD untuk kedua kalinya
(baratamedia web blog)
Pada penyelesaian akhir, berdasarkan musyawarah para perwira senior dan pimpinan Angkatan Darat, diajukan enam calon KSAD, salah satunya adalah Kolonel Abdul Harris Nasution.
Kabinet memilih Nasution. Soekarno ‘terpaksa’ mengangkat kembali
Nasution sebagai KSAD dan melantiknya 7 Nopember 1955
dengan kenaikan pangkat dua tingkat menjadi Jenderal Mayor
16 Oktober 1956
Saya ingin peringatan soal-soal ini kembali ,yang ini meningkat kepada Peristiwa 16 Oktober di Jakarta pada waktu RPKAD dan sebagian Pasukan didalam kota tersangkut untuk melakukan pula suatu tindakan yang melanggar hokum , yaitu Menagkap Pimpinan Angkatan darat dan ingin memaksakan perubahan Pemerintah.
Syukurlak soal ini semua yang terutama berlangsung dikalangan Markas Besar angkatan Darat TT III dan Jakarta Raya sendiri dapat diatasi walaupun tindakan-tindakan ini tidak diselesaikan sebagimana sesuatu tentara, tapi dapat diselesaikan dalam arti kita kembali kepada pendirian sebagai Negara dan sebagai Alat Negara yang sebagaimana mustinya.
(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)
20 Oktober 1956
Setelah peristiwa ini(13 agustus dan 16 oktober 1956), mka pada bulan Desember Peristiwa di daerah-daerah , saya mengingatkan kepada para Panglima yang terakhir pad tanggal 20 Oktober dimana memang jelas dikalangan Pimpinan Angkatan darat timbul suatu pendapat yang sama bahwa keadaan Negara banyak sekali tidak memuaskan menurut apa yang dicita-citakan dan dalam saat ini sejumlah dari teman-Teman kita dengan tegas menyatakan satu-satunya jalan ialah bahwa Tentara mengambil tindakan untuk mempelopori yang akhir ini dan tidak bisa diharapkan lagi dalam rangka Tata Negara yang berlaku sekarang ini.
(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)
November 1956.
Salah satu yang dibahas adalah kekecewaan atas kepemimpinan Nasution sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Dia dianggap kurang memiliki perhatian kepada prajurit.Kawan-kawan di Korps SSKAD itu bersepakat, situasi ke depan bakal semakin gawat.
Keretakan di tubuh TNI tak terbendung. Apalagi pengaruh komunisme semakin merajalela. Dalam reuni itu diputuskan, “Bila kami terpaksa berhadapan, tidak akan saling menembak.”
Ventje samual dan Bung Karno
Keresahan di sejumlah daerah di Sumatera akhirnya melahirkan pergolakan.
( Ventje Samual )
Pada bulan November 1956 Rombongan Alumni SSKAD(Sekolah Staf Komando Angkatan Darat) TT Bukit Barisan kembali dari reuni Alumni SSKAD di bandung, Tim TT Bukit Barisan, yang dipimpin Mayor Wahab Makmour memberi penjelasan panjang lebar kepada Palingmanya . Intinya adalah masalah Pemimpin Angkatan darat dan kekacauan yang terjadi dalam jajaran Alat Negara ini,
Kol. Simbolon berkesimpulan situasi Negara sudah sangat gawat karenya,sesuai desakan para stafnya, ia menunda berangkat ke Jakarta padahal KSAD ingin ia segera ke Jakarta hendak mengantinya dengan Kolonel Lubis sebagai Panglima TT Bukit Barisan, sementara itu Kolonel Lubis pun telah menghilang. Berbagai lasan perlu dikemukakan karena Kolonel Yani datang ke Medan, menanyakan mengapa Simbolon belum ke Jakarta.
(PRRI-Permesta,R.Z.Leirissa.jakarta.1991)
10 November 1956
Anggota konstituante mulai bersidang pada 10 November 1956. Namun pada kenyataannya sampai tahun 1958 belum berhasil merumuskan UUD yang diharapkan.
20-24 November 1956
Pertemuan sejumlah perwira aktif dan perwira pensiunan eks. Divisi Banteng di Jakarta itu kemudian dilanjutkan dengan mengadakan Reuni di Padang dari perwira-perwira aktif dan pensiunan eks. Divisi Banteng pada tanggal 20 –24 Nopember 1956 yang pada pokoknya membahas masaalah politik dan sosial ekonomi rakyat di Sumatera Tengah.
Reuni yang dihadiri oleh sekitar 612 orang perwira aktif dan pensiunan dari eks. Divisi Banteng itu akhirnya membuat sejumlah keputusan yang kemudian dirumuskan di dalam tuntutan Dewan Banteng
(Ventje Samual)
Reuni Padang November 1956
Reuni Jakarta dilanjutkan dengan Reuni di Padang pada tanggal 20-24 November 1956. Reuni ini dihadiri oleh 612 orang perwira aktif maupun pensiunan.
(oetoesan melajoe)
26 November 1956
Dua hari setelah deklarasi yang dikeluarkan Dewan Banteng di Padang, Kolonel Maluddin Simbolon di Sumatera Utara mengeluarkan deklarasi serupa namun lebih radikal dari Deklarasi Dewan Banteng.
Simbolon langsung menyatakan tidak mengakui pemerintahan PM. Djuanda dan menyatakan daerahnya berada daam Darurat Perang (SOB).
Akibatanya Simbolon digantikan dengan Djamin Ginting, akibatnya Simbolon beserta pasukannya melarikan diri ke Padang.
Sangat aneh sekali, kenapa Kol. Maluddin Simbolon memutuskan membangkang terhadap pusat?
Sebab kondisi pasukan dan daerahnya tidak serupa dengan di Sumatera Tengah. Selain itu, deklarasi Simbolonpu lebih radikal, tidak seperti Dewan Banteng. Salah satu penyebab kenapa Simbolon tidak berhasil di Sumatera Utara ialah karena keragaman etnis dan agama. Sehingga tempat berpijaknya kurang kokoh. Kondisi ini berlainan dengan yang berlaku du Sumteng.
Lalu kenapa Simbolon yang seorang Nasrani memutuskan melarikan diri ke Padang? Kenapa bukan ke Singapura ataupun Sulawesi Utara? Kenapa Ahmad Hussein menerimanya di sana, padahal Simbolon sedang bermasalah dengan pusat? Bukankah hal tersebut dapat mempersulit posisi Ahmad Husein di hadapan pemerintahan pusat?
(Oetoesan Melajoe)
20 November 1956
Adalah juga pada bagian kedua tahun 1956 itu di masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamidjojo, bermunculan gerakan-gerakan yang berdasar kepada ketidakpuasan daerah terhadap pemerintahan pusat.
Gerakan-gerakan daerah ini secara signifikan diperlopori oleh kalangan militer di daerah. Dalam reuni eks Divisi Banteng di Padang pada 20 Nopember, muncul inisiatif pembentukan Dewan Banteng yang diketuai oleh Komandan Resimen IV Tentara dan Teritorium (TT) I, Letnan Kolonel Achmad Husein. Dewan ini menuntut otonomi daerah yang lebih luas.
(gungun Gunawan)
On December 1, 1956,
Mohammad Hatta had resigned as vice president in protest against Sukarno’s growing authoritarianism. Hatta’s exit from the political scene did not improve the relations among the central government, Sumatra, and the eastern archipelago, where Hatta was very popular.
4 Desember 1956
Melihat situasi yang gawat, simbolon mengadakan rapat perwira yang disebut “Ikrar 4 Desember 1956”
(kolektor sejarah Web Blog)
Ikrar 4 Desember 1956
Situasi Negara yang gawat mendorong Simbolon mengadakan Rapat dengan Perwira-Perwira Utama dalam TT I pada 4 Desember 1956 di Medan.Disini Keputusan reuni Korps SSKAD di bandung kembali dibicarakan.
Dalam kesempatan ini Kolonel Simbolon mengajukan pandangan Politiknya seperti yang eprnah dikemukakannya kepada Bung Karno di jkarta beberapa tahun sebelumnya.
Baginya, langkah yang tepat adalah mengubah seluruh Sistem Pimpinan Negara, bukan hanya Pimpinan Angkatan darat.Yang diperlukan adalah koreksi menyeluruh yang mencakup keiingan Korps SSKAD,Keputusan Dewan banteng, dan gagasan Kolonel Simbolon sendiri.
Kesimpulan Rapat ini disebut “Ikrar 4 Desember”, yang realisasinya ,menurut pemahaman Simbolon dan disepakati semua Perwira yang hadir saat ini, dipercayakan kepadanya.
Gelaspun diangkat untuk memperkuat tekad mereka, isinya diminum dan gelas dilemparkan sampai pecah sebagai simbol , mereka bersatu padu, membuang semua perselisihan dan perbedaan yang pernah timbul pada masa lalu.
Pertemuan 4 Desember 1956 ini dihadiri seluruh Staf Pimpinan T & T I dan kemudian Komandan resimen, berberapa Perwira Menengah dan Para Komandan Btalyon Cadangan T & T I .
Para Penanda Tangan Naskah Ikrar 4 Desember 1956 anatar lain : Kolonel simbolon Panglima TT I Bukit Barisan, Letkol Djamin Gintings,KS TT I BBB, Letkol Sjamaun Gaharu Komadan Resimen I(Aceh),Mayor Wahab Makmour,Dan Resimen (Sumatera Timur), Mayor Junis Samosir,Dan Resimen III(Tapanuli), Letkol Ahmad Husein Dan resimen Sumatera tengah.
Persamaan Ikrar 4 Desember 1956 dengan Gagasan dewan Banteng memang banyak, namun sangat banyak perbedaan Politis dan Kemasyarakatn anatara Wilayah sumatera timur dan sumatera tengah. Selan itu, selain ada kesamaan cita-cita gerakan itu, dalam pelaksanaannya tampak perbedaan yang besar, perbedaan yang menyebabkan pelaksanaa”Ikrar 4 desember” tersebut mengalami kegagalan.
Ada beberapa hal perbedaan:Kedudukan Kolonel Simbolon tidak sekokoh kedudukan Letkol Ahmad Husein.sejak Agustus 1956 , KSAD sudah menetapkan Simbolon harus menyerahkan Tongkat Komandonya di Medan karena itu perannya dalam Gerakan “Ikrar 4 Desember” merupakan pembangkangan langsung.Pada pihak lain, posisi Letkol Ahmad Husein,yang didukung para perwira eks Divisi Banteng diberbgai daerah Indonesia lebih kuat sehingga kedudukannya sebagai Ketua Dewan Banteng tidak mendapat kecaman terbuka dari pihak MBAD,juka ketika ia mendapat mandat dari Gubernur Sumatera tengah untuk menjalankan tugas Kepala Daerah sejak 21 Desember 1956, kedudukannya bahkan diperkuat setelah MBAD meningkatkan Komandonya Daerah sumatera Tengah(KDMST) sehingga ia pun mendapat predikat Panglima.
(PRRI-Permesta,R.Z.Leirissa.jakarta.1991)
22 Desember 1956
Simbolon memisahkan diri dari Pusat
(Nugroho Notosutanto)
Tidak lama kemudian mulailah meletus peristiwa di Medan dimana Panglima TT I memisahkan diri dari pusat dan tidak mengakui Pemerintah lagi tetapi menyatakan tetap taat kepada Panglima Tertinggi(Sukarno).
Disusul pula oleh peristiwa daerah-Daerah lain seperti sumatera tengah satu hari sebelumnya, daerah lain seperti Sumatera Selatan atas dasar putusan DPR Peralihan maka diputuskan supaya Panglima TT II memimpin Pemerintahan di Sumatera Selatan.
(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)
24 Desember 1956
Menyusul tindakan simbolon di medan tanggal 22 Desember 1956, Let Kol Barlian Panglima TT II (Sriwijaya) pada tanggal 24 Desember 1956 juga menyatakan memutuskan hubungan dengan Pemerintah Pusat.
(R.Z.Leirissa)
26 Desember 1956
Pada tanggal 26 Desember, di Pematang Siantar, yang menjadi Ibu Kota RES.II , Letkol Wahab Macmour menyatakan mengambil alih kekuasaan.Letkol Franz Hutabat menyerang Pematang siantar dan tewas sebagai pemberontak , Let Kol Wahab Makmoer telah mengambil alih kekuasaan Resort II Pematang siantar.karena ketika Pusat merintahkan untuk mengambil alih kekusaan disini, Let Kol djamin Gintings menyatakan tidak sanggup dan baru bertindak Letkol Wahab Macmour Kolonel Simbolon melarikan diri ke Tapanuli , keadaan di TT –I boleh dikatakan tenang kembali serta Kol Simbolon dibiarkan berkeliaran di Sumatera Tengah sesuak hatinya
.(Majallah Terang Bulan Medan 1958)
Pada tanggal 26 Desember malam,
Kol Simbolon masih mengadakan Perayaan Natal ditempat Kediaman Panglima yang dihadiri seluruh Perwira Garnizun Medan, termasuk Djamin Gintings. Perayaan ini berlangsung meriah dan tidak ada tanda-tanda bakal terjadi sesuatu.
(R.Z.Leirissa)
27 Desember 1956
Pada tanggal 27 Desember 1956 menjelang pagi, Simbolon menerima berita bahwa Pasukan Mayor Wahab Makmour sedang berusaha menangkapmnya. Tindakan Komandan Rseimen Sumatera timur itu rupanya berhubungan dengan berita bahwa ia diangkat KSAD mengantikan Simbolon di sumatera Utara.
Keadaan semakin gawat karena Kepala staf TT I Bukit Barisan Let.Kol. Djamin gintings pun mendapat berita bahwa dirinyalah yang diunjuk menjadi penganti Simbolon sebagai Panglima. Simbolon sendiri tidak mendengar berita itu,juga tidak ad laporan dari Perwira Stafnya.
Perwira Staf TT I yang ikut memimpin Penyergapan ke rumah Panglima Kol.Simbolon adalah mayor Ulung Sitepu (yang kemudian terlihat dalam G 30 S PKI dan dijatuhi hukuman mati oleh Mahmilub,), Mayor Wahab Makmour kemudian ternyata sudah dibina PKI.
Dalam situasi yang serba mendadak itu Kolonel Simbolon hanya bisa mengandalkan satu batalyon di Kota Medan yang tetap setia padanya, Batalyon 132 yang dipimpin Kapten Sinta Pohan, yang merupakan Batalyon cadangan yang tidak dimasukkan dalam salah satu resimen langsung berapa dibawah Panglima.
Batalion 131 yang dipimpin Mayor Henry Siregar pun sebenarnya batalion cadangan tetapi ketika itu Batalyon tersebut sedang bertugas ke Aceh .
Setelah mempertimbangkan secara matang, Kol Simbolon memutuskan untuk tidak menghadapi Pasukan Wahab Makmour yng dibantu Kesatuan Kavaleri, ia mengundurkan diri ke Tapanuli menuju tempat Resimen III yang dipimpin Mayor J.Samosir yang masih bisa diandalkan.
Tindakan ini diambilnya karena bila bertahan dalam kota,pasti akan terjadi pertempuran dan yang akan paling menderita adalah rakyat umum..Keputusan ini disampaikan juga kepada Gubernur Komala Pontas ,selain itu ia juga menyarankan Gubernur supaya menghubungi pasukan Wahab Makmour agar gerakan Pasukan yang mengawalnya jangan dihalang-halangi karena suatu provokasi kecil saja akan mengakibatkan pertempuran.
(R.Z.Leirissa)
27 Desember 1956
Pada tanggal 27 Desember 1956 dinyatakan melalui RRI Medan bahwa Let Kol Djamin Ginting telah mengambil alih kekuasaan dari Kolonel Simbolon dan hubungan ke Pusat dibuka kembali. Kemudian diangkatlah Letkol Djamin Gintings sebagai Panglima TT I .
(Terang Bulan,1958)
Foto Jamin Ginting
Tahun 1975, let jen Jamin ginting meninggal di Canada sebagai sebagai Duta besar RI di Canada.
(Dr Iwan)
Pada 27 Desember 1956 subuh, Simbolon menerima berita ada pasukan yang diperintahkan menangkapnya. Dengan perlindungan dari Batalyon 132 dibawah Kapten Sinta Pohan, dia bergerak ke Tapanuli bergabung dengan Resimen III Mayor J Samosir
(kolektorsejarah web blog)
Kira-kira sekita jam 09.00 pagi tanggal 27 Desember Kolonel Simbolon dikawal Batalion Sinta Pohan bergerak meninggalkan Medan menuju Tapanuli, melalui wilayah yang dikuasai Pasukan Wahab Makmour.
Sejak di Prapat sampai tarutung Rombongan Simbolon selalu diamati oleh Pesawat tempur AURI, yang bahkan sering menukik tanpa menembak, keadaan ini menyadarkan Simbolon bahwa ia tidak dapat berdiam di tapanuli karena sewaktu-waktu wilayah itu bisa diserang, ia memutuskan bertolak ke Padang tanpa pasukan. Hanya Mayor Rambe ,ajudan Letda K.Sinaga dan Lettu Zulkifli Nasution yang menyertainya ke Padang. Ketiga perwira ini kemudian diperintahkan ke Jakarta dan melapor kepada KSAD.
Pasukan sinta Pohan diperintahkan bergabung dengan mayor Samosir di Tapanuli,sejak itu Kolonel Simbolon berada di Padang dan mengikuti per-kembangan selanjutnya dari Kota dewan banteng itu dengan mendapat segala fasilitas dari resimen 4 yang kemudian menjadi KDMST.
(R.Z.Leirissa)
KATA SANJAK INI DIBACA OLEH SASTRAWAN INDONESIA ASAL MINANGKABAU AGAR TERDENGAR DENGAN INDAH
19 56 waktunya lupa
Natsir bicara apa adanya
Ummat Islam menghadapi bahaya
Inilah cobaan Allah ta’ala
Akan diindang, ditampi teras
Biar terpisah padi dan beras
Kaum muslimin haruslah tegas
Orang Komunis sedang mengganas
Dengan serius Natsir berqalam
Ibarat Ikan di dalam kolam
Dilempar batu jatuh ke dalam
Ummat Islam sedang terancam
Akan terjadi suatu drama
Ummat Islam harus waspada
Maju kena, mundurpun kena
Kepada Allah kita berdoa
Tiada perlu berpikir lama
Ummat Islam siaplah segera
Membela negeri, tanah tercinta
Diancam Komunis anti agama
Ada ditulis di koran koran
D.N. Aidit pernah mengatakan
Orang P.K.I anti Tuhan
Hatiku geram tiada tertahan
Membaca syair mungkin bosan
Tapi cerita perlu diteruskan
Eseipun ditulis dalam karangan
Silakan dibaca untuk dipikirkan
(Burhanuddin St Kayo)
In late 1956, there were demands by Regional Commanders in Sumatra for more autonomy in the Provinces. When these demands were not met by the Central Government, they began to rebel and by early 1957, they had taken control of Governance in Sumatra by force. Then, on 15th February 1958, Lieutenant Colonel Ahmad Hussein declared the establishment of the PRRI (Revolutionary Government of the Republic of Indonesia).
This prompted the Central Government to deploy troops.(sukarnoyeras)
Pada tahun 1957 Jakarta belum ramai benar, saat itu banyak orang asing memberikan julukan Desa Besar ,belum banyak mobil dan masih banyak orang kekantor naik sepeda.
Ahmad Yani Pindah dari tempat tinggalnya setelah kembali dari luar negeri di Hotel Des Indes (saat ini Gajahmada Plaza-Dr Iwan) ke tempat tinggal di Jalan Lembang (menteng) walaupun belum slesai dibangun, mau beli perabot uang tidak ada sehingga dipinjam dari ke Jawatan Kesejahteraan TNI AD dan pinjam uang dari koperasi , PUSKOPAD TNI AD .
Saat ini Ahmad Yani ia masih diberi “Meja Kosong” sebagai Staf di Markas besar TNI AD, staf Assisten I KASAD.
(Ahmad Yani)
Penulis Dr Iwan berumur 12 tahun ditengah belakang dengan keluarga besar di Sukaramai Talang kabupaten Solok tahun 1957
Kunjungan Bung Hatta Ke Sawahlunto Tahun 1957
Pada tahun 1957 ada pesta adat di Sawahlunto, dimana kedua orang tuaku ikut aktif, dengan berpakaian adat kebesaran, lengkap dengan payung kuning.
Pesta adat dilaksanakan dalam menyambut kedatangan Bung Hatta ke Sawahlunto pada saat memperingati hari jadi Dewan Banteng.
Pada waktu itu kami sangat senang dan bangga, rasanya banyak kemajuan yang diperolah.Masyarakat bergembira ria, merasakan perkembangan atau kemajuan pembangunan selama Dewan Banteng ada.Bapak saya berfoto dengan berpakaian adat, saat penyambutan Bung Hatta yang datang ke Sawahlunto.
Kami berasal dari Talawi ibu kota Kecamatan Talawi, waktu itu masuk Kabupaten Sawahlunto Sijunjung.Bapak saya bernama Djamaluddin gelar Dt. Padoeko Labiah, penghulu suku Caniago di Sijantang Talawi.
Selain tokoh adat di negerinya Bapak saya waktu itu seorang Camat Talawi.
Ibu saya bernama Syamsiri anak Muhammad Dt. Sampanghulu, penghulu suku Patapang
di Talawi sawahlunto
Ibu saya kemenakan Dt. Indosati adalah penghulu pucuak di Talawi, secara otomatis menjadi Bundo Kanduang.Pada waktu itu Bapak saya pengurus MTKAAM (Madjelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau, saya tidak tahu jabatannya.
Melihat foto Bapak yang dipayungi dalam upacara adat waktu upacara penyambutan Bung Hatta berkunjung ke Sawahlunto, mungkin saja Bapak saya sebagai ketua MTKAAM Sawahlunto Sijunjung.
Waktu itu Kecamatan Talawi adalah yang paling maju di kabupaten Sawahlunto Sijunjung.Sebenarnya saya tidak begitu paham apa yang akan terjadi, apalagi bicara politik.
Masih terngiang-ngiang di telinga saya ada kata-kata Bapak ke ibu.
Beliau berdiskusi dan Bapak mengatakan bahwa sepertinya ada ketidak cocokan antara Bung Hatta dan Bung Karno.
Bapak saya mengatakan kepada ibu bahwa Bung Hatta telah berhenti jadi Wakil Presiden.
Kata Bapak… yah semoga nanti bila ada pemilihan umum, Bung Hatta bisa terpilih menjadi presiden…….??
Ketika itu, ibu saya sebagai isteri seorang pegawai negeri atau isteri Camat, maka beliau disebut juga seorang Bundo Kanduang.Selain itu beliau ikut pula jadi anggota Aisyiah.
Banyak sekali kesibukannya.
Saya tahu bahwa ibu saya, sering kumpul dengan ibu-ibu di kampungnya.
Saya ingat, ibu saya meminta kepada ibu ibu lainnya, bahwa sebelum memasak nasi, beras yang akan dimasak itu diambil 2 genggam dan ditabung (disimpan terpisah) untuk bantuan.
Bila sudah terkumpul kira-kira sebuntil, ada ibu lainnya yang mengumpulkannya.Kegiatan ini dilakukan oleh organisasi ibu-ibu yaitu yang disebut seksi G.Memang organisasi ibu-ibu ini aktif dan sangat efektif, dan ibu saya adalah ketuanya.
Seperti sebelumnya saya sering menemani dan mengantar ibu saya setelah magrib dengan mengggunakan suluah (semacam obor yang terbuat dari daun kelapa tua yang disusun and diikat kuat, dibakar ujungnya sebagai penerang dijalan).
Ibu mengajak ibu-ibu lainnya, bersama saya, dan saya berteriak memanggil ibu-ibu itu.
Maklum kalau di kampuang memang harus berteriak agar terdengar, karena gelap dan juga halamannya luas-luas.Kemudian ibu-ibu dikumpulkan dan diajak ke surau yang ada di kampung saya, yang disebut surau Gadang.
Surau di kampung saya banyak dan tiap suku ada yang punya.
Surau Gadang ini adalah surau yang menampung santri-santi dari mana saja, ada yang dari daerah lain.Dengan menggunakan lampu minyak tanah, ibu saya mengajarkan ibu-ibu belajar membaca di surau itu.Waktu itu di kampung saya belum masuk listrik.
(Prof. DR. Ir. Zoer’aini Djamal Irwan)
Kisah lengkap baca lampiran Kisah Masa PRRI
Dewan Banteng Tetap Mengakui Sukarno, Juanda dan Nasution
TUNTUTAN Dewan Banteng yang terpenting diantaranya adalah:
• Menuntut pemberian serta pengisian otonomi luas bagi daerah-daerah dalam rangja pelaksanaan sistem Pemerintahan desentralisasi serta pemberian perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang wajar,layak dan adil.
• Menuntut dihapuskan segera sistem sentralisme yang dalam kenyataannya mengkaibatkanb birokrasi yang tidak sehat dan juga menjadi pokok pangkal dari korupsi, stagnasi pembangunan daerah, hilangnya inisiatif dan kegiatan daerah serta kontrol.
• Menuntut suatu Komando Pertahanan Daerah dalam arti Teritorial, operatif dan administratif yang sesuai dengan pembagian administratif dari Negara Republik Indonesia dewasa ini dan merupakan komando utama dalam Angkatan Darat.Juga menuntut ditetapkannya eks. Divisi Banteng Sumatera Tengah sebagai kesatuan militer yang menjadi satu korps dalam Angkatan Darat.
Walaupun Letkol Ahmad Husein selaku Ketua Dewan Banteng mengambil alih jabatan Gubernur Sumatera Tengah dari tangan Gubernur Ruslan Mulyoharjo, namun Ahmad Husein tidak ditindak sebagai Komandan Resimen 4 TT. I. BB, malah sebaliknya tuntutan Dewan Banteng agar dibentuk satu Komando Militer di Sumatera Tengah yaitu Komando Militer Daerah Sumatera Tengah (KDMST) dipenuhi lepas dari TT. I BB dan Letkol, Ahmad Husein diangkat menjadi Panglima KDMST. Dewan Banteng tetap mengakuo Sukarno sebagai Presiden Republik Indonesia, tetap mengakui Pemerintahan Juanda dan tetap mengakui Jenderal A.H. Nasution sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Berbeda dengan Dewan Banteng, Kolonel Maluddin Simbolon, Panglima TT. I BB setelah mengumumkan pembentukan Dewan Garuda yang seluruh pengurusnya militer pada tanggal 22 Desember 1956, dua hari sesudah Dewan Banteng, pada hari itu juga Simbolon menyatakan melepaskan diri dari Pemerintahan Juanda dan menyatakan daerah TT. I BB dalam keadaan Darurat Perang (SOB). Pemerintah Juanda cepat memberikan jawaban.
Pada hari itu juga memerintah KSAD memecat Simbolon dari jabatan Panglima TT.I BB dan mengangkat Kepala Stafnya Letkol.Jamin Ginting menggantikan Simbolon menjadi Panglima TT.I BB. Simbolon bersama sejumlah anak buahnya akhirnya melarikan diri ke Sumatera Barat, Padang dan tidak kembali lagi ke Medan.
Setelah Pemerintah Pusat tidak memperhatikan usul alokasi dana untuk pembangunan daerah Sumatera Tengah,maka Dewan Banteng tidak mengirimkan lagi seluruh penghasilan Daerah Sumatera Tengah ke Pusat, ditahan di daerah dan digunakan untuk pembangunan Daerah.
Masalah ini meningkatkan konlik dengan Pemerintah Pusat. Selanjutnya, Dewan Banteng melakukan “Barter”, pedagang langsung dengan luar negeri, tanpa melalui prosedur yang lazim yaitu melalui Departemen Perdagangan dan Bea Cukai
. Yang dibarter adalah teh, karet dan hasil bumi Sumatera Tengah lainnya. Dana yang diperoleh dari hasil barter itu digunakan untuk mendatangkan alat-alat berat untuk pembangunan jalan seperti traktor, buldozer, aspal dan berbagai alat berat lainnya.
Dalam beberapa bulan saja keadaan pembangunan di Sumatera Tengah meningkat, sehingga ada jalan dinamakan orang “ Jalan Dewan Banteng”.Pembangunan Sumatera Tengah di bawah Dewan Banteng dianggap terbaik waktu itu di Indonesia.
Untuk mempercepat pembangunan di daerah-daerah Kabupaten dan Kota, Dewan Banteng pernah membagi-bagikan uang Rp. 1juta kepada tiap Kabupaten dan Kota.Kalau sekarang uang Rp.1 juta tidak punya harga,
akan tetapi pada tahun 1957 itu uang Rp. 1 juta punya nilai yang tinggi. Keadaan ini tidak berlangsung lama, hanya sekitar dua tahun, karena situasi politik di Jakarta bertambah panas disebabkan sikap dan tingkah laku Presiden Sukarno yang membela Partai Komunis Indonesia (PKI) yang waktu itu berakiblat ke Moskow. Waktu itu Sukarno akrab dengan Moskow
12 Maret 1957
Foto IPPHOS Penjelasan mengenai berlakunya SOB kepada wartawan di Palembang 12 Maret 1957
(Nugroho Notosutanto)
21 Maret 1957
Sepanjang tahun 1957, koran komunis dan pers nasional seperti Harian Rakyat dan Bintang Timur melansir pemberitaan buruk tentang Sumitro. Ia dituduh melakukan korupsi besar-besaran.
Pada 23 Maret 1957 Sumitro dipanggil Corps Polisi Militer (CPM) Bandung. Tapi pemeriksa menyatakan, tidak ada alasan untuk menahan Sumitro. Panggilan kedua oleh CPM terjadi pada tanggal 6 – 7 Mei 1957. Kemudian 8 Mei 1957, ia dipanggil lagi.
Sumitro semakin tertekan oleh serangan koran prokomunis dan merasa hendak ditangkap. Atas prinsip “pengabdian dan perlawanan” ia memilih melawan rezim Soekarno yang dianggap terlalu dekat dengan golongan komunis dan mengabaikan pembangunan daerah.(iluni)
April 1957
Pada April 1957, Roeslan Abdul Gani dinyatakan terbukti bersalah karena menerima suap dan melanggar aturan (Ulf Sundhausen, Politik Militer Indonesia 1945-1967, 1986 : 177). Penangkapan itu lantas mendapat dukungan luas dari korps perwira TNI-AD.
Namun, perseteruan Zulkifli dan Nasution berlanjut. Ada kelompok perwira senior yang tergolong menentang pimpinan AD. Mereka adalah Kolonel Simbolon, Kolonel Zulkifli Lubis, Kolonel A.E. Kawilarang, Letkol Warouw, dan Letkol Sumual.
(mustprast web blog)
Permasalahan ketimpangan Pusat – Daerah menuai protes sejumlah perwira di Sumatera dan terbentuklah Dewan Gajah di Sumatera Utara Dewan Banteng di Sumatera Tengah serta Dewan Garuda di Sumatera Bagian Selatan. Tahap awal yang terjadi adalah Dewan Garuda melatih kedisiplinan untuk membantu pembangunan dengan anggota pemuda dari PSI, MASYUMI dan sebagian dari mliter.Gerakan ini ternyata tercium oleh MBAD atas laporan dari Lettu Sainan Sagiman yang kelanjutanya adalah pada April 1957 Asisten I MBAD Letkol. Achmad Sukendro mengeluarkan perintah kepada Komandan Resimen V Mayor Djuhartono untuk menangkap perwira TT. II/SRIWIJAYA termasuk Panglimanya Letkol Burlian
(KODAM Sriwjaya web blog)
26 April 1957
Foto IPPHOS
Rapat seluruh Penguasa Militer, Gubernur, Pemerintah Pusat di Istana Negara, 26 April 1957(Nugroho Notosutanto)
27 April 1957
Pidato Let Kol Ahmad Husein
Pada Rapat Penguasa militer Pusat Di Istana Negara Jakarta
Yang terhormat Ketua Sidang
Saudara-saudara para rekan serta hadirin yang terhormat.
Saya merasa berbahagia atas kesempatan yang diberikan oleh ketua Sidang pada Rapat Penguasa Militer seluruh Indonesia pada saat ini.
Untuk mengucapkan satu dan lain hal dimuka para hadirin yang terhormat , yang dihadiri oleh tokoh-tokoh yang bertanggung jawab atas keselamatan Negara di masa sekarang dan dimasa yang akan dating yang mana oleh karena keadaan , sampai drewasa ini belum pernah dapat dilaksanakan, dan atas pemberian kesempatan ini saya menyatakan penghargaan serta mengaturkan terima kasih yang tidak terhingga.
Izinkanlah saya menyampaikan pernyataan “ maaf saya” dan rombongan, terutama kepada Ketua Rapat dan selanjutnya kepada hadirin yang terhormat, atas terlambatnya kami dating menghadiri rapat ini, hal mana yang menyebabkan terlambat itu telah kami sampaikan kepada KSAD.
Saudara Ketua dan hadirin yang terhormat,
Saya tidak berani menyatakan bahwa persoalan-persoalan yang akan saya k3emukakan pada hadirin akan cukup menarik perhatian para rekan dan hairin yang terhormat, tetapi sungguhnya demikian perkenankanlah saya dari sini mengemukakan beberapa persolan yang menurut anngapan kami adalah berfaedah sekali untuk ditinjau dan dipahami agara hasild an maksud rapat ini dapat kita peroleh menurut proporsi yang sewajarnya.
Setelah kami mempelajari acara rapat yang disampaikan kepada kami, timbullah rasa kegembiraan di hati kami , karena rapat ini akan membahas persoalan-persoalan otonomi, ekonomi, keuangan dan keamanan daerah secara teknis, yang akan diekmukakan kelak dalam seksi-seksi yang akan dibentuk untuk memendekkan waktu, tetapi sayang rasa kegembiraan ini segera berkurang , setelah kami perhatiakan bahwa rapat sekarang ini tidak membicarakan soal-soal pokok dari sebab musabab timbulnya pergolakaan di daerah-daerah yang didorong oleh semangat rakyat yang bergejolak , menghendaki perubahan-perubahan radikal dalam taraf pimpinan nasional dan perubahan dari mismajemen yang bersimarajalela dalam segala lapanga.
Ketua siding yang terhormat
Semenjak meletusnya Peristiwa Dewan Banteng pada tanggal 20 Desember 1956, bayaklah hal-hal yang telah terjadi yang pasti menimbulkan pertanyaan : apakah yang sebenarnya menjadi latar belakang dan sebab musabab daris egala rentetan kejadian-kejadian yang dinamakan gerakan daerah tersebut.
Sebagai seorang petugas Negara dan sebagai TNI sejati yang ingin betanggung jawab bersama masyarakat dalam rangka usaha untuk menyelamatkan Nusa dan Bangsa, kami tidak dapat mengesampingkan fakta-fakta , yang tumbuh dan hidup disekeliling kami.
Kami merasa berkewajiban untuk menguraikan secara ringkas dan umum apa yang dinamakan sebab musabab gerakan daerah yang tersebut tadi, sehingga jelas b agi kita kedudukan dan tujuan dari pada gerakan daerah itu dan seterusnya terserahlah bagi yang bertanggung jawab untuk memahami.
Yang menjadi latar belakang dari gerakan daerah adalah pada pokoknya bersumber pada pengalaman pahit selama sebelas tahun sampai saat ini dalam melaksanakan apa yang dinamakan “ demokrasi “.
Penyalahgunaan demokrasi yang telah meningkat kepada politieke verwording dan verwording van het partijwezen (degenerasi dan degenerasi dari Partai)
yang memang diberi kesempatan bertumbuh dan berkembang oleh system-sistem sentralisme yang sudah kita pakai sampai saat ini.
Tidak dapat disangkal kiranya , bahwa system sentralisme mengakibatkan birokrasi yang tidak sehata, stagnasi dalam segala lapangan terutama dalam lapangan pembangunan daerah, sehingga mengakibatkan seakan-akan seluruh rakyat menjadi apatis dan kehilangan inisiatif, apalagi adanya unsur-unsur dan golongan-golongan yang tidak bertangungg jawab yang hendak memaksakaan kemauan mereka yang tidak sesuai dengan alam pikiran rakyat Indonesia yang demokratis dan bersendikan Ke-Tuahanan.
Keadaan yang seperfti itulah pada umumnya menjadi latar belakang dan sebab musabab dari tumbuhnya gerakan daerah di Sumatera tengah dan daerah-daerah lain.
Jelaslah bahwa perjuangan atau Gerakan-Gerakan di daerah-daerah tersebut justru bersumber kepada tujuan yang suci kearah pembinaan suatu masyarakat yang adil,makmur dan berwtaak seperti berbahagia, dibawah pemerintah oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat., dimana terkandung unsure-unsur persamaan dalam lapangan ekonomi, social dan kebudayaan.
Ketua siding yang terhormat,
Pada tempatnya kiranya, Pimpinan Negara berteriama kasih kepada Gerakan Rakyat di Daerah-Daerah , yang ingin mencegah pembelokan cicta-cita Proklamasi 1945, yang disebabkan oleh usaha yang tidak jujur dari pemimpin-pemimpin yang berkuasa diwaktu-waktu yang lalu, tapi alangkah kecewanya kami mendengar reaksi-reaksi dari beberapa pemimpin dan Golongan di Ibu Kota ini, sekan-akan Gerakan-Gerakan yang timbul didaerah itu adalah suatu kesalahan yang besar, dan kami menolak dengan keras dan tegas segala provokasi dan propaganda palsu yang dilancarkan oeh siapapun, yang mencap perjuangan suci rakyat didaerah-daerah untuk mempertahankan Republik Indonesia sebagai dicita-citakan oleh Proklamasi 1945, sebagai gerakan saparatisme, sukuisme, agen imperialism, dan lain-lain nama, yang hanya hati yang jahat dapat memikirkannya dan mulut yang kotor dapat mengucapkannya.
Puncak kesabaran rakyat di daerah-daerah hamper mencapai puncaknya mendengar fitnahan dan tuduhan durhaka dari golongan-golongan demikian itu yang mencap perjuangan dan keinginan luhur dari rakyat sebagai pengkhianatan terhadap Proklamasi 1945.
Apabila kita boleh berkata tentang pengkhianatan, maka sejarahlah yang telah dan akan menentukannya, tetapi yang pasti pada masa yang silam Daerahlah yang telah menyelamatkan kelanjutan hidup Pemerintah Negara Republik Indonesia yang ada sekarang ini , dengan diselamatkannya Pemerintah Darurat Republik Indonesia pada waktu masa Revolusi tengah bergejolak.
Jauh berbeda dengan orang-orang yang siang-siang telh menaikkan Bendera merah Putih karena tidak mempunyi kesanggupan untuk melanjutkan perjuangan yang maha berat itu.
Ketua Sidang yang terhormat
Kami merasa kasihan bahwa masih ada orang, pemimpin dan go.longan dalam masyarakat Indonesia ini, yang belum sanggup mengerti, bahwa perjuangan di daerah-daerah justru bersumber pada kesetiaan terhadap cita-cita proklamasi yang sedang terbengkalai dan terinjak-injak itu.
Bagi mereka itu rupanya sulit dapat menginsjafi bahwa perjuangan daerah-daerah ditujukan dengan sadar dan penuh rasa tanggung jawab kepada kebahagiaan dan Kemakmuran yang merata bagi Rakyat Semesta di Tumpah darah Indonesia yang kita cintai ini.
Adalah menjadi keyakinan Rakyat di daerah-daerah bahwa kegiatan yang dinamis did aerah-daerah itu adalah reaksi terhadap kebobrokan Kehidupan Negara dan Kehidupan Politik di Negara kita ini, yang harus dikoreksi dengan jiwa dan cara radikal, dinamis dan revolusioner.
Ketua Sidang yang terhormat
Adalah suatu kejadian yang logis, bahwa tenaga-tenaga yang revolusioner dalam masyarakat telah bangkit serentak dengan tenaga-tenaga dalam TNI , apabila kita mau melayangkan pandangan kita kembali kepada sejarah pertumbuhan dan sejarah Perjuanagn TNI serta masyarakat kita.
Unsur yang dua sejoli ini tidak dapat dipisahkan dalam meninjau , mempelajari dan menilai Pergolakan di daerah-daerah sekarang.
Pikiran-pikiran yang menyatakan :” You are not human being, but only a soldier” adalah perkataan yang tidak tepat dan sangat tidak sesuai sekali dengan prinzip yang sebeanrnya.
Harus kianya dapat diinsjafi bahwa Landasan Perjuangan di daerah-daerah adalah tetap Proklamasi 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sedangkan tuntutan serta program Perjuangan di daerah baik dalam taraf Nasional maupun Taraf Regional adalah ditujukan kepada realisasi yang adil dan luhur dari Bhinneka Tunggal ika.
Justru karena itulah salah satu tuntutan dari pada daerah-daerah yang berjalan sejajar dengan keinginan –keinginan TNI ditujukan kepada utuhnya kembali Dwitunggal Sukarno-Hatta.
Menurut pertumbuhan waktunya walaupun bagaimana bentuknya, guna dapat memelihara Landasan yang kuat dari Persatuan dan Perdamaian Nasional agar tercapai dan terpelihara Stabilitas dalam segala Lapangan , yang menjadi syarat mutlak bagi pembangunan Negara dalam arti yang seluas-luasnya in woord in daad.
Demikian pun mengenai tuntutan lain , yang menjadi jaminan pokok bagi Pembangunan yang dicita-citakan oleh Gerakan Daerah , yaitu menitik-beratkan Usaha Negara pada Pembangunan Daerah dalam segala lapangan, dengan segala jaminannya dalam rangka Kenegaraan dan Sistem Pemerintahan, memakai bentuk Negara yang tetap Berbentuk Negara Kesatuan yang bersifat desentralistis anatranya memberikan otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah-Daerah sesuai dengan jiwa Bhinneka Tunggal Ika,
serta dengan financiele verhoudingen yang layak dan adil, memakai system dan dua-kamar dalam DPR Pusat.
Sewajarnyalah bahwa dalam masa Peralihan adanya Dewan Nasional yang bersifat Pra-Senaat ( Perwakilan Daerah Yang Ditunjuk Oleh Daerah sendiri) sementara menunggu terbentuknya Senaat yang sebenarnya.
Disamping itu seharusnyalah diutamakan pengisian (besetting) dari controle –organen (organ Pengawas) termasuk Markas Besar Angkatan-Angkatan dengan orang-orang yang ahli, jujur, dinamis, serta berwataksehingga terhindar adanya klik-klikan dan birokrasi yang tidak sehat serta inmoralitas.
Ketua Sidang uang terhormat
Adalah sangat bertentangan dengan cita-cita dan kepentinagn-kepentinagn Rakyat Indonesia yang hidup sekarang da generasi yang akan dating , apabila reaksi daerah terhadap kebobrokan seperti yang diuaraikan tadi disambut oleh sementara Golongan Instansi-instansi yang sedang Berwenang katanya di Ibu Kota dengan suatu Reaksi untuk memadamkan c.q. meniadakan Pergolakan di daerah-daerah itu dengan mempergunakan kekerasan berupa apapu juga.
Apabila hal yang demikian terjadi maka lahirlah Tragedi Nasional yag mungkin akan membawa maut bagi Negara kita.
Baiklah kita sadari benar-benar bahaya kemungkinan yang terkutuk itu dan berusaha menghindarinya. Marilah kita pertimbangkan tuntutan-tuntutan Daerah itu dengan tenang dan dengan jiwa yang besar, lepas dari nafsu ingin berkuasa sendiri. Ketua Sidang yang terhormat
Adalah kewjiban yang utama daris emua Pemimpin kita baik yang di Pusat maupun yang di Daerah untuk kanaliseer hasrat-hasrat Rakyat ini menurut semestinya dan akan sangat berbahayalah apabila tidak diacuhkan dan diindahkan.
Adalah menjadi kenyataan sekarang akibat dari segala persoalan-persoalan tersebut, timbullah keinginan untuk mencari penyelesaiaan yang konkret , baikpun datangnya dari Pusat maupun suara-suara dari daerah.Tetapi yang mengelikan sekali segala keinginan itu yang seharusnya disampingkan dan dijadikan bahan untuk menentukan sikap selanjutnya tidka dilaksanakan, melainkan mengambil suatu tindakan penyelesaiaan yang dipaksakan menurut keinginan sendiri dengan tidak mengindahkan sma sekali keinginan-keinginan yang jujur dari pihak lain, dengan menonnjolkan semboyan yang hebat dan menarik yaitu Kebijaksanaan, tegas dan cepat, yang sebenarnya adalah kekeliruan, kesalahan dan keserampangan belaka.
Ketua Sidang yang terhormat
Mengenai SOB , berhubung antara Pengumuman SOB dengan Kejadian-kejadian di daerah-daerah jelas maka sebuah pertanyaan apakah SOB itu dimaksud untuk membentug cq memadamkan Perjuanagn Rakyat di Daerah,Dus sebagai Senjata Politik. Kalau itu betul maka jelas kita tidak dapat menyetujui maksud-maksud serupa itu.
Apabila SOB diadakan untuk memerangi korupsi dan untuk mencegah anasir-anasir yang ingin menangguk di air Keruh, maka kalau boleh dikatakan kita setuju tidak seratus persen melainkan seribu persen. Hal yang demikian lebih cocok dengan maksud dan tujuan SOB sebagai Undang-Undang dalam alam Kemerdekaan kita.
Kita juga sangat setuju untuk mempergunakan SOB itu dipergunakan oleh Pwnguasa-Penguasa Militer untuk Pembangunan dan dalam pengertian ini sudah termasuk umpamanya Pengerahan Tenaga rakyat,Pembatasan Hak Mogok untuk mempertinggi Produksi dan Pembrantasan Penyalahgunaan da lain-lain.
Kita juga sangat setuju untuk mengunakan SOB dlam arti meneliti dan mengawasi jalannya Pemerintahan Sipil serta Jawatan Sipil untuk melancarkan Jalannya Roda Pemerintahan.Tegasnya janganlah kita pergunakan SOB sebagai momok terhadap Rakyat dan janganlah SOB dipergunakan sebagai Senjata Politik untuk menghancurkan sesuatu Golongan dalam Masyarakat, sebab pasti akan menimbulkan Ketagnagan-Ketegangan cq Permusuhan-Permusuhan yang akan merember-rembet dan sulit diselesaikan.
Tentang soal lain seperti finaciel otonomi,Pembangunan Daerah dan sebagainya akan diamsukkan nati ke dalam seksi-seksi yang akan dibentuk untuk ini sesuai dengan apa yang diterangkan oleh Ketua pada pembukaan siding.
Sekian dan terima kasih.
(sumber buku PRRI Permesta Strategi Membangun Indonesia Tanpa Komunis ,R.Z.Leirissa,Jakarta, 1991)
Mei 1957.
Wakil dari semua kabupaten di empat provinsi Indonesia Timur hadir sekaligus menyatakan dukungan kepada Permesta. Belakangan, Nasution dan Ahmad Yani setuju dengan konsep itu.
Sekitar Mei 1957, saat berkunjung ke Makassar, Nasution menyatakan sepakat dengan isi Permesta.
(Ventje Samual)
Pada Mei 1957 ia ke Sumatra, bertemu
Letkol Barlian
dan Mayor Nawawi di Palembang. Ia sempat menyamar sebagai Letnan Dua Rasyidin
Pada 13 Mei 1957,
ia tiba di Padang, bertemu Panglima Divisi Banteng,
Letkol Achmad Husein.
Malamnya Sumitro menuju Pekanbaru, menemui Kapten Yusuf Baron. (iluni)
Dari Jakarta, Sjahrir menugaskan Djoeir Moehamad dan Djohan Sjahruzah menghubungi dewan-dewan militer di daerah. Sekaligus menghubungi Sumitro Djojohadikusumo.
Mereka “mengejar” Sumitro hingga ke Padang. Tapi Sumitro keburu ke Pekanbaru, kemudian ke Bengkalis, sempat menyamar jadi kelasi kapal menuju Singapura.
“Ia ternyata menempuh jalan sendiri dan diumumkan menjadi salah seorang menteri PRRI,” tulis Djoeir dalam bukunya, Memoar Seorang Sosialis (1997, hlm 268)
8 September, 1957
Pada 8 September, 1957 saya bertemu dengan Letkol Ahmad Husein dan Letkol Barlian di Palembang.Hasilnya, lahir enam pasal tuntutan yang kami bawa ke Munas.
Di antaranya, pemulihan kembali dwitunggal Soekarno-Hatta, penggantian pimpinan TNI-AD (terutama Nasution), desentralisasi dengan otonomi luas bagi daerah, pembentukan senat, penyederhanaan aparatur negara, dan pelarangan komunisme.
Namun Jakarta ternyata hanya mengagendakan tiga masalah: pemulihan kembali dwitunggal, pelaksanaan pembangunan nasional, dan perubahan pimpinan Angkatan Darat. Soal komunis tidak dibahas.
Para perwira yang “bermasalah” juga tidak diundang. Hasilnya, dwitunggal setuju dipulihkan kembali.
Pada saat penutupan Munas, Soekarno berjanji akan segera berbaikan dengan Hatta.
Sedangkan urusan keretakan pimpinan AD dibahas tim tujuh yang diketuai Soekarno sendiri.
Anggotanya enam orang: Hatta, Djuanda, Wakil Perdana Menteri Leimena, Sultan Hemengku Buwono IX, Aziz Saleh, dan Nasution. Sewaktu tim itu diumumkan, kami protes.
Kami bilang, Nasution itu terlibat masalah, kenapa masuk.
Dalam rapat terjadi perdebatan sengit antara Nasution dan saya tentang legalitas dan disiplin militer, hingga akhirnya saya menggebrak meja dan keluar ruangan.
Munas rencananya akan dilanjutkan dengan Musyawarah Pembangunan pada akhir November.(Ventje Samual)
PIAGAM PERSETUJUAN PALEMBANG
Z.Lubis
dan komplotannya ketika sedang bersiap sedia untuk melaksanakan rencana mereka, digempur oleh adanya Kabinet Djaunda untuk melangsungkan Musyawarah Nasional di Jakarta guna mencari jalan keluar mengatasi kesulitan-kesulitan Negara.
Maka mereka mengadakan pertemuan untuk menghadapi Musyawarah Nasional tersebut.
Pertemuan itu tidak hanya dilangsungkan sekali melainkan beberapa kali dan menghasilkan Persetujuan Palembang yang bunyinya sebagai berikut:
Kami Yang bertanda tangan dibawah ini :
1.Let.Kol. Ahamd Husein
2.Lektok H.N.V.Samual
3.Let.Kol Barlian
Masing-maaing pemimpin daerah yang bergolak, setlah mengadakan perundingan yang mendalam mulai tanggal 012030- sampai 080100 september 1957 bertempat di Staf Kwartier Palembang mengambil keputusan bersama sebagai berikut:
1.Tentang Musyawarah Nasional
a.Kami belum mempunyai keyakinan melihat kenyataan-kenyataan yang berlaku, bahwa Musyawarah Nasional tanggal 10 September yang akan datang ini akan menghasilkan penyelesaian Nasional.
b.Demi untuk mengharapkan tiap-tiap usaha kearah Musyawarah ,maka kami mengambil ketetapan untuk memerlukan hadir.
c.Kehadiran kami itu adalah dengan tujuan sekurang-kurangnya dapat memperjuangkan tercapainya Musyawarah Nasional yang sebenarnya.
2.Pokok-pokok Tuntutan
a.Menuntut segera dipulihkan nya DWI TUNGGAL dalam rangka Pimpinan Negara dan Bangsa dan jika ini tidak mungkin harus mengambil jalan yang tegas.
b.Negara menganti Pimpinanan Angkatan Darat sebagai langkah Pertama terhadap stabilitas Tentara Nasional Indonesia yang akan menjadi landasan mutlak bagi stabilitas Negara.
c.Dilaksanakannya Desentralisasi dalam Sistem Pemerintahan Negara yang antaranya meliputi antaranya memberi otonomi yang lebih luags bagi Daerah dan Reoranisasi dalam organ-organ Sentral bagi Pusat.
d.Pembentukan Senaat
e.Peremajaan dan Penyederhanaan seluruh Lapangan dan Angkatan.
f.Dilarang Komunisme yang pada dasarnya berpusat Internasional.
3.Koordinasi Perjuangan
a.Solider-konsekwen mengutuk dan menentang segala Jalan Kekerasan fisik maupun administrasi yang mungkin diambil oleh Pusat terhadap sesuatu Daerah Pengikut.
b.Mengadakan Koordinasi/Kerjasama Militer dan Finec. Radio.
c. Mengadakan langkah-langkah untuk mempersiapkan perwujudan Komando Sumatra.
4.Selesai
Palembang 081415 September ‘57
Ttd Ttd
Barlian Ahmad Husein
Let.Kol. Let.kol.
Ttd
H.N.V.Samual
Let.kol.
(Sekts Massa Des.1958,koleksi Dr iwan)
9-14 September 1957
Untuk menghindari perpecahan Nasional serta untuk menyelesaikan pertentangan antara daerah-daerah yang bergolak dengan pemerintah secara damai, maka pada tanggal 9 dampi 14 September 1957 di Jakarta diadakan Musyawarah Nasional (MUNAS) yang dihadiri oleh seluruh Pimpinan Daerah ,Tokoh – Tokoh Politik dan Militer dari seluruh Indonesia untuk menyelesaikan maslah yang timbul secara Musyawarah.
(Ahmad Yani)
Pertengahan September 1957,
Soekarno dan Kabinet Perdana Menteri Djuanda menggelar Musyawarah Nasional (Munas).
Sebenarnya ini tawaran kompromi pemerintah atas tuntutan daerah.
Terlihat sekali Soekarno ingin melakukan rekonsiliasi.
Ia bahkan melepaskan 41 anggota Dewan Banteng dan Garuda yang ditahan.
Agenda Jakarta ini membuat kami merapat.
(Ventje Samual)
10-15 September 1957
Munas diadakan selama lima hari yakni dari tanggal 10-15 September 1957, tuntutan Dewan Perjuangan yang termaktup dalam Piagam Palembang disetujui, kecuali point nomor lima.
Dari tuntutan-tuntutan yang dilontarkan oleh pimpinan di daerah dapat kita tarik kesimpulan, gerangan apa yang menyebabkan mereka memberontak?Tak lain dan tak bukan ialah: Komunisme, dimana Soekarno lebih dekat dengan PKI.hubungan pusat dan daerah dimana pola pemerintahan lebih mengarah kepada Sentralistis. Dan pecahnya Dwi Tunggal, dimana terpetik kabar bahwa Hatta hendak mengundurkan diri dari jabatan Wapres.
Kita juga tidak memungkiri akan keterlibatan kekuatan asing dalam pergolakan ini. Karena walau bagaimanapun juga, dalam tatanan yang lebih besar sedang terjadi ketegangan antara Blok Timur (Komunis) dan Blok Barat (Kapitalis). Dan masing-masing kekuatan berkeinginan untuk menananmkan pengaruh di sebanyak mungkin negara yang berhasil dikuasai oleh ideologi mereka.
(Oetoesan Melajoe)
Dalam menghadiri Musyawarah Nasional tersebut ketiga sekutu Palembang tersebut dalam menghadapi masalah Dwi Tunggal mempunyai bekal berjuang yang isinya sebagai bewrikut :
Secara positif harus diperjuangkan
1.Bung Karno sebagai Presidendna Bung Hatta kembali menjadi Wakil Presiden
2. Bung karno sebagai Presiden dan Bung Hatta sebagai Perdana Menteri suatu zaken cabinet
3. Dibentuk suatu Presidentiel Kaninet dengan Bung Karno sebagai Presiden sebagai Perdana menteri satu dan Bung Hatta sebagai perdana menteri kedua dengan berpatokan satu program Nasional dimanamaaing-masing mempunya lapangan tugas Pertanggung Jawab yang penuh : Bung Karno bidang politis dan Bung Hatta bidang ekonomi
Yang Nagatif Harus diperjungkan ialah:
- Kedua tokoh nasional itu berhenti sama sekali dan atau diadakan Pemlihan Presiden baru atau dibentuk suatu Presidium.
Berhubung gagalnya perjuangan mereka dalam Musyawarah Nasional , maka mereka menyusun siasat baru.
Ketiga tokoh Militer petualang tersebut , Ahmad Hussein, Samual dan Barlian mengadakan Pertemuan lagi dan menentukan siasat baru dengan dasar Piagam Palembang.
Pertemuan itu tersebut resminya hanya diantara ketiga petulang tersebut , tetapi didukung oleh Z.Lubis sebagai “ dalqang” denga actor intelektualis Natsir.
Adapun wujud dari siasat baru itu rencana Perjaunagn baru yang menuju proklamasi PRRRI adalah sebagai berikut
MENETAPKAN DASAR,PEDOMAN DAN PROGRAM BERSAMA DARI PERJUANGAN DAERAH YANG BERGOLAK
I.DASAR-DASAR PERJUANGAN
Dalam menuju cita-cita Perjuangan Daerah Yang Bergolak maka Piagam Persetujuan Palembang tetap dijadikan Dasar yang memuat antara lain :
1.Justru karena kenyataan menunjukkan bahwa realisasi dari pemulihan keutuhan Dwi Tunggal tidak mungkin lagi dilaksanakan sebagaimana yang diinginkan Daerah-Daerah yang Bergolak maka sesuai dengan Piagam Perjuangan Palembang punt 2a, mulai dari saat ini Mengambil Jalan Yang Tegas yaitu:
a.Melaporkan dan Meniadakan “Mythos Dwi Tunggal”
b.Memperjuangkan terlaksananya Pemilihan Presiden RI Yang baru.
2.Tetap memperjuangkan terbentuknya suatu Senaat yang merupakan suatu Instiut Perwakilan Daerah.
3.Tetap menghendaki pelaksanaan Pengantian Pimpinan Angkatan Darat (KSAD dan SUAD) yang sekarang.
4.Berpendirian secara mutlak bahwa kejelasan soal Angkatan Darat terus dilaksanakan dengan Musyawarah yang lebih luas .dimana Permasalah semua Tokoh-Tokoh Angkatan Darat yang terlibat dalam Pergolakan daerah-Daerah.
5.Menganggap mutlak adanya suatu Panitia atau Dewan ( Super-Team) yang akan menampung dan memecahkan persoalan-persoaln yaitu Persoalan-Persoalan Politik yang Pokok, persoalan-persoalan Militer yang pokok yang sampai sekarang tidak ada penyelesaiannya sebagai yang diinginkan oleh Daerah-Daerah Yang Bergolak.
Panitia atau Deawan(Super-team ) tersebut haruslah merupakan Forum Tertinggi dalam rangka Kenegaraan dalam masa Peralihan.
6.Menegaskan harus ada Larangan terhadap Komunisme yang ada Hakekatnya bersifat anti Ketuhanan , anti kebangsaan, bersifat Diktatur, Internasional dan Subversif ,pendeknya berrtentangan dengan Ideologi Negara (Pancasila).
7.Tetap menganggap mutlak terlaksananya Peremajaan ,Penyederhanaan, dalam segala Angkatan dan Lapangan.
8.Tetap menganggap mutlak adanya desentralisai dan dekonsentrasi dalam system Pemerintahan yang anatarnya meliputi otonomi yang seluas-luasnya bagi Daerah-Daerah serta Reorganisasi dalam oragn-oran sentral dari Pusat
II.PEDOMAN PERJUANGAN
1.Menyusun Seluruh Kekuatan dalam segala Bidang dan Tingkatan untuk menjamin terlaksananya dari semua Dasar-Dasar Perjuangan tersebut diatas.
2.Selama masih bercokolnya PKI di Pusat (Pulau Jawa) selama itu pula Pusat tak dapat diakui sebagai Pusat dari Negara R.I. dan untuk menampung hal-hal tersebut haruslah semenjak sekarang dimulai usaha kearah pembentukan suatu Pemerintah Pusat Darurat Republik Indonesia yang berkedudukan diluar pulau Jawa (Sandaran Piagan Jakarta 22 Juni 1945)
3.Dari pada hidup dibawah Penjajahan Komunis ,lebih baik hancur dalam mempertahankan Perjuangan Dearah dalam rangka Menegakan Negara ( Ketuahan Yang Maha Esa,Kebangsaan) menuju Pembinaan Indonesia Baru.
III.PROGRAM PERJUANGAN
1.Bidang Politik
a.Dalam rangka Kewaspadaan Nasional membentuk dengan segera dan seluas mungkin suatu Front Anti Komunis untuk membasmi bahaya nasional, dan menyelamatkan Peri Kehidupan Bangsa Indonesia sebagai Bangsa Yang Hidup berTuhan ,biasa hidup damai dan demokrasi.
b.Menciptakan Undang-Undang KePartaian, yang akan menyehatkan hidup Kepartaiaan dan menghindarkan Ekses(exes-partijverwording)
c.Tetap meluaskan dan meyakinkan seluruh daerah dan Golongan akan cita-cita Indonesia baru sebagai penyempurnaan bentuk dan isi dari cita-cita Proklamasi 17 agustus 1945.
d.Mempergunakan segala bentuk alat komunikasi dalam rangka member Pengertian dan Keyakinan tentang Cita-Cita Indonesia Baru tersebut.
e.Segera mulai persiapan membentuk suatu Pemerintahan Pusat Darurat R.I. yang berkedudukan diluar Pulau Jawa.
2.Bidang Militer
a.Segera merealisir Komando Bersama yang akan menyusun Strategi bersama dalam bentuk Komando Antar daerah sedapat-dapatnya didahului pembentukan Komando Sumatra yang diprcayakan kepada Kol.Simbolon cs.
b.Memakai dasar”Collective Defense” dengan tetap solider,konsekwen, mengutuk dan menentang segela kekerasan fisik maupun administratif yang mungkin diambil oleh Pusat terhadsp daerah Pengikut .
Dengan demikian apabila tindakan administrative dan Militer/operatif, maupun fiansial ekonomi yang dianggap merugikan Perjuangan Daerah yang Bergolak, maka serentak seluruh Daerah yang menyokong Piagam Perjuahngan Palembang mengadakan Reaksi sebagai Tindakan Balasan.
c.Memperhatikan keperluakan akan adanya suatu ALRI dengan suatu AURI dalam rangka suatu Komando Bersama.
d.Memperhatiak akan adanya “Operation Special”
e.Membentuk Panitia Teknis Antar Daerah untuk segera mewujudkan hubungan Telekomunikasi.
3.Bidang Finec.
Dalangan Ekonomi Kuangan, mempertinggi potensi daerah dengan memperhitungkan Putusnya hubungan PUSAT-DAERAH pada suatu waktu.
Membentuk suatau Kerjasama menuju kesatuan Pimpinan secara intergral dalam lapangan FINEC antara daerah-daerah.
Demikianlah kami menetapkan bersama
DASAR,PEDOMAN DAN PROGRAM BERSAMA DARI PERJUANGAN DAERAH”(D-P2PB)
Dengan penuh kesadaran Keinsjafan serta rasa tangung jawab terhadapcita-cita murni dalam menyelamatkan Negara dan Bangsa Indonesia menuju kearah Indonesia baru.
Ditetapkan Dikota Perjuangan
Pada tanggal 5 Oktober 1957
Pada Jam 24.00 GMT
Pimpinan-Pimpina Dewrah Bergolak
Barlian
Let.Kol. NRP 13574
Ahmad Hussein
Let.Kol. NRP
H.N.V. Samual
Let.Kol. NRP 15958
Dari dasar ,pedoman dan program bersama inilah lahirnya Pemberontakn dengan dikobarkan dan di”nasehati” oleh Petualang Politik yang gagal serta didudukung gerakan Subversif Asing yang menjanjikan yang menjanjikan mantual material,moril dan Politis, tetapi gagal dan berantakan.sebab Republik Kesatuan Proklamasi 17 agustus 1945 adalah Keramat.
Siapa mencoba dan berusaka mendobraknya, menghancurkankan,pasti hancur lebur sendiri.
SATRYA
Penulis Majalah Skets Masa 1958
(Skets Masa 1958,koleksi Dr iwan)
September 1957
Beberapa ikhtiar untuk mendamaikan konflik pusat dan daerah telah dilakukan, baik lewat lobi-lobi pribadi maupun lewat forum terbuka nasional seperti Munas kemudian Munap bulan September 1957, Piagam Palembang dan lain-lain.
30 November 1957.
Cover buku peristiwa cikini(Dr Iwan)
(Infomasi lengkap baca pad CD-Rom Dr iwan “Koleksi sejarah Indonesia 1957)
Kisah peristiwa cikini dapat dibaca dalam buku peristiwa cikini koleksi Dr Iwan yang ilustrasi sampulnya diatas.
Bung Karno ikut di stand menembak sesaat sebelum terjadinya peristiwa cikini(Dr Iwan)
Terjadi Peristiwa Cikini.
Presiden Soekarno digranat ketika sedang menghadiri acara sekolah anaknya di Perguruan Cikini
Usaha pembunuhan Presiden gagal, tapi banyak siswa jadi korban.Soekarno marah.
Sampai di Istana, ia berkata kepada wartawan, pelakunya adalah kami.
Zulkifli Lubis, rekan kami yang dikenal ahli intelijen, dituding sebagai dalang utama.
(Ventje Samual)
Akhir Nopember 1957
Namun niat baik itu menjadi mentah ketika terjadi “Peristiwa Cikini di akhir November 1957, sehingga segala sesuatu yang diupayakan sebelumnya menjadi buyar dan pada saat yang sama teror, intimidasi dan fitnah makin tak terkendali.
Sejumlah pemimpin terpaksa menyelamatkan diri keluar Jakarta dan bergabung dengan dewan-dewan perjuanagan di daerah yang dipelopori oleh kelompok militer Sumatera Tengah (Kol. Ahmad Husein) dengan mendirikan Dewan Banteng, kemudian disusul oleh Dewan Garuda di Sumatera Selatan (Kol. Burlian), Dewan Gajah di Sumatera Utara (Kol. Simbolon), Dewan Lambung Mangkurat dan Permesta di Sulawesi (Kol. Ventje Samual).
Dengan pelembagaan gerakan protes menentang Jakarta ini, polarisasi pertentangan pusat dan daerah dan sebaliknya semakin mendekatkan daerah ke tubir jurang perpecahan yang lebih dalam.
(DR Mestika Zed)
1 Desember 1957
Panitia 7 Beku Berhubung Peristiwa Cikini
Panoitia 7 dari Musyawarah Nasional beku karena Peristiwa Cikini, peristiwa percobaan pembunuhan presiden sukarno dalam rangka usaha-usaha politik Setelah berlampau 24 jam ditangkap sejumlah dari merekaPelaksana dari pembuhunan tersebut.
Maka sudah dapat jelas bahwa usaha itu bukan satu kali tau usaha yang berdiri sendiri.tetapi rentetan Usaha sejak dulu, yaitu terror dan pengranatan –pengranatan yang telah berlaku di Ibukota ini dan dilakukan oleh Golongan yang sama,orang-orang yang sama, yang dipimpin Kolonel Zulkifli Lubis.
Inilah ketentuan yang didapat dari pemeriksaan itu, bahkan dari pemeriksaan itu kita dapat melihat lebih luas apa yang telah kita hentikan.
Seperti telah diketahui Musyawarah Nasional yang telah dihentikan ,penangkapan-penangkapan dan tindakan lebih lanjut dari peristiwa-peristiwa sebelumnya ,bahkan sejumlah besar dari orang-orang yang telah tersangkut dalam tindakan-tindakan sebelumnya telah dilepaskan.
Yang dengan ini, kita kembali kepada taraf , kit kembali menangkapi, kembali harus bertindak.
Seperti diketahui Panitia 7 maupun Pemerintah berpendirian yang sama bahwa Peristiwa Cikini dan yang bersangkutan dengan itu tidak dimusyawarkan tetapi ditindaki dengan hokum militer,
Tidak ada satu orangpun dari Panitia 7 yang ingin bermusyawarah Peristiwa itu.Tetapi pemeriksaan dari itulah membawa kita kepada perdoalan-persoalan yang lebih luas. Seperti yang saya katakan, dimana kita melihat sejumlah senjata yang ditangkap dari sumatera selatan ke Jakarta yang digunakan dalam teror-teror disini yang sampai sekarang belum dapat kita tentukan siapa-siapa dari sumatera selatan yang bertanggung jawab tentang pembawaan senjata-senjata ke Jakarta.
Begitu juga kemudian bahwa mereka yang tersangkut dalam komplot ini yang antara lain Kolonel Zulkifli Lubis dm lain-lain yang bersifat preman, sudah dapat melarikan diri dari jkarta melalui sumatera selatan dan terus ke Sumatera tengah.sehingga menimbulkan persoalan baru dimana KASAD telah mengeluarkan Perintah menankap semua yang tertuduh dalam soal itu, bahwa ada Pejabat-Pejabat didaerah itu yang membantu kepada mereka, ini sehingga menimbulkan persoalan yang baru.
(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)
Amnesti Umum Tak Jadi Karena Peristiwa Cikini
Pekerjaan Panitia 7 setelah peristiwa Cikini terpaksa dibekukan dan amnesty umum tidak bisa diteruskan,karena tidak ada dikalangan kita maupun dalam masyarakat yang dapat membenarkan bahwa jmereka yang berbuat itu akan diamnestikan ,tapi harus ditindaki menurut hokum , yang saya harap setelah itu ditangan Jaksa selekas mungkin memang secara hokum diselesaikan, begitu juga lain-lain peristiwa yang berhu ung dengan itu, karena seperti yang saya katakana semua satu rentetatan.
Pembunuhan terhadap kepala Negara dan pemeriksaan ternyata bukan sekali itu saja diusahakan.
Selama Musyawarah Nasional Pembangunan berkali-kali diusahakan tetapi gagal dan juga pada peristiwa-peristiwa sebelumnya begitu juga dapat kita ketahui usaha pembununahan terhadap diri saya sendiri.
Dengan demikian timbul kesulitan-kesulitan berhubung dengan penahanan dan pemeriksaan dari mereka yang tersangkut, ini termasuk Lubis Cs.dan Preman-premannya yang kebetulan dapat lolos ke Sumatera Selatan dan Sumatera Tengah tidak dapat diurus berhubung adanya pejabat yang memberikan perlindungan dan bantuan kepada mereka.
Jandi memang dalam hubungan itu kita masih belum dapat melaksanakan tindakan sebagaimana mestinya.
Sementara itu juga Panitia 9 dalam mencari bentuk resmi kerjasama dwitunggal pada saat Presiden berangkat keluar negeri dalam laporannya yang telah diumumkan juga disurat kabar belum dapat dicapai sesuatu pendirian dalam soal ini. Memang adalah soal yang sulit dimana kita melihat 2 pendirian yang berbeda pada waktu itu banyak pendirian itu tentu yang berbeda.
(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)
Saya kaget, dan saya suruh orang mencari Lubis. Dia bilang, ”Bukan saya. Kalau saya, mana mungkin gagal?”
Maksudnya, jika Lubis yang merencanakan, Soekarno pasti tewas.
Terus terang, tudingan ini lucu. Untuk apa kami mengacaukan sendiri usaha kami di Munas yang sedang di atas angin?
Akibat peristiwa itu, kami yang sedang menghadiri Musyawarah Pembangunan sempat ditahan. Rencana mengumumkan pelaksanaan hasil Munas,
(Ventje Samual)
Dokumen Lubis
Satu alternatif adalah yang dikatakan membikin front yang lebar antara daerah yang bergolak , dimana daerah yang begolak itu marterieel berdiri sendiri , artinya tidak bergantung pada Pusat , sambil menyerang macht concentratie di Pusat dalam dokumen itu adalah Kepala Negara dan Pimpinan Angkatan darat sebagai landasannya, dengan cabinets ebagai landasan hukumny dan Dewan Nasional sebagai landasan penghimpunan tenaga .
Disitu disebut juga alternative yang kedua yaitu membentuk Negara yang lain dan Pemerintah yang lain sebagai move tactisch yang maksimum dikatakan.
Dalam suasana keragu-rahuan dan simpang siur berita itu disitulah Penerangan Angkatan Darat mengumumkan isi daripada dokumen ini yang dokumen ini didapat dari seorang penjabat Polisi yang tertangkap dalam komplot Lubis Cs itu.
Dengan itu memang jelas apa yang akan terjadi sehingga kemudian kira mengetahui adanya rapat di Sungai dareh pada tanggal 9 Januari dimna hadir Panglima TT II,Komandan KDMST,Overste samual,para Kolonel yang pada waktu itu berperistiwa seperti Kol simbolon, Dahlan Djambek, Bung Natsir, Sumitro dlll lagi yang tentu sduah banyak kita denagr nama-nama itu dimana persoalan ini dibicarakan.
Pemerintahdan Pimpinan Angkartan darat tidak mengumumkan seluruhnya apa yang menjadi pembicaraan disitu dan apa yang menjadi pembicaraan disitu dan apa telah kita tangkap sebagai laporan.
Akan tetapi dapat kita apsti bahwa satu hal yang penting disini denag konsep yang disebut dalam dokumen tadi itu diketemukan lagi menjadi acara disitu tentang pembentukan suatu Pemerintahan yang lain.
Rapat itu dimana juga hadir Kol Lubis yang sudah diperintahkan untuk menangkapnya berhubung peristiwa Cikini membawa sesuatu konflik situstie yang baru di Sumatera Tengah
(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)
Saya suruh mencari Zulkifli Lubis dan ketika ditanyakan apakah ia terlibat peristiw Cikini, jawabanya bila saya terlibat pasti Presiden sukarno sudah mati
(Ventje Samual)
1957
Peristiwa penggranatan tanggal 30 November 1957 atau lebih dikenal dengan sebutan Peristiwa Cikini, misalnya, tidak bisa dilepaskan dari skenario CIA. Walaupun bukti dalam peristiwa yang menewaskan 11 orang dan 30 lainnya cedera masih simpang-siur, tetapi indikasi keterlibatan CIA sangat jelas.
Pengakuan Richard Bissell Jr, mantan Wakil Direktur CIA bidang Perencanaan pada masa Allan Dulles, kepada Senator Frank Church, Ketua Panitia Pemilihan Intelijen Senat tahun 1975, yang melakukan penyelidikan atas kasus tersebut, membuktikan itu.
Ia menyebut sejumlah nama kepala negara, termasuk Presiden Soekarno, untuk “dipertimbangkan” dibunuh. Bagaimana kelanjutannya, ia tidak mengetahui. Bung Karno sendiri yakin CIA di belakang peristiwa ini. David Johnson, Direktur Centre for Defence Information di Washington, juga membuat laporan sebagai masukan bagi Komite Church.
Peristiwa Cikini yang dirancang Kolonel Zulkifli Lubis, yang dikenal sebagai pendiri intelijen Indonesia, bukanlah satu-satunya upaya percobaan pembunuhan atas Bung Karno. Maukar, penerbang pesawat tempur TNI AU, juga pernah menjatuhkan bom dan menghujani mitraliur dari udara ke Istana Presiden.
Presiden Eisenhower sendiri memutuskan dengan tergesa persiapan invasi ke Indonesia sepekan setelah percobaan pembunuhan yang gagal dalam Peristiwa Cikini. Ia makin kehilangan kesabaran. Apalagi peristiwa itu justru makin memperkuat dukungan rakyat pada Bung Karno.
Ketegangan Bung Karno dengan Gedung Putih mulai mengendur setelah Presiden JF Kennedy terpilih sebagai Presiden AS. Ia malah mengundang Bung Karno berkunjung ke Washington. Dalam pandangan Kennedy, seandainya pun Bung Karno membenci AS, tidak ada salahnya diajak duduk bersama. Kennedy yang mengutus adiknya bertemu Bung Karno di Jakarta, berhasil mencairkan hati proklamator ini hingga membebaskan penerbang Allan Pope.
Begitu Kennedy tewas terbunuh, suatu hal yang membuat duka Bung Karno, hubungan Jakarta-Washington kembali memanas. Penggantinya, Presiden Johnson yang disebut-sebut di bawah “todongan” CIA, terpaksa mengikuti kehendak badan intelijen yang “mengangkatnya” ke kursi kepresidenan. Pada masa ini pula seluruh kawasan Asia Tenggara seperti terbakar.
CIA yang terampil dalam perang propaganda, kembali menampilkan watak sesungguhnya. Fitnah dan berita bohong mengenai Bung Karno diproduksi dan disebar melalui jaringan media massa yang berada di bawah pengaruhnya. Tujuannya mendiskreditkan proklamator itu. Hanya di depan publik menyatakan gembira atas kebebasan Allan Pope, tetapi diam-diam diproduksi berita bahwa kebebasan itu terjadi setelah istri Allan Pope berhasil merayu Bung Karno. Sedang pengeboman istana oleh Maukar, diisukan secara sistematis sebagai tindak balas setelah Bung Karno mencoba menggoda istri penerbang itu.
CIA terus melakukan berbagai trik perang urat syaraf mendiskreditkan Bung Karno. Termasuk di antaranya Bung Karno berbuat tidak senonoh terhadap pramuria Soviet dalam penerbangan ke Moskwa. Jauh sebelum itu, Sheffield Edwards, Kepala Keamanan CIA pada masa Allan Dulles, pernah meminta bantuan Kepala Kepolisian Los Angeles untuk dibuatkan film cabul dengan peran pria berpostur seperti Bung Karno.
Dalam satu artikel di majalah Probe, Mei 1996, Lisa Pease yang mengumpulkan berbagai arsip dan dokumen, termasuk dokumen CIA yang sudah dideklasifikasikan, menyebut yang terlibat dalam pembuatan film itu Robert Maheu, sahabat milyarder Howard Hughes, serta bintang terkenal Bing Crosby dan saudaranya.
Lantas apa akhir semua ini?
(penasukarno.web blog)
1 Desember 1957
Moh Hatta
Akhirnya yang dicemaskan para pemimpin di daerah terjadi juga, Bung Hatta mengundurkan diri pada bulan Desember 1957
(oetoesan melajoe)
1 Desember 1957
makin mencuat adanya perbedaan pandangan antara Mohammad Hatta dengan Soekarno yang berujung pada pengunduran diri Hatta sebagai Wakil Presiden pada 1 Desember 1957.
(gungun Gunawan)
2 Desember 1957.
Sebagai lanjutan musyawarah Nasional , bulan Desember 1957 di Jakarta diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan.
Musyawarah-musyawarah ini tidak berhasil mendapatkan cara penyelesaian masalah daerah-daerah yang membangkang terhadap pemerintah Pusat.
Kegagalan ini antara lain disebabkan tokoh-tokoh nasional seperti Mohammad Hatta dan Sri Sultan Hamengkubuwono, tidak diikutsertakan dalam pimpinan pemerintahan.
Selain itu daerah-daerah yang bergolak melontarkan tuduhan-tuduhan bahwa politik pemerintah Pusat mengarah kepada komunisme.
(ventje Samua)
Persoalan Barter
Persoalan barter sejak kurang lebih satu tahun ini telah merugikan republic Indonesia rata-rata setiap bulan 40 juta dolar. Memang bafter ini buat taraf pertama kita bisa memberikan perbaikan buat daerah yang tersangkut.
Harus diakui prosedur untuk memasukkan barang-barang Pembangunan melalui Birokrasi yang sentral di Pusat selama ini sangat sulit buat daerah-daerah, sehingga dengan jalan Barter mereka mengharapkan langsung bisa mendapatkan alat-alat yang dibutuhkan dari luar negeri.
Akan tetapi lambat laun barter itu akan merugikan bukan saja seluruh Negara tapi daerah itu sendiri karena dengan barter itu devisen hilang sama sekali, salah satu sumber dari Negara.
Kedua,macam-macam bea dan Cukai, TPI,bukti eksport dan lain lain yang merupakan penghasilan dari Negara , yang penting dengan sendirinya hilang dan buat daerah itu sendiripun,karena ini dijual keluar Negara dengan nama partikulir maka penjual-penjual itulah yang membawa dipasaran diluar negeri sehingga pembelinya dari luar negeri yang mempunyai kedudukan menentukan sehingga kita dapat mengetahui barang-barang yang dimasukkan
akhirnya juga merugikan terlalu mahal kita bawa atay kualiasnya kurang baik dan lain-lain.
Jadi bagaimanapun juga barter itu harus diakhiri dan kalau dilihat dari segi Pemerintah sekian puluh juta dolar tiap bulan yang kehilangan,dapat dimegerti bagaimana merosotnya Pendapatan Negara sampai sekarang ini karena itu Pemerintah memutuskan melarang Barter dan Angkatan Perang dan Polisi diperintahkan mengambil tindakan
Pemerintah Buka Jalan Lain
Pemerintah membuka jalan lain, ialah dengan jalan kecuali melaksanakan perimbangan keuangan buat daerah,juga memberikan sejumlah daripada hasil bea cukai dan devisen eksport,tiap-tiap daerah langsung buat keperluan daerah itu. Dengand emikian diberkan satu jalan lain,bahwa secara langsung mereka mendapat hasil-hasil itu karena itulah saya berkeliling kedaerah-daerah untuk menyusun BDP-BDP,kantor import/eksport dan lain lain dengan Kementerian-kementerian yang tersangkut supaya selekas mungkin dipenuhi kebutuhan ini.
Persoalan Baru
Timbul lagi persoalan yang baru yaitu keputusan Pemerintah untuk memecat perwira-perwira yang secara pokok telah melanggar norma-norma militer, sudah diketahui bahwa ini tidak dapat diterima oleh sejumlah Perwira yang berperistiwa itu,karena itu dalam meningkat-ningkatnya itu jelas danlah kita melihat salah satu ketentuan , baik dalam masalah Dwi Tunggal , baik soal penyelesaian Angkatan Darat,baik yang disebut soal Pusat dan Daerah itu, dalam suasana demikianlah timbul masalah yang baru, yaitu masalah didesas-desuskannya pembentukan suatu Negara yang baru atau Pemerintah yang baru di Sumatera.
Berita yang pertama kita terima adalah dari Radio Belanda Hilversum, yang telah mengumumkan keseluruh dunia akan digulingkannya Presiden dan dibentuknya Pemerintah yang baru dan bahkan timbulnya Negara Sumatera yang merdeka.
Dengan mulainya Radio Hilversum mengumumkan ini maka ramailah masyarakat membicarakan persoalan ini.
Begitu juga suatu interview daripada Simbolon dengan wartawan Amerika, yang mengatakan kalau komunis mengoper Pemerintahan di jawa, kami akan membentuk Pemerintahan yang baru di Sumatera.
Berita-berita ini disebarkan diseluruh dunia dan digunakan oleh musuh-musuh kita untuk menyerang kita dalam lapangan perang urat syaraf dan perang politik.
Berita itu tidak segera dapat kita men-evalueer isi yang sebenarnya,akan tetapi kemudian berhubung banyak keragu-raguan , maka pimpinan Angkatan Darat merasa perlu mengumumkan suatu dokumen yang terkenal ,dokumen Lubis,dimana dalam cita-cita nenperhjuangkan tindkan mereka itu telah dengan jelas dirumuskan 2 alternatif yang tentu sudah dibaca disurat kabar.
(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)
3 Desember 1957
di forum kabinet, bubar. Wakil Perdana Menteri Leimena mengumumkan bahwa segala keputusan Munas dibekukan.
(ventje samual)
7 Desember 1957
TANGGAL 7 Desember 1957, pukul 19.39, Laksamana Felix Stump, panglima tertinggi Angkatan Laut (AL) AS di Pasifik, menerima perintah melalui radiogram dari Kepala Operasi Angkatan Laut (AL) Laksamana Arleigh Burke. Isinya, dalam empat jam ke depan gugus satuan tugas di Teluk Subic, Filipina, bergerak menuju selatan ke perairan Indonesia. “Keadaan di Indonesia akan menjadi lebih kritis,” demikian salah satu kalimat dalam radiogram tersebut.
Kesibukan luar biasa segera terlihat di pangkalan AL AS. Malam itu juga satuan tugas dengan kekuatan satu divisi kapal perusak, dipimpin kapal penjelajah Pricenton, bergerak mengangkut elemen tempur dari Divisi Marinir III dan sedikitnya 20 helikopter.
“Berangkatkan pasukan, kapal penjelajah dan kapal perusak dengan kecepatan 20 knots, yang lainnya dengan kecepatan penuh. Jangan berlabuh di pelabuhan mana pun,” bunyi perintah Laksamana Burke.
Inilah keadaan paling genting, yang tidak sepenuhnya diketahui rakyat Indonesia. Perpecahan dalam tubuh Angkatan Darat, antara mereka yang pro dan kontra Jenderal Nasution, serta yang tidak menyukai Presiden Soekarno, mencapai titik didih. Pada saat yang sama, beragam partai politik ikut terbelah memperebutkan kekuasaan.
Kabinet jatuh bangun. Usianya rata-rata hanya 11 bulan. Paling lama bertahan hanyalah Kabinet Juanda (23 bulan), yang merupakan koalisi PNI-NU.
Situasi memanas menjalar ke daerah, benteng terakhir para elite politik di pusat. Daerah terus bergolak. Pembangkangan terhadap Jakarta dimulai sejak militer menyelundupkan karet, kopra, dan hasil bumi lainnya.
Militer Indonesia yang lahir dan berkembang dari milisi berdasarkan orientasi ideologi pimpinannya, bukanlah jenis pretorian. Mereka tetap kepanjangan dari parpol, entah itu PNI, PSI, Masyumi, PKI, dan seterusnya.
Terlalu kekanak-kanakan jika dikatakan tindakan sekelompok perwira mengepung Istana Bogor dan mengarahkan meriam pada 17 Oktober 1952 sebagai ekspresi ketidakpuasan semata, dan bukan percobaan “kudeta” terselubung.
Demikian pula ketika Kolonel Zulkifli Lubis mencoba menguasai Jakarta, sebelum kemudian merencanakan pembunuhan atas Presiden Soekarno dalam Peristiwa Cikini, dengan eksekutor keponakan pimpinan salah satu parpol.
Bagi Gedung Putih, inilah saat tepat melaksanakan rencana tahap III, yaitu intervensi militer terbuka ke wilayah RI.
Presiden Soekarno harus tamat segera.
CIA di bawah Allen Dulles telah mematangkan situasi. Melalui jaringannya di Singapura, Jakarta, dan London, sebagaimana dikemukakan Audrey R Kahin dan George McT Kahin dalam bukunya yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia,
Subversi Sebagai Politik Luar Negeri, agen-agen CIA berulang kali melakukan kontak khusus dengan Sumitro Djojohadikusumo, pencari dana untuk pemberontakan tersebut. Demikian pula dengan para perwira pembangkang seperti Kolonel Simbolon, Kolonel Fence Sumual, dan sejumlah perwira dan tokoh parpol lainnya.
Namun, ketika perintah menggerakkan elemen Armada VII dikeluarkan, keputusan itu tampak tergesa-gesa yaitu kurang dua jam setelah pembicaraan melalui telepon antara Presiden Eisenhower dengan Menlu John Foster Dulles. Itu sebabnya ketika gugus tugas AL di Teluk Subic bergerak, barulah kedua tokoh ini sadar atas alasan apa intervensi nantinya dilakukan.
(penasukarno web blog)
17 Desember 1957
17 Desember 1957, keadaan itu ditingkatkan menjadi keadaan bahaya tingkat keadaan perang.
(gungun gunawan)
20 Desember 1957
Reuni Militer Pejuang Di Salido
*ill pemuka PRRI di Sumatera Barat
Dari kiri ke kanan Kol Dahlan Djambek, Letkol Ahmad Husein,Burhanuddin Harahap, Kol. Maludin Simbolon, Syafei dan lain lain.
Pada tanggal 20 Desember 1957, di sebuah kota kecil di Pesisir Barat pantai Sumatera yang bernama Salido(ada tambang emas saat masa hindia belanda disana ,dekat kota Painan Kabupaten Pesisir Selatan SUMBAR-Dr Iwan s),
berlangsung suatu iding reuni para militer pejuang yang tergabung dalam Resimen IV Divisi Banteng Sumatera Tengah.
Reuni tersebut menghasilkan dan membentuk suatu badan organisasi yang dinamai “Dewan Banteng” dengan tokoh-tokoh militer seperti Kolonel Achmad Husein, Kolonel Dahlan Jambek, Kolonel M. Simbolon dan lain-lain sebagai para atasan dan penggeraknya.(ventje Samual)
Salido saat ini , dulu terkenal dengan Tambang Masnya masa Hindia belnda, dan kemudian Bukit Langkisau dengan lagunya yang diciptakan Lagu ini diciptakan oleh (alm) Huriah Adam dan dulu dipopulerkan oleh penyanyi Lily Syarief dan Elly Kasim
23 Desember 1957
Pemerintah Inggris, sekutu terdekat AS, sempat terperanjat dan menolaknya, sehingga kapal-kapal perang tersebut kembali ke pangkalannya.
Namun, setelah lobi-lobi intensif, tanggal 23 Desember 1957 PM Harold Macmillan menyetujuinya dan membentuk kerja sama operasi untuk Indonesia.
(penasukarno web blog)
KOLEKSI SEJARAH
PRRI
Oleh
Dr Iwan Suwandy,MHA
Edisi Pribadi Terbatas Buku Elektronik Dalam CD-ROM
Khusus Untuk Kolektor Senior. Produser Film documenter dan Historian
Hak Cipta @ 2013
Pemilik Koleksi
Dr Iwan Suwandy ,MHA
Kombes Pol (P)
Penemu
Driwancybermuseum web Blog
Hhtp://www.Driwancybermuseum.wordpress.com
Koleksi Sejarah
PRRI
1958
Tahun 1958 didirikan organisasi yang bernama Gerakan Perjuangan Menyelamatkan Negara Republik Indonesia yang diketuai oleh
Letnan Kolonel Achamad Husein.
Gerakan Husein ini akhirnya mendirikan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) yang berkedudukan di Bukittinggi dengan Syafruddin Prawiranegara sebagai pejabat presiden.
(Masa ke Masa DEPLU,2005)
Januari 1958
Tak lama kemudian Ahmad Yani Mendapat jabatan Deputi I-KASAD Bidang Intel dan pangkatnya naik jadi Kolonel.
Pak Yani turut dalam misi pembelian senjata ke Yugoslavia. Yang saat itu dipimpin
Jozeb Broz Tito dan bung Karno
Pada waktu itu bepergian keluar negeri masih sulit harus ada izin dari Presiden
(Dr Iwan sebagai perwira POLRI-ABRI tahun 1974 pergi ke Singapura atas biaya sendiri harus ada izin dari Panglima ABRI,setelah melalui perjalanan panjang izin mulai kari Kapolres,Kapolda,Asspers KAPOLRI,KAPOLRI,sampai PANGAB selama satu tahun-Dr Iwan).
Pada saat ini Presiden Yugoslavia Josef Broz Tito sedang berkunjung ke Indonesia dan saat pesta perjamuan oleh Presiden Sukarno di Istana Negara, Pak Yani diundang dan mulai dikenal oleh Bung Karno.
(Ahmad yani)
4 Januari 1958
Sekembalinya ke dari Luar negeri, Pak Yani mendapat tugas lagi ke London, dan saat itu Ibu Ahmad Yani melahirkan anak ke delapan, dan Ibnu Sutowo menirim berita liwat telex ke Pak Yani.
(Ahmad yani)
15 Januari 1958
Pada tanggal 15 Januari 1958 , Tokoh PSI Prof Soemitro Djojohadikusumo meninggalkan Sumatera Barat menuju singapura dan kemudian ke Eropa Barat untuk mengalang dana dan bantuan lainnya termasuk mendapatkan senjata
(Audrey Kahin,Dari Pemebrontakan ke Integrasi,yayasan Obor,Jakarta,2008 hal 322)
Sumitro lalu ke Saigon juga dengan menyamar sebagai kelasi kapal sebelum ke Manila dan melakukan kontak dengan Perjuangan Semesta (Permesta). Menyamar menjadi cargo supervisor atas nama pemilik kopra, Sumitro masuk ke Bitung. Ia ke Sumatra menggelar pertemuan dan memperluas hubungan dengan pemimpin militer di Sumatra, juga Sumual di Sulawesi.
Subadio, utusan Sjahrir, bertemu Sumitro di Singapura. Sumitro berperan menangani bidang logistik bersama Kolonel Simbolon dan Husein bagi PRRI. Ia sempat mengecek pengadaan senjata. Sebagian senjata dibeli di Phuket (Thailand) dan Taiwan. Dua kali ia masuk Taiwan, dan kembali ke Minahasa dengan pesawat bermuatan amunisi.
Konsep semula, menurut Sumitro, hanya untuk memperbaiki Jakarta. Tidak ada bayangan membuat suatu pemerintahan tandingan. Tuntutan mereka hanyalah ingin otonomi dan pengembangan daerah.
Sumitro mempercayai gagasan persatuan Indonesia. Namun, tatkala PRRI hendak mendirikan Republik Persatuan Indonesia (RPI), dan Pulau Jawa tidak termasuk di dalamnya, ia menolak tegas, “Kalau demikian, saya tidak bisa ikut, sebab negara kita satu.”(iluni)
Informasi terkait dari Prabowo Subianto putra Sumitro
Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya sekaligus calon presiden untuk pemilihan umum 2014 Prabowo Subianto mengaku pernah menjadi pengungsi di Malaysia dan Singapura sekitar 1960-an. Dia menghabiskan masa kecilnya di dua negara itu.
Karena itu, menurut Prabowo, dia memiliki ikatan emosional dengan dua negara tetangga itu. “Waktu itu keluarga saya menjadi pengungsi karena kalah dalam konflik politik. Singapura dan Malaysia memberi kami tempat berlindung,” kata Prabowo berkemeja batik merah saat menjadi pembicara tunggal dalam acara makan siang digelar oleh Dewan Dagang Singapura bersama Malaysian Club di Ballroom Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Rabu (29/5).
Selama sepuluh tahun, Sumitro Dojohadikusumo membawa lari keluarganya ke luar negeri setelah rencana PRRI Permesta (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia Perjuangan Rakyat Semesta) mendirikan RPI (Republik Persatuan Indonesia) tidak memasukkan Pulau Jawa sebagai wilayahnya.
Dia tidak bisa kembali ke Jakarta lantaran Presiden Soekarno masih menganggap dia sebagai pemberontak. Sumitro bergabung dengan PRRI dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara karena menolak Soekarno terlalu dekat dengan komunis.
Meski sudah setengah abad, Prabowo masih ingat kenangan masa kecilnya di Malaysia dan Singapura. “Saya sangat suka nasi lemak, sangat berbahaya (disambut tawa hadirin) dan pergi ke warung makan Uncle Don di Kuala Lumpur.”
Demi keamanan, Sumitro bersama keluarganya tak mau tinggal di suatu negara lebih dari dua tahun. Mereka berpindah mulai dari Singapura, Hong Kong, Kuala Lumpur (Malaysia), Zurich (Swiss), London (Inggris), kemudian pindah ke Bangkok.
Untuk menghidupi keluarganya di pelarian, dia menjadi saudagar mebel dan pengembang perumahan di Malaysia. Juga mendirikan Economic Consultans for Asia and the Far East (Ecosafe) di Hong Kong dan cabangnya di Kuala Lumpur. Dia memakai nama Kusumo.(fas)
(Merdeka Com)
Ketidak sepakatan ini mendorong Sumitro mengungsi ke luar negeri, lantaran belum memungkinkan pulang ke Jakarta. Pemerintahan Soekarno masih menganggapnya pemberontak yang harus disingkirkan.
Selama 10 tahun di pelarian, Sumitro menggunakan banyak nama samaran. Para mahasiswa di Jepang mengenalnya sebagai Sungkono. Di Jerman dipanggil Sunarto.
Di luar Frankfurt pakai nama Abdul Karim. Di Hongkong orang mengenalnya Sou Ming Tau (bahasa Kanton) dan Soo Ming Doo (bahasa Mandarin). Warga Malaysia mengenalnya Abu Bakar. Ia dipanggil Henry Kusumo atau Henry Tau di Bangkok.
Demi keamanan, Sumitro bersama keluarganya tak mau tinggal di suatu negara lebih dari dua tahun. Mulai dari Singapura, Hongkong, Kuala Lumpur, Zurich-Swiss, London, kemudian pindah ke Bangkok.
Untuk menghidupi keluarganya di pelarian, ia menjadi saudagar mebel dan real estate di Malaysia. Juga mendirikan Economic Consultans for Asia and the Far East (Ecosafe) di Hongkong, dan cabangnya di Kuala Lumpur. Ia memakai nama Kusumo.
Sebagai orang tua, ia dikenal keras dan disiplin dalam mendidik keempat anaknya.
Buktinya, putri tertua, Ny. Biantiningsih yang istri mantan Gubernur BI J Soedrajat Djiwandono, sampai memiliki dua gelar kesarjanaan.
Begitu juga Ny Marjani Ekowati, putri kedua yang menikah dengan orang Prancis. Letjen Prabowo Subianto berhasil meniti karier sebagai Danjen Kopassus dan Pangkostrad.
Lalu si bungsu Hashim Sujono menjadi pengusaha sukses.
(iluni)
Tanggal 15 Januari 1958, Ahmad Husein memaklumkan
berdirinya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI)
16 Januari 1958
Pada 16 Januari 1958 Bung Hatta & Bung Syahrir mengirim seorang utusan ke daerah-derah bergolak seperti Syauman Gaharu di Palembang dan Dewan Banteng di Sumteng.
Utusan itu ialah Djoeir Moehammad salah seorang anggota dari DPP Partai Sosialis Indonesia (PSI).
Kok bakisa duduak ja’an kalua di lapiak nan sahalai
Kok bakisa tagak ja’an kalua di tanah nan sabingkah
Kalau bergeser dari duduk jangan keluar dari lapik yeng sehalai
Kalau bergeser berdiri jangan keluar dari paki yang sehelai
Pesan Bung Hatta dan Syarir itu adalah:
”Pergolakan-pergolakan daerah di Indonesia dewasa ini (maksudnya: waktu itu) terjadi pada saat-saat sedang hangatnya berlangsung Perang Dingin antara Blok Komunis dan Blok Barat ( termasuk Eropa Barat).
Tidak tertutup kemungkinan, bahwa pergolakan daerah itu merupakan peluang bagi Blok Amerika untuk menungganginya, karena khawatir akan sikap Presiden Soekarno yang akrab dengan Blok Uni Soviet”.
Djoeir Moehamad juga menyampaikan pesan kepada Letkol Barlian, Ketua Dewan Garuda di Palembang dan Ahmad Husein, Ketua Dewan Banteng di Padang, bahwa suatu pemberontakan untuk membentuk Pemerintahan yang lain akan menimbulkan korban yang tidak sedikit, setidak-tidaknya akan mengakibatkan perkembangan daerah yang bersangkutan tertinggal selama satu generasi.
Pesan ini kemudian menjadi kenyataan. Letkol Barlian di Palembang mematuhi nasihat Bung Hatta dan Syahrir ini,
akan tetapi Ahmad Husein semula akan bersedia melaksanakan nasihat Bung Hatta dan Syahrir itu, tapi tampaknya waktu itu dia telah dikepung oleh teman-teman militernya, sehingga ia mengingkari nasihat Bung Hatta dan Syahrir itu.
(oetoesan melajoe)
.
Menanggapi rapat rahasia di Sungai Dareh itu,
Bung Hatta mengirim pesan yang kemudian disiarkan Pers di Jakarta: ”Kok bakisa duduak jan bakisa dari lapiek nan salai, kok bakisa tagak jan bakisa dari tanah nan sabungkah”.
Sekitar tanggal 16 Januari 1958 Bung Hatta dan Syahrir mengirim seorang utusan ke daerah-daerah bergolak seperti Dewan Garuda di Palembang dan Dewan Banteng di Padang. Utusan itu adalah Djoeir Moehamad, salah seorang anggota Dewan Pimpinan Partai Sosialis Indonesia (PSI).
Pesan Bung Hatta dan Syarir itu adalah: ”Pergolakan-pergolakan daerah di Indonesia dewasa ini (maksudnya: waktu itu) terjadi pada saat-saat sedang hangatnya berlangsung Perang Dingin antara Blok Komunis dan Blok Barat ( termasuk Eropa Barat). Tidak tertutup kemungkinan, bahwa pergolakan daerah itu merupakan peluang bagi Blok Amerika untuk menungganginya, karena khawatir akan sikap Presiden Soekarno yang akrab dengan Blok Uni Soviet”.
Ternyata kemudian, bahwa yang disinyalir oleh Bung Hatta dan Syahrir ini benar adanya. PRRI terperangkap ke dalam strategi Amerika Serikat.
Djoeir Moehamad juga menyampaikan pesan kepada Letkol Barlian, Ketua Dewan Garuda di Palembang dan Ahmad Husein, Ketua Dewan Banteng di Padang, bahwa suatu pemberontakan untuk membentuk Pemerintahan yang lain akan menimbulkan korban yang tidak sedikit, setidak-tidaknya akan mengakibatkan perkembangan daerah yang bersangkutan tertinggal selama satu generasi.
Pesan ini kemudian menjadi kenyataan. Dapat dirasakan sekarang. Letkol Barlian di Palembang mematuhi nasihat Bung Hatta dan Syahrir ini, akan tetapi Ahmad Husein semula akan bersedia melaksanakan nasihat Bung Hatta dan Syahrir itu, tapi tampaknya waktu itu dia telah dikepung oleh teman-teman militernya, sehingga ia mengingkari nasihat Bung Hatta dan Syahrir itu.
Isi tulisan itu menyadarkan akan kualitas Bung Hatta sebagai bapak bangsa yang ingin mempertahankan keutuhan NKRI, dan kemampuan beliau untuk membaca apa kira-kira akibat buruk dari sesuatu kebijaksanaan yang akan diambil.
Pertanyaan sejak lama, kenapa TT II Sriwijaya dibawah komando Let Kol Barlian tidak meneruskan perlawanan terhadap pemerintahan pusat. Beliau patuh mengikuti petunjuk dan permintaan dari Bung Hatta tersebut. “Wong Kito Palembang” selamat tanpa korban baik jiwa maupun masa depan daerahnya. Tidak ada trauma pada mereka.
(dokumentasi buya)
Peristiwa Mayor Djuhartono
Apa yang terjadi ternyata diluar kehendak MBAD, malahan Panglima TT. II/SRIWIJAYA memerintahkan menangkap Komandan Resimen V dengan menggerakan pasukan dari KMKB. Hal ini mengakibatkan Mayor Djuhartono membawa pasukannya ke Talang Betutu dalam rangka mengamankan diri.
KKMB (Garnisun) segera memerintahkan Lettu. Sainan Sagiman, dan dibantu oleh skuadron-skuadron panser pimpinan Lettu. Faisol dan Satu Batalyon Penuh Infrantri pimpinan Kapten. Abdulla yang bersama-sama untuk memimpin pasukan serta meminta penyerahan diri Mayor Djuhartono dan pasukan yang ternyata ditanggapi dingin oleh Mayor Djuhartono.
Mayor Riacudu segera mengambil usulan untuk menempuh jalur diplomasi mengingat kawan dan lawan adalah sesama mantan pejuang kemerdekaan dengan usulan-usulan :
- Semua pasukan siap ditempat dan tidak boleh bergerak
- Tidak ada sebutir peluru ditembakkan
- KSAD dibenarkan mendarat di Talang Betutu
Peristiwa semakin rumit dengan mendaratnya tiga flight Dakota yang membawa Pasukan RPKAD
di Talang Betutu.
Mengingat kondisi yang rumit Mayor Nawawi segera diperintahkan untuk membawa pasukan dalam jumlah besar mengepung Talang Betutu.
Untunglah sebelum front terbuka, Ketengan mulai mencair ketika jalur diplomasi dari TT. II/SRIWIJAYA yang dipimpin oleh Mayor Kastubi mencapai kesepakatan dengan dihadiri oleh Kolonel A.Yani dan Kolonel Ibnu Sutowo sebagai utusan KSAD. Peristiwa ini sangat menggemparkan dan dikenal dengan peristiwa “Djuhartono”.
Setelah dimutasikanya Djuhartono dan disetujuinya tidak ada released ke media massa tentang peristiwa ini, tiba-tiba terdengar issu bahwa akan adanya serangan dari pusat terhadap daerah dan penangkapan tokoh-tokoh pergerakan daerah dari kalangan mliter. Hal ini mengakibatkan ketersinggungan unsur TT. II/SRIWIJAYA dan mensiagakan seluruh kekuatan mliter yang ada.
Untunglah sebelum situasi bertambah panas Lettu Sainan Sagiman diperintahkan untuk mengkonsolidasi dan mengkoordinasikan dengan Panglima Sumatera Tengah Letkol A. Husain, Panglima Sumatera Utara Letkol. Djamin Ginting serta Panglima Aceh Letkol Syamaun Gaharu agar memberikan dukungan kepada TT. II/SRIWIJAYA meyakinkan MBAD masalah Sumatera Selatan dibawa ketingkat pusat dan tidak perlu dengan pengerahan kekuatan mliter. Usulan ini didukung secara penuh oleh ketiga panglima wilayah sumatera dengan tujuan mencegah pertempuran sesama kekuatan NKRI
(KODAM Sriwjaya web blog)
Pertemuan Sungai Dareh dari kiri kekanan Letnan Tema,Kol Zulkifli Lubis,Kol Dahlan Djambek, Kolonel Mauludin Simbolon,Letkol Ventje Samual,Letkol Barlian,Letkol Ahmad Husein
Pertemuan Sungei Dareh
Hadir dalam pertemuan itu, selain para panglima yang dianggap memberontak, juga politisi seperti Sjafruddin Prawiranegara, Burhanuddin Abdullah, Mohammad Natsir, hingga Sumitro Djojohadikusumo.
Di desa itu, kami sepakat membuat wadah perjuangan yang nantinya dinamakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Selain menyiapkan logistik perang, saya juga melakukan pembicaraan untuk membantu perjuangan di dalam negeri. Dalam perjalanan ke Taipei, Manila, dan Tokyo, saya sempat mampir ke Hong Kong.
Di situ saya bertemu Joop Warouw, mantan Panglima Kodam Wirabuana. Warouw saat itu sudah menjadi atase militer RI di KBRI Beijing.
Saya dan Warouw terbang ke Tokyo. Presiden sedang berada di Tokyo, awal Februari. Warouw adalah perwira yang dikenal Soekarno lantaran loyalitas dan integritasnya karena menolak Nasution dalam peristiwa 17 Oktober 1952.
Warouw menemui Soekarno dan menjelaskan perihal krisis yang terjadi setelah peristiwa Cikini.
Soekarno setuju perlunya jalan damai. Ia langsung mengirim surat ke Perdana Menteri Djuanda.
Tapi itikad baik Soekarno gagal dilaksanakan. Nasution sudah memerintahkan pengeboman Padang dan Manado.
(Ventje Samual)
Pebruari 1958
Pertemuan Padang
were not so much attempts to break away from Indonesia as they
were attempts to get more local control over local affairs and resources within Indonesia. Rebellious officers meet in Padang
while Sukarno is in Thailand. Masyumi leaders join in, including Natsir
10 Februari 1958
Pertemuan Sungei dareh
Ultimatum yang dibacakan Ahmad Husein itu menyebut, ”Dalam tempo 5 x 24 jam kabinet Djuanda menyerahkan mandat kepada Presiden atau Presiden mencabut mandat Kabinet Djuanda.
Presiden membentuk kabinet baru di bawah Bung Hatta dan Sultan Hamengku Buwono IX.”
Ultimatum ditolak. Buntutnya, Ahmad Husein dan Maludin Simbolon dipecat. Dua hari berselang Padang dibom oleh AURI. Menyusul kemudian Manado.
(Ventje Samual)
Menyusul ultimatum yang dikirim Jakarta, kami sepakat berkumpul lagi. Saya terbang ke Singapura dan menyewa motor ke Pekanbaru. Dari sana saya langsung meluncur ke Sungai Dareh di perbatasan antara Sumatera Barat dan Jambi,
Perintah pengeboman menyusul ultimatum yang dilontarkan Dewan Perjuangan, 10 Februari 1958, di Sungai Dareh.
(Ventje Samual)
Info terkait
Saat Bung Karno tahun 1967 diajak mengungsi keluar negeri atau ke jawa timur ia teringat dengan peristiwa PRRI
Soekarno yang semula diam, angkat bicara.
Dia mengingatkan tahun 1957, kapal induk Amerika Serikat sudah berlayar ke perairan Indonesia. AS kala itu membantu pemberontakan PRRI/Permesta di Sulawesi dan Sumatera. AS menyumbang dana dan senjata untuk memecah Indonesia. Kini, jika dirinya pergi, pasti AS akan melakukan hal itu lagi.
(Merdeka Com)
Akibatnya segenap pemimpin di daerah semakin khawatir dengan perkembangan politik di Jakarta.
Pada bulan Januari 1958, atas usul dari Kol. Barlian maka diadakanlah pertemuan di Sungai Dareh. Pertemuan ini berlangsung dari 8-9 Januari 1958. Dihadiri oleh segenap pimpinan sipil daerah dan beberapa pimpinan politik pusat (Masyumi).
Dalam pertemuan ini para pemimpin Masyumi terperangkap dalam persekongkolan dengan AS yang sudah digarap oleh Sumitro, Simbolon, dan Sumual. Menurut Syafruddin, mereka tidak tahu sebelumnya tentang kontak-kontak Kolonel Hussein dengan CIA. Namun mereka terdesak oleh para pemimpin militer yang hadir pada saat itu.
(oetoesan melajoe)
di Palembangpun ada persiapan perang
Banyak hal yang dapat dipelajari dan hikmah yang dapat disimpulkan dari rentetan peristiwa PRRI ini.
Saya sendiri berada di Palembang antara tahun 1950-1958, yang merupakan wilayah dari Dewan Garuda (Teritorium II = TT II Sriwijaya).
Sebagai siswa SMP saya mengikuti suasana pergolakan daerah ini melalui cerita orang-orang yang lebih dewasa, koran, siaran radio RRI, dan kemudian Radio PRRI yang disiarkan dari Malaysia dengan suaranya yang sangat jernih dan jelas.
Suara bariton penyiarnya sangat khas, dan ada yang mengatakan bahwa penyiarnya itu adalah Des Alwi.
KOLEKSI FILM DOKUMENTER DES ALWI SUDAH DIBELI PUTYRA SOEMITRO DAPAT
DIJADIKAN TAMBAHAN TAYANGAN BUKTI SEJARAH FILM DOKUMENTER
Pada waktu sejumlah pimpinan daerah Sumatera Selatan (Lampung dan Bengkulu masih termasuk Sumsel) masih banyak yang dipegang urang awak, seperti antara lain Dr. Isa, Dr. Adnan Kapau (AK) Gani, Kol. Hasan Kasim.
Yang paling terlihat jelas dengan jelas adalah suasana harian yang diwarnai oleh semangat perjuangan yang tampak melalui latihan tentara sukarela Sriwijaya Training Center (STC) yang setiap hari berlangsung di dekat kediaman saya di daerah Bukit Kecil, Palembang.
Acara-acara latihan ini sangat menarik bagi anak-anak, karena dapat mengamati senjata-senjata baru yang tidak pernah dilihat sebelumnya, dengan para sukarelawan yang memakai pakaian tentara Amerika yang kedodoran (belum sempat divermaak).
Kalau mereka memakai singlet hijau militer, belahan singlet bagian bawah sudah sampai di pinggang mereka.
Walau demikian dengan senjata barunya mereka tetap terlihat gagah.
Semangat kedaerahan sangat menonjol saat itu, yang juga merasuki anak-anak dengan tingkat pemahaman yang masih terbatas
(nagai web blog)
10 Pebruari 1958
Hussein demands that the Djuanda goverment step down in five days
On February 10, 1958, when Sukarno was out of the country, a group of Sumatran military officers, Masyumi politicians, and others sent an ultimatum to Jakarta demanding Sukarno’s return to a figurehead role as president and the formation of a new government under Hatta and Yogyakarta sultan Hamengkubuwona IX. Five days later, the group proclaimed the Revolutionary Government of the Indonesian Republic (PRRI).
(sukarnoyeras web blog)
Maksud Melo Kaliseer Keadaan
Saya sendiri sebagai kSAD selalu menyatakan tidak akan datang di Padang selama mereka yang harus ditangkap berkeliaran disana dngan leluasa.
Memang sulit buat saya sebagai pimpian Angkatan Darat untuk datang kesuatu tempat dimana orang-orang yang diperintahkan ditangkap tidak ditangkap tapi dengan biasa dapat dipekerjakan .
Hal ini kejadian di Sungai Dareh , maka Pemerintah dan Pimpinan Angkatan Perang No 1 ditujukan untuk mengusahakan jangan sampai terjadi dan kalau terjadi supaya dilokalisir karena kita dapat memperhitungkan kalau kejadian yang semacam itu yang secara militer kurang lebih sepertiperistiwa Madiun , akan membawa pula suatu peristiwa yang berat yang minta korban yang berat dari tentara dan masyarakat.
Jadi dengan tulus ikhlas baik Pemerintah yang berhubungan dengan pemimpin politik yang mundar mandir ke Padang, maupun saya yang langsung ke Sumatera Utara dan Sumatera selatan untuk mengusahakan kalau mereka punya pendirian begitu, tapi lain daerah jangan ikut, supaya dilokalisir persoalan ini di Sumatera tengah.Dengan demikian dapat kita batasi .
Begitu juga saya memanggil komandan dari Indonesia bagian Timur untuk menjaga supaya dilokalisir soal ini, jangan terjadi juga di Indonesia bagian Timur. Untuk itulah pula diadakan rapat-rapat.
Saya telah menerima Panglima KDMSST di Jawa Timur , juga saya sampaikan pe4intah-perintah dan mendapat kesanggupan pelaksanaan perintah itu.
Begitu juga saya menerima Komandan dari pada Sulawesi Utara dan tengah, uang juga menyanggupi pelaksanaan perintah itu.
Dan terhadap komandan-komandan Sumatera saya adakan rapat di bandung berhubung mereka punya keberatan mengadakan di Jakarta yang dianggap pada waktu rapat yang dulu mempunyai suasana yang menekan terhadap jiwa mereka, tapi Komanda KDMST tidak hadir , yang mengusulkan supaya diadakan ditempat dan waktu lain.
Soal ini saya penuhi dan saya tugaskan kepada Panglima TT-II untuk mengaadakan rapat di Bangka, supaya dapat kita membicarakan maslah-masalah Sumatera yng seang dihadapi dan mengusahakan menghindari jangan terjadi dan kalau terjadi supaya kita dapat melokalisir.
(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)
9 Februari 1958
Pada tanggal 9 Februari 1958, Badan Aksi Rakyat Sumatera Tengah (BARST) mengadakan rapat akbar di Padang untuk mendorong Ahmad Husein mengambil langkah-langkah yang bijaksana dan kuat terhadap Pemerintah Jakarta.
Dalam rapat akbar itu berpidato Kol. Dahlan Jambek
dan Kol. Simbolon yang kemudian rapat akbar itu mengeluarkan sebuah resolusi yang ditujukan kepada Ahmad Husein.
Sebagian besar dari isi resolusi itu yang diadopsi ke dalam ultimatum Dewan Perjuangan yang diumumkan lewat radio tanggal 10 Pebruari 1958:
* Agar Ahmad Husein mengirim tuntutan kepada Perdana Menteri Djuanda dan Kabinetnya di Jakarta supaya mengembalikan mandatnya dan menunjuk Hatta dan Hamengkubowono IX sebagai formatur pembentukan Kabinet baru.
* Agar Pemerintah Pusat mencabut larangan terhadap barter.
* Agar Presiden Soekarno kembali ke UUD 1950 dalam membentuk kabinet. Jika tuntutan itu tidak dipenuhi, Ahmad Husein harus mengambil langkah-langkah bijaksana dan kuat
Kol Dahlan Jambek berkata lewat pidato-pidatonya, bahwa keadaan sekarang sudah berada pada titik, ”the point of no return”.
Pada tanggal 9 Februari 1958 Badan Aksi Rakyat Sumatera Tengah (BARST) mengadakan rapat akbar di Padang untuk mendorong Ahmad Husein mengambil langkah-langkah yang bijaksana dan kuatk terhadap Pemerintah Jakarta.
Dalam rapat akbar itu berpidato Kol. Dahlan Jambek dan Kol. Simbolon yang kemudian rapat akbar itu mengeluarkan sebuah resolusi yang ditujukan kepada Ahmad Husein
(kedaikopi web blog)
Dalam Buku Dokumentasi Dinas sejarah TNI Angkatan darat, Ibu Ahmad Yani pernah membaca bahwa bekas Kolonel Dahlan Djambek dalam rapat umum yang yang diadakan tanggal 9 Pebruari 1958 di Padang, mengatakan bahwa kalau tuntutan itu tidak dipenuhi , maka akan dipilih jalan Sjahid dan kepada Kepala Staf TNI Angkatan darat, Laut dan Udara diperingatkannya agar jangan mengambil tindakan karena itu berarti mayat-mayat akan bergelimpangan.
Inilah keadaan yang mencemaskan
(Ahmad Yani, hal 171-172)
Situasi politik berkembang cepat
Orang Minang telah bersepakat
Rezim Soekarno sedang berkhianat
Jauh di hati harapan rakyat
Achmad Husein muncul ke depan
Mengumumkan tuntutan dengan permintaan
Lima hari lima malam waktu diberikan
Pemerintah mundur dari kekuasaan
Dua tuntutan dicatat sejarah
Perlu ditandai tinta merah
Berikan otonomi kepada daerah
Orang Komunis jangan memerintah
(H.Bustanudin St Kayo)
Sesudah Rapat di Sungai Dareh(tepatnya berlokasi dekat tepi sungai ,(Dr Iwan pernah mampir disana saat bertugas sebagai perwira kesehatan dokter polisi POLRES tahun 1975)
Letkol Ventje Samual dan Prof Soemitro Djojohadikusumo berangkat ke Singapura . Pada suatu ketika sedang makan di sebuah restaurant seorang yang mereka belum kenal mendekati mereka menawarkan sejumlah senjata , sungguh mengherankan penawaran tersebut adalah orang yang belum dikenal dan sejata itu tidak usah dibeli dan akan diberikan cuma-cuma.(Gratis)
Tawaran itu diterima dengan catatan tanpa persyaratan dan ikatan apapun.Belakangan baru diketahui bahwa orang tersebut anngota dinas rahasia Amerika Serikat CIA.
(Mauludin Simbolon)
10 Februari 1958
PRRI membentuk Dewan Perjuangan dan tidak mengakui kabinet Djuanda. Dewan Perjuangan PRRI membentuk Kabinet baru, Kabinet Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (Kabinet PRRI). Pembentukan kabinet ini berlangsung saat Persiden Soekarno sedang berada di Tokyo, Jepang.
Pada tanggal 10 Februari 1958 sebuah Dewan Perjuangan melalui RRI Padang mengeluarkan pernyataan “Piagam Jakarta” yang berisi sejumlah tuntutan yang ditujukan pada Persiden Soekarno agar “bersedia kembali kepada kedudukan yang konstitusional menghapus segala akibat dan tindakan yang melanggar UUD 1945 serta membuktikan kesediaannya itu dengan kata dan perbuatan…”.
Tuntutan tersebut diantaranya adalah:
1. Supaya kabinet Djuanda mengundurkan diri dan mengembalikan mandatnya pada Persiden.
2. Agar pejabat persiden Sartono membentuk kabinet baru Zaken kabinet nasional yang bebas dari pengaruh komunis dibawah Mohammad Hatta dan Hamengkubuwono IX.
3. Agar kabinet baru diberi mandat sepenuhnya untuk bekerja sampai pemilihan umum yang akan dating.
4. Agar Persiden Soekarno membetasi diri menurut konstitusi.
5. Apabila tuntutan diatas tidak dipenuhi dalam tempo 5×24 jam maka Dewan Perjuangan akan mengambil langkah kebijakan sendiri.
(kolektorsejarah)
Keadaan yang berubah
Situasi politik berkembang cepat
Orang Minang telah bersepakat
Rezim Soekarno sedang berkhianat
Jauh di hati harapan rakyat
Achmad Husein muncul ke depan
Mengumumkan tuntutan dengan permintaan
Lima hari lima malam waktu diberikan
Pemerintah mundur dari kekuasaan
Dua tuntutan dicatat sejarah
Perlu ditandai tinta merah
Berikan otonomi kepada daerah
Orang Komunis jangan memerintah
Presiden Soekarno bernafas sesak
Para panglima sedang menggertak
Daerah dianggap sebagai pemberontak
Kaum Komunis lalu bersorak
Nagari Com
Ultimatum kepada Presiden dan Kabinet
(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)
Ketika semua upaya rekonsialisasi mengalami jalan buntu, sebuah badan disebut dengan Dewan Perjuangan, yaitu unsur inti dari gabungan dewan-dewan yang disebut sebelumnya, mengeluarkan ultimatum kepada pusat pada 10 Februari 1958, setelah mengadakan rapat di Sungai Dareh, Sumatera Tengah.
Isinya antara lain ialah tuntutan agar Kabinet (Pemerintahan) Djuanda dibubarkan dan menyerahkan mandatnya kepada Presiden atau Pejabat Presiden; memberikan kesempatan dan bantuan sepenuhnya kepada Hatta dan Sultan Hamengkubuwno IX untuk membentuk “zakenkabinet” sampai Pemilu berikutnya; meminta kepada Presiden Soekarno agar bersedia kembali sebagai Presiden konstitusional dengan membatalkan semua tindakannya yang melanggar konstitusi selama ini.
Apabila dalam tempo 5 x 24 jam Presiden Soekarno dan Kabinet Djuanda tidak mememuhi tuntutan tersebut, maka mereka akan membentuk pemerintahan sendiri yang “terlepas dari kewajiban untuk mentaati pemerintah Jakarta.” Oleh karena kedua belah pihak tidak mau mundur dengan pendirian masin-masing, maka ketika ultimatum itu mencapai tenggat waktu yang ditetapkan,
(DR Mestika Zed)
Ultimatum Kepada Presiden Dan Kabinet
Tapi ini(upaya melokalisir persoalan) belum dapat berbukti, kita telah membaca yang disebut Ultimatum Dalam tempo Lima Kali Dua Puluh Empat Jam kepada Presiden Dan kepada Kabinet, agar Presiden atau Kabinet membubarkan Kabinet sekarang ini dan menunjuk Hatta-Hemangkubuwono sebagai pembentuk Kabinet yang baru.
Kalau ini tidak dipenuhi maka akan memutuskan hubungan dengan Kepala Negara dan bahwa dari pada ketaatan kepada Kepala Negara.
Dengan adanya Ultimatum ini terus terang saja pada saat itu estimasi kita tidak sampai begitu jauh.
Kalau kita lihat peristiwa yang lalu belum pernah sampai bersedia untuk tidak mengakui Kepala Negara .
Inilah pertama kali . Paling bnayak tidak mengakui pemerintah,maka dengan demikian kita dapat menghitung reaksi dalam soal ini.
Pemerintah dan Pimpinan Angkatan Perang sependapat bahwa tindakan dari sejumlah perwira Menengah ini harus dihukum dan tidak bisa dibenarkan.
Mereka yang pernah turut dalam aksi ini harus dihukum dan tidak bia dibenarkan lagi sebagai Perwira karena itu dengan tegas Dipecat dan diperintahkan penangkapan dari pada mereka yang telah berbuat ini.
Saya perlu menjelaskan tindakan ini lebih lanjut, Pemerintah selalu katakana Pergolakan di Daerah seperti di Sumatera Selatan ada yang disebut Terbukti, artinya mereka mengusahakan stabilitas Pemerintah ,Pembangunan Daerah dan Keaaman sebagai usaha yang murni dari Daerah, diakui dan disokong sepenuhnya oleh Pemerintah,dibantu sepenuhnya dengan segala tenaga yang ada pada Pemerintah supaya bisa tercapai.
Tapi soal yang lain seperti yang terjadi ini tidak lagi dalam batas apa yang terjadi, tidak lagi dalam batas apa yang disanggupi oleh Pemrintah.Ini sudah meliwati batas.
Klau sesuatu Pemerintah membiarkan beberapa Komandan bawahan mengultimatum dia, dan kemudian memenuhi tuntutannya , kita dapat mengerti bahwa selanjutnya tidak aka nada satu Pemerintahanpun. Kemudian yang bisa berdiri .Bisa setiap waktu oleh seorang Pejabat Angkatan Darat di ultimatum dan dengan demikian tidak ada lagi norma-norma Militer dsn norma-norma Negara buat itu. Jadi bagaimanapun juga hal yang semacam itu harus dihukum.
Jika kita melihat seorang Komandan Batalion juga mengirim ultimatum kepada Komandan Resimen,kalu tidak dipenuhi tuntutan saya dalam tempo sekian jam ,maka saya tidak mengakui Komanda resimen lagi.
Kita semua bisa menghadapi keadaan ini ,KSAD bisa menghadapi Panglima, bisa . Komandan resimen dan setiap Pejabat akan menghadapi kemungkinan-kemungkinan semacam itu.
Bagaimanapun juga tidak ada satu Pemerintahpun atau Pejabat Militerpun yang dapat mengelakkan diri dari pada kewajiban untuk mengambil tindakan Penghukuman terhadap kejadian yang sebegaitu jauh.
Kita bisa melanggar hokum dan disiplin dalam batas-batas yang sering ,saya tidak usah bicara mengenai Politik
Bolehlah kita katakana pelangaran yang merupakan pelangaran rutin ,akan tetapi pelanggarn seperti tadi bukan ppelangaran rutin lagi, sudah merupakan pelanggaran yang fundamental yang Pemerintah manapun juga,Kepala Negara manapun juga.pimpinan Tentara manapun tidak bisa mengelakkan diri dari pada menghukum dan menindaki kejadian yang semacam itu.
Saya kira dikalangan kita dalam Angkatan darat tidak ada yang berbeda dalam pendapat ini, kalau kita masih mau menyelamatkan Angkatan darat itu sebagai Tentara dan Negara karena bagaimanapun orang bilang jangan adakan tindakan hokum, musyawarahlah berdengung juga banyak sampai kepada Pimpinan Angkatan Perang, sama pendirian hal ini harus dihukum dan ditindaki .
Harus juga kita mengerti yang penting buat kita pendirin sebagai Negara yang selalu menyebut setia kepada Proklamsi 17 Agustus a945.Pada kita cukup sekarang petunjuk-petunjuk bahwa usaha ini juga dibidang lain telah meliwati batas-batas yang bisa kita pakai.
Pertama saya berpendapat selaludan dengan saya juga saya kira sebagian besar dari pada Angkatan Perang kita bahwa Pergolakan dalam negeri ini tidak pada tempatnya ada Militer yang bekerja sama dengan Gerembolan DI.Dalam hal semacam ini kita tidak dapat sebagai tentara menyebut ini masih dalam batas pelanggaran rutin, seperti dalam peristiwa Cikini dan lain-lainnya maupun dalam soal ini .
Kedua kita tidak bisa membenarkan bagaimanapun juga bahwa dalam Pergolakan anatar kita dengan kita sebagai Negara yang muda ini kita bersedia bekerja sama dengan Angkatan Perang Asing.Hal ini sudah melanggar Tujuh Belas Agustus Empat Lima Saya tidak usah bicara mengenai Politik Bebas Yang Aktif tapi semua kita percuma lah berjuang sejak 45 kalau kita dalam perkelahian anatar kita dengan kita yang lumayan sebagai Negara Yang Muda ini, juga bersedia bekerja sama dengan Negara Asing dan juga alat-alat Senjata asing.Saya tidak akan memberikan satu persatu peristiwa disini,kan tetapi inipun sekarang kita konstantir.
TIDAK ADA YANG DAPAT MEMBENARKAN ULTIMATUM
Jadi hal ini jelas sekali tidak ada satupun Pemerintah yang menyebut dirinya Pemrintah atau KSAD yang menyebut dirinya KSAD atu CPM yang menyebut dirinya CPM atau Prajurit-Prajurit yang menyebut dirinya Prajurit TNI bisa membenarkan bawahan memberikan Ultimatum sedemikian kepada Kepala Negara.
Bisa membiarkan dalam pergolakan itu bekerja sama dengan Gerembolan DI yang tidak mengakui Republik lagi dan bersama dengan Kekuatan Angkatan Perang Asing karena itu walaupun kerja sama dengan Asing tidak pada tingkat legal ,akan tetapi tingkat Ilegal ,kita tidak bisa membenarkan itu semua.Dan karena itu inilah Landasan dari pada keputusan Pemerintah dan Angkatan Perang selanjutnya dalam menjelaskan soal ini.
Keadaan kita memang sekarang ini pada waktu Cikini mulai dalam satu konflik yang besar sekali dengan belanda yang disebut Pembebasan Irian Barat.Dimana kita sedang melikwidasi Kekuasaan ekonomi Belanda di Indonesia dan dimana Belanda dan lain-lainnya yang suka membantunya itu berusaha meniadakan tindakan kita itu yang dianggap sebagai lanjutan Kemerdekaan kita harus kita laksanakan.
Dalam hubungan ini juga juga tidak dapat kita benarkan pendirian dari mereka yang membentuk Pemrintahan yang baru itu yang juga tidak membenarkan ini dan mereka bersedia mengembalikan atau meminta tolong kepada mereka itu kembali.
(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)
11 Februari 1958
Pada 11 Februari 1958 Kabianet menyiarkan Jawaban Penolakannya dan memerintahkan kASAD untuk memecat Ahmad Husein, dan Simbolon. Selain itu , Komado kDMST STTT dibekukan dan hubungan darat maupun udara dengan Sumatera tengah dihentikan sama sekali seperti yang dilakukan di Sulawesi Utara. Kedua belah pihak pada awal Februari 1956 itu berada pada point of no return Konfrontasi adalah akibatnya
(R.Z.Leirissa)
Tuntutan yang semakin mencemaskan diajukan (pihak PRRI), dialamatkan kepada pemerintah ,mereka menuntut dalam waktu 5 x 24 jam sejak diumumkannya Ultimatum Kabinet Djuanda menyerahkan Mandatnya kepada Prseiden Sukarno atau Pejabat Presiden.
Selanjutnya Presiden atau Pejabat Presiden member tugas kepada Drs Moh Hatta dan Sri Sultan hemangkubuwono untuk membentuk Kabinet baru.Anggotanya terdiri dari tokoh-tokoh yang jujur , berwibawa dan bebas dari anasir-anasir anti Tuhan.
Ultimatum ini tidak dapat diterima oleh Pemerintah ,tidak diterima jelas ! KSAD mengatakan tuntutan ini merupakan perbuatan melanggar Sumpah Jabatan dan Sumpah Prajurit.
Kabinet Djuanda menanggapi Ultimatum sebagai tindakan yang membahayakan disiplin seluruh Angkatan Perang dan Keamanan Negara.
Penolakn ini akhirnya membawa Dewan Perjuangan di Sumatera tengah itu kepada suatu Keputusan yang mengejutkan .
Dari Padang diumumkan Proklamasi berdirinya PRRI Pemrintah revolusioner republic Indonesia.Inilah yang perlu segera diselesaikan Pemerintah agar keutuhan Bangsa dapat dijamin .
KASAD TNI AD Jendral Nasution
memangil Ahmad yani untuk segera kembali ke Tanah Air.
Pak Nasution sedang pusing menghadapi keadaan di tanah Air yang semakin panas.
Pada saat ini Jenderal Gatot Subroto menjadi Wakil KASAD timbul ekseemnya karena situasi Tanah Air Gawat.karena terlalu prihatin memikirkan Bangsa dan Tanah Air.
Ahmad yani dipanggil pulang ke tanah Air ketika sedang menjalankan tugas Negara Kleuar negeri, untuk memimpin Gerakan Operasi Militer untuk memulihkan keamanan di Sumatera Barat yang terganggu karena adanya PRRI.
Sebenarnya Pak Hatta tidak menyetujui gerakan PRRI dan berusaha mencegah Ahmad husein dari tindakan itu.tetapi Ahmad Husein lebih menuruti Simbolon, Sjafruddin Prawira Negara .
Kembali Ahmad yani mendapat tugas memimpin Pasukan Gabungan TNI Darat, Laut dan Udara untuk mengakhiri Pemberontakan PRRI.
(Ahmad Yani)
Presiden Soekarno bernafas sesak
Para panglima sedang menggertak
Daerah dianggap sebagai pemberontak
Kaum Komunis lalu bersorak
Soekarno marah bertambah berang
Tentara dikirim untuk berperang
Sumatera Tengah akan diserang
Target utama ke ranah Minang
(H.Bustanuddin St Kayo)
15 pebruari 1058
Rebels set up rival PRRI government (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) at Bukittingi. Prawiranegara is PRRI President. Natsir and Harahap of Masyumi support the PRRI, as odes Djojohadikusumo of the PSI party.
Permesta rebels in Sulawesi join forces with PRRI.
The USA promises secret aid to the rebels. Sukarno demands a hard response
14 Pebruari 1948
Foto IPPHOS
Rapat Pejuang-Pejuang Sumatera mempertahankan Kabinet Karya di Jakarta ,14 Pebruari 1958 (Nugroho Notosutanto)
Foto IPPHOS
Demo mahasiwa Jakarta mengutuk PRRI 14 Pebruari 1958 (Nugroho Notosutanto)
15 Februari 1958
Reaksi dari PRRI adalah dengan mengumumkan pendirian Pemerintahan Tandingan yaitu Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) lengkap dengan kabinetnya pada tanggal 15 Februari 1958. Susunan Kabinet PRRI adalah sebagai berikut:
1. Syarifuddin Prawiranegara sebagai Perdana Mentri dan Mentri Keuangan.
2. M Simbolon sebagai Mentri Luar Negri.
3. Burhanudin Harahap sebagai Mentri Pertahanan dan mentri kehakiman.
4. Dr. Sumitro Djojohadikusumo sebagai Menteri Perhubungan/Pelayaran
(kolektorsejarah
Pada 15 Februari 1958,
Kabinet PRRI diumumkan di Bukittinggi, Sumatera Tengah. Sjafruddin Prawiranegara menjadi perdana menteri.
Disebut juga pembentukan angkatan perang PRRI.
Sewaktu proklamasi, saya sedang ada di Manila.
Segala perkembangan saya pantau melalui radio, termasuk pemecatan saya oleh Markas Besar Angkatan Darat.
Sebetulnya, dengan proklamasi PRRI, terjadi perpecahan di tubuh deklarator Permesta.
Ada Permesta yang ikut PRRI, ada yang tidak.
Ada pula yang anti-Permesta tapi ikut PRRI.
Dari 51 orang deklarator Permesta, hanya 16 yang bertahan. Kebetulan, semuanya berasal dari Sulawesi Utara, yang kemudian meneruskan gerakan.
Lantaran itu saya tidak sepakat jika istilah PRRI dan Permesta digabung, karena keduanya berbeda.
Pada 1970-an, ketika bertemu Jenderal M. Yusuf, kami berkelakar. “Ven, kalau aku Permesta saja, kau Permesta perang,” ujarnya.
Bom yang dijatuhkan di Padang, Manado, dan Ambon memaksa kami tak lagi bertahan, tapi menyerang.
Apalagi logistik kami cukup memadai untuk melakukan serangan.
Mayor Jenderal Alex Kawilarang juga telah meninggalkan pos Duta Besar nya di Washington dan ikut bergabung.
Posko penyerangan tak lagi berada di Sumatera, tapi sudah berpindah ke Sulawesi Utara.
Inilah awal perang saudara di antara sesama pejuang kemerdekaan.(Ventje Samual)
Info terkait
Melihat kekerasan hati dari Kabinet Djuanda, maka tak ada lagi jalan keluar selain melawan sehingga pada tanggal 15 Februari 1958 Dewan Perjuangan memutuskan untuk membentuk Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) untuk menggantikan pemerintahan Jakarta yang dipimpin oleh Perdana Mentri Djuanda.
Cakupan wilayah kekuasaan dari Pemerintahan Baru yang berpusat di Sumatera ini ialah seluruh wilayah Indonesia.
Dalam artian, dengan dikeluarkannya deklarasi pembentukan pemerintahan baru ini maka Pemerintahan Jakarta yang dikomandoi oleh PM Djuanda tidak berlaku lagi.
Namun sayangnya, pendirian semacam itu hanya berlaku jika berada di pihak yang berkuasa. Nyatanya yang berkuasa dengan segenap alat kekuasaan yang sah ialah orang-orang Jakarta.
Oleh karena itu, betapapun keras hati orang Minang mengatakan bahwa tindakannya pada hari itu merupakan tindakan koreksi terhadap pemerintah pusat, meraka mau tidak mau harus pasrah dicap sebagai pemberontak.
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) memutuskan untuk menyusun pemerintahan sendiri, dengan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan Soekarno tetap diakui sebagai Kepala Negara. Adapun susunan Kabinet PRRI ialah:
PM. PRRI Syafruddin Prawiranegara Berpidato Dihadapan Kabinetnya di Padang
Perdana Menter : Mr. Syafruddin Prawiranegara Menteri Luar Neger : Kol. Maluddin Simbolon Menteri Pertahanan & Menteri Kahakiman : Mr. Burhanuddin Harahap Menteri Perhubungan & Pelayaran : Dr. Soemitro Joyohadikusumo Menteri Pendidikan, Pengajaran, & Kebudayaan(PP & K) merangkap Menteri Kesehatan : Mohammad Syafei Menteri Perhubungan : JF. WarouwMenteri Pertanian & Perburuhan : S. Sarumpait Menteri Agama: Mochtar Lintang Menteri Penerangan : M.Saleh Lahade Menteri Sosi : Ayah Gani Usman Menteri Dalam Negeri* : Kol. Dahlan Djambek kemudian digantikan Mr. Assa tmenteri Pos dan Telekomunikasi* : Kol. Dahlan Djambek.
Jabatan Menteri Dalam Negeri dijabat oleh Kol. Dahlan Djambek sampai Mr. Assat Dt.Mudo tiba di Padang.
Setelah kedatangan Mr. Assat tersebut, jabatan Mendagri diserahkan kepada beliau.
Sedangkan Kol. Dahlan Djambek menjabat sebagai Menteri Pos dan Telekomunikasi.
maka pada tanggal 15 Februari, genderang “perang saudara” segara ditabuh.
Itu ditandai dengan dibentuknya PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indoensia) lengkap dengan susunan kabinet tandingan Jakarta.
Beberapa tokoh utamanya, ialah Ahmad Husein sebagai Ketua Dewan Perjuangan dan Mr. Sjafruddin Prawiranegara (bekas Ketua PDRI) sebagai Perdana Menterinya.
Sejumlah tokoh pusat juga bergabung ke dalamnya seperti Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Asa’at, Moh. Natsir, Kol. Zulkifli Lubis dan bekas Perdana Menteri Burhanuddin Harahap dan lain-lain.
Sejak itu meletuslah apa yang disebut oleh Jakarta sebagai ”pemberontakan” oleh PRRI, tetapi sebaliknya para pendukungnya menyebut gerakan mereka sebagai ”pergolakan” daerah menentang rejim Jakarta yang inkonstitusional. amanah konstitusionalnya
( DR Msetika Zed)
TINDAKAN ISOLASI TERHADAP SUMATERA TENGAH
Inilah masalah yang besar sekali yang tiap hari kit abaca dan kita dengar tetapi manjadi kewajiban kita mau tidak mau semua yang memegang uniform TNI ini sudah menjadi sumpahnya untuk menyelamatkan Negara.
Kita tidak bisa menghindarkan diri dari pada ini, lebih-lebih Pejabat seperti Komandan KDMST ,sepeerti KOMSUT yang 6telah saya sumpah sendiri dengan sumaph agama akan tetap setia kepada Pemerintah republic Indonesia , akan tetap taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau keputusan dll.
Saya kira kita dapat mengukur dalam hati sendiri, saya juga sebagai pejabat yang disumpah sedemikian secara agama tidak ada kita yang bisa melanggar sumpah jabatan kita itu dengan tidak hati kecil kita akan menuduh kita telah melanggar sumpah kita kepada Tuhan.
Karena sumpah itu bukanlah kita kerjakan terhadap orang-orang tapi menurut Agama kita kerjakan kepada Tuhan kita sendiri tentu saja dalam usaha ini mereka akan berusaha dengan macam-macam taktik, taktik ekonomi.
Sekarang mengusahakan supaya misalnya perkongsian minyak membayar kepada mereka kalau tidak mereka ancam ,memanggil kembali KPM supaya belayar kembali buat mereka , memanggil kembali lain-lain dari Asing untuk bekerja dan mereka tentu akan berusaha juga dengan sendirinya keluar negeri sebanyak mungkin membeli senjata.
Di Singapura sudah beli banyak Jeep bekas panserwagen ddl yang selekas mungkin ingin diangkut ,berusaha keluar negeri supaya mendapat pengangkutan dari banyak Negara,
Berusaha didalam Negeri supaya di Tapanuli,di Aceh,di Sumatera selatan, di Jawa Barat , di Sulawesi , dimana-mana timbul gerakan yang sama memperluas itu dengan sendirinya dapat kita perhitungkan , Tentu kita menghadapi kesulitan-kesulitan didalam soal ini.
Sebaliknya dapat dimengerti bahwa dari pihak Pemerintah yang harus bertindak dalam soal ini menutup hubungan-hubungan itu agar supaya jangan diteruskan usaha mereka keluar negeri. Jangan sampai bekerja sama dengan Angkatan Perang Luar Negeri.
Mengambil tindakan supaya jangan mereka meneruskan maksud untuk mengirim senjata dan pasukan kedaerah lain , dengan sendirinya diambil tindakan-tindakan itu sehingga sekarang dilakukan tindakan –tindakan isolasi terhadap Sumatera tengah yang saya harap tidak bagian yang hubungan baik kembali sebagaimana mustinya tentu akan dibuka hubungan dengan yang sudah terurus itu.
(A.H.Naustion,Ceramah KASAD Dgn Perwira gernizun Jakarta 22 Feb 1958,Majallah PHB AD.1958)
Then, on 15th February 1958, Lieutenant Colonel Ahmad Hussein declared the establishment of the PRRI. This prompted the Central Government to deploy troops.
As Army Chief of Staff, Nasution would have been involved in mobilizing the troops to Sumatra. However, it would be his 2nd Deputy, Colonel Ahmad Yani who would make his name by successfully putting down the rebellions
Pasukan PRRI
Bersiap mengantisipasi serangan pemerintahan pusat
Sumber: Citizen Jurnalist,2012
15 Februari 1958
Kol Dahlan Djambek, Mr Burhanuniddin harahap, Letkol Ahmad Husein,Mr Sjafruddin Prawira Negara dan Kol Maludin Simbolon
Namun, pada 15 Februari 1958, atas prakarsa “Dewan Banteng”, organisasi yang dilahirkan dari hasil reuni militer yang dikepalai oleh Letkol Achmad Husein, Kolonel Dahlan Jambek dan Kolonel Maludin Simbolon, “diproklamirkan” sebuah pemerintahan baru yang bernama “Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia” yang disingkat dengan sebutan PRRI, dengan kota Padang sebagai “ibukota negara” dan Mr. Syafrudin Prawiranegara sebagai “Presiden PRRI”.
Kolonel Mauludin simbolon ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri dalam pemerintahan ( Kabinet) PRRI. Kedudukan itu sangat penting bagi PRRI yang membutuhkan dukungan diplomatic dan bantuan senjata dan perlengkapan militer . Penilaian Pers asing atas pribadinya sebagai jurubicara tak resmi dari Pemberontah suamteraeletak kebijaksanaan dan tokoh penting dibelakang gerakan Sumatera.(maludin Simbolon)
Proklamasi PRRI ini, menjadi titik awal perlawanan secara terbuka terhadap kepemimpinan Presiden Sukarno dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ranah Minang dikuasai oleh oknum-oknum, baik militer maupun sipil, yang tidak merasa puas dengan kepemimpinan Bung Karno, dan membawa rakyat Minangkabau untuk memberontak melepaskan diri dari ikatan persatuan NKRI.
Sementara itu, dalam waktu yang sama, di bagian Timur tanah air, juga timbul satu pemberontakan yang senada, perlawanan terhadap NKRI di bawah pimpinan Letkol Ventje Sumual, dengan membentuk pemerintah tandingan yang bernama PERMESTA (Pemerintah Rakyat Semesta).
Alasan-alasan yang dikemukakan oleh pemimpin-pemimpin gerakan-gerakan tersebut sama, tidak lain adalah pemerintah Pusat dianggap kurang memperhatikan keadaan daerah disertai tuntutan menambah anggota kabinet dengan Mohammad Hatta dan Sri Sultan Hamengkubuwono. Menghadapi tantangan dari daerah-daerah, pemerintah Pusat memprakarsai Musyawarah Nasional di Jakarta yang berlangsung tanggal 9 hingga 11 Februari 1958
Para tokoh dan pentolan PRRI maupun PERMESTA mendapat bantuan dan sokongan kuat dari Imperialis Amerika Serikat yang memang tidak suka atas kepemimpinan Bung Karno. AS memberi support dan bantuan apa saja untuk PRRI/PERMESTA.
Persenjataan-persenjataan modern dari Amerika, seperti LMG 12,7 MM, penangkis serangan udara, Bazooka, Granat-semi automatis, persenjataan Infantri, dan lain-lain diturunkan dari kapal terbang pengangkut AS di hutan-hutan Sumatra untuk melengkapi persenjataan militer PRRI guna melawan Pemerintahan NKRI.
Proklamasi berdirinya PRRI menyebabkan Pemerintahan Republik Indonesia melakukan tindakan disiplin terhadap anggota tentara, Kepolisian dan Pegawai Negeri yang terlibat dalam PRRI. Kol simbolon, Let Kol Ahmad Hoesein, Termasuk AKBP Soetan Soeis dan Des Alwi seta perintah penangkapan terhadap H.D.Manopo ,Yan A Toran dan Saladin sarumpaat. Dewan –Dewan didaerah yaitu Dewan Banteng, DEwan Gajah ,Dewan Garuda dan Permesta beserta cabang-cabangnya dinyatakan sebagai terlarang.
Selain itu dilakukan pembekuan terhadap KDMST(Komando Daerah Militer Sumatera tengah) dan Penguasa Perang Daerah Swatentara Tingkat I Sumatera barat dan Riau, dan selanjutnya bekas daerah TT I yang terdiri dari KDMA(komando Daerah Milter Aceh), TT-I dan KDMST dikonsolidasi dibawah Brigadir Jenderal Djatikusumo sebagai Deputi KSAD untuk Komando Antar Daerah Militer Bagian Barat , dan Brigadir jenderal Gatot Subroto sebagai Deputi Kasad untuk Komandio Antar Daerah Militer Bagian Timur.
Untuk mengambil alih Pemerintahan daerah oleh Ahmad Husein maka untuk propinsi Riau diangkat S.M.Amin menjadi Gubernur yang berkedudukan di tanjung Pinang.(Maludin Simbolon)Saya hadir bersama teman-teman dari sekolah saat itu saya SMP Frater kelas I.
Proklamasi dibacakan oleh Let Kol Ahmad Hussein di halaman istana Gubernurjalan Sudirman Padang, saya melihat seoran rohaniwan italia Bruder Tossi mengabil foto dengan kameranya, hanya sayang saya saat itu masih belum mengerti nilai sejarah dari foto tersebut sehingga tidak meminatnya dari bruder tosi yang say kenal baik,banyak rakyat berkumpul disana,
ada sebuah foto situasi tersebut cukup jelas lihatlah foto tersebut dibawah ini (Dr Iwan)
16 Februari 1958
Setelah liwat lima hari Kabinet memberi tanggapan terhadap ultimatum Ahmad Husein(16 februari 1958)
Dewan Perjuangan membentuk Kabinet Baru dan tidak lagi mengakui Kabinet Djuanda, Kabinet Baru ini dinamakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia.
(R.Z.Leirissa
Bertepatan waktu dengan diumumkannya PRRI pada tanggal 15 Pebruari 1958, di Staf Umum Angkatan Darat oleh Gabungan Kepala-Kepala Staf Angkatan dibentuklah suatu Komando Operasi Gabungan (Task Force) yang diberi nama “TEGAS” dengan Komandannya waktu itu Letkol Inf Kaharudin Nasution (sekarang Mayjen TNI) dari AD, dengan Wakil Komandan I Letkol (U) Wirijadinata dari AU dan Wakil Komandan II Mayor (L) Indra Soebagio dari AL. Komando ini merupakan komando pertempuran expedisionir yang langsung di bawah perintah Kasad dengan ditentukan sebagai kawasan operasi daerah Sumatera Tengah
- Kesatuan-Kesatuan yang termasuk dalam susunan Komando Operasi Gabungan “TEGAS” adalah satuan-satuan dari AD, AU dan AL ditambah dengan Jawatan-Jawatan Dinas-Dinas teknis AD yang terdiri dari:
- 2 (dua) Kompi RPKAD (1 Ki para troops, 1 Ki Komando),
- 1 (satu) Kompi KKO dari Angkatan Laut,
- 1 (satu) Kompi PGT dari Angkatan Udara,
- 1 (satu) Esquadron Angkatan Udara,
- 1 (satu) Kapal Perang dari Angkatan Laut,
- 1 (satu) Baterai Altilleri Lapangan Ringan,
- 3 (tiga) Batalyon Infanteri yaitu:
- Satu Batalyon dari Ter-V (Bn-528),
- Satu Batalyon dari Ter-IV (Banteng Raiders),
- Satu Batalyon dari Ter-III (Bn-322),
- 1 (satu) Kompi Intendans,
- 1 (satu) Kompi Peralatan,
- 1 (satu) Kompi Kesehatan,
- 1 (satu) Kompi Zeni Pionir,
- 1 (satu) Kompi Perhubungan,
- 1 (satu) Kompi Polisi Militer,
- 1 (satu) Kompi Angkutan Bermotor,
- 1 (satu) Peleton Perawatan Udara dari DAAD
- Untuk pengangkutan seluruh pasukan AD, AU serta peralatan dan perbekalan, diperbantukan 12 (dua belas) kapal angkut dan pemindahan pasukan dalam operasi dipergunakan 38 (tiga puluh delapan) kapal udara yang terdiri dari: 24 (dua puluh empat) buah pesawat Dakota, 4 (empat) buah pesawat B-25, 10 (sepuluh) buah pesawat Mustang. Adapun untuk kebutuhan persediaan logistik disediakan untuk masa waktu 3 (tiga) bulan.
- Batalyon 322 dari Ter-III dan Baterai Altilleri Lapangan Ringan dari Jakarta merupakan pasukan cadangan dari Komando Operasi Gabungan “TEGAS”, dan pemberangkatannya ke daerah operasi ditentukan dengan perintah. Untuk melaksanakan operasi menuju sasaran pokok, pasukan dibagi dan disusun dalam team-team taktis sebagai berikut:
- Komando X Ray (Airbone) di bawah pimpinan Letkol (U) Wirijadinata,
- Komando Kuat (Airground) di bawah pimpinan Mayor Inf Tjiptono,
- Komando Kaladjengking (Seaborne) di bawah pimpinan Mayor Inf Soekartojo,
- Komando Kantjil di bawah pimpinan Mayor (L) Indra Soebagio,
- Team Tempur di bawah pimpinan Letkol Inf Magenda,
- Komando Lambung di bawah pimpinan Letkol Inf Bedjo,
- Komando Obor (Advance Staf) di bawah Koordinasi Kapten Inf Mohd. Zazoeli,
- Komando Rear Area (Rear Staf) di bawah Koordinasi Kapten Inf Kadaroesno
(korem031)
16 Pebruari 1958
Sukarno Kembali dari Luar negeri
Setelah Persiden Soekarno kembali dari luar negeri pada 16 Februari 1958 Persiden Soekarno menyatakan “Kita harus menghadapi penyelewengan tanggal 5 Februari 1958 di Padang dengan segala kekuatan yang ada pada kita”.
Diputuskan akan menggunakan kekerasan senjata untuk menghadapi Dewan Kabinet PRRI. Persiden Soekarno memerintahkan untuk menangkap tokoh-tokoh PRRI. Hubungan darat maupun udara dengan Sumatra Tengah dihentikan.
Tidak semua tokoh dalam pemerintah pusat setuju dengan keputusan ini. Salah seorang yang menentang keputusan ini adalah Mohammad Hatta. Sebagai Wakil Persiden dia muncul ke depan menentang keputusan ini.
Dia mengirim utusan ke Padang untuk menemui Ahmad Husein dan meminta agar Dewan Banteng menghindari konflik bersenjata dengan pemerintah pusat namun entah mengapa utusan ini tidak pernah sampai ke Padang. Karena pengiriman utusan gagal maka Mohammad Hatta berusaha untuk mendekati Persiden Soekarno agar mengurungkan niatnya agar tidak meletus perang saudara. Namun usaha ini juga gagal.
(Kolektor Sejarah)
Presiden sukarno kembali ke Jakarta pada 16 februari 1958, lalu mengatakan “ Kita harus menghadapi penyelewengan pada 15 februari 1958 di Padang itu dengan tegas dan dengan segala kekuatan yang ada pad kita”
Pada dasarnya ia menyokong rencana Djuanda dan Nasution untuk menggunakan Kekerasan senjata, kemudian Kabinet juga mengeluarkan pereintah menangkap Mr Sjafruddin,Mr Burhanuddin Harahap dan dr Soemitro Djojohadikusumo.
Menghadapi situasi ini, Bung Hatta muncul kedepan, garis besar perkembangan ini dikemukan Muchtar Lubis dalam sebuah bukunya. Dr Hatta berusaha mendekati Bung Karno untuk mencegah Perang Saudara,
namun usaha yang dilakukannya dengan sangat hati-hati itu, disalhgunakan oleh media masa tertentu sehingga Sukarno membatalkan niatnya berunding dengan mantan Wakil Presiden tersebut
(R.Z.Leirissa)
Sejak februari 1958 Sumatera Barat berdiri sepenuhnya dibelakang PRRI yang dibentuk 15 Februari 1958
(R.Z.Leirissa)
Beberapa hari setelah proklamasi PRRI di Padang
Masyarakat sumatera barat melakukan aksi protes menentang pemerintah Pusat yang mereka tuduh pro komunis, aksi dilakukan didepan kantor pusat penerangan kedutaan besar amerikan serikat(USIS) di Padang
Foto ini hasil jempretean majalah Life James Burke,ini secara jelas menunjukkan keterlibatan Amerika serikat yang tidak mengenal lelah untuk menyingkirkan Sukarno dari tumpuk kekuasaan dan mendegredasi semua potendsi revolusioner yang terdapat dalam kalangan masyarakat Indonesia.
Masyarakat pendukung PRRI di depan Balai Pemuda Padang
Bung Karno dan tertembaknya Allan Pope pada sampul Majallah time terkait pemberontakan PRRI
Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) pada hari berikutnya mendukung dan bergabung dengan PRRI sehingga gerakan bersama itu disebut PRRI/Permesta. Permesta yang berpusat di Manado tokohnya adalah Letnan Kolonel Vantje Sumual, Mayor Gerungan, Mayor Runturambi, Letnan Kolonel D.J. Samba, dan Letnan Kolonel Saleh Lahade.
(ventje Samual)
Ketika PRRI terbentuk, Sumatera Selatan mengambil jalan berbeda dengan dewan banteng dan Permesta, Let Kol Barlian mengadakan Rapat Dewan Garuda dikediamannya . Disini Panglima TT III Sriwijaya itu berhasil mempengaruhi para perwira lainnya agar tidak mengikuti jejak Padang.
Sejak semula Dewan Perjuanagan memang meragukan iktikad Barlian , hubungannya dengan para Utusan KSAD seperti colonel dr Ibnu Sutowo dan Kolonel Hasan Kasim membuatnya ragu-ragu.Akhirnya Ibnu Sutowo berhasil mempengaruhinya untuk tidak bergabung dengan PRRI. Malah ketika itu, Barlian mengirim Ryucudu ke Jakarta untuk melaporkan situasi kepada Presiden sukarno.
Selain memutuskan untuk tidak mengakui PRRI, Dewan Garuda pun mempersilahkan pihak yang tetap ingin melanjutkan perjuangan untuk meninggalkan Sumatera selatan.
(R.Z.Leirissa)
Tiada perlawanan di Palembang
Sampailah pada suatu pagi di awal tahun 1958, sewaktu saya mengayuh sepeda menuju sekolah yang terletak di jalan Pagar Alam.
Suatu pemandangan yang sama sekali tidak biasa tampak di sepanjang jalan Pagar Alam tersebut pasukan berpakaian tempur lengkap berdiri berjaga pada jarak-jarak tertentu.
Sikap mereka tampak sangat profesional, dan ternyata mereka adalah pasukan KKO-AL (Korps Komando AL, sekarang: Marinir).
Tidak ada pertempuran, tidak ada kekacauan, tidak ada kerusuhan sama sekali, dan…… tidak ada tembakan.
Sekolah berjalan seperti biasa.
Sepulang sekolah ternyata mereka masih standby, tetapi tidak dengan wajah sangar atau menakutkan.Kami para anak-anak kecewa dan tidak mengerti (tidak habis pikir, bahasa populernya), karena Palembang diduduki secara sangat mudah oleh Tentara Pusat.
Tentara TT II Sriwijaya dan STC ternyata tidak melakukan perlawanan sama sekali.
Lapangan terbang Talang Betutu kemudian juga diduduki, dan sejak itu sejumlah pesawat fighter Harvard dan Mustang selalu ada di lapangan terbang tersebut.
Kalau tidak salah, komando tentara Pusat berada dibawah Letkol. Juhartono.
(nagari web blog)
Satu-atunya anggota Dewan Garuda yang ikut serta dengan PRRI adalah Mayor Nawawi , dengan bekal senjata dan perlengkapan ia bersama sejumlah Pasukannya bertolak kedaerah Bengkulu dan selanjutnya membentuk pasukan disana untuk mendampingi Pasukan Ahmad Husein sampai tahun 1961
(R.Z.Leirissa)
Saya menemukan di bukittinggi dan lampung uang kertas PRRI Sumatera selatan pecahn rp 500,- dengan tanda tangan Mayor Nawawi lihat fotonya dibawah ini
(Dr Iwan)
Uang Rp 500,- PRRI Sumatera selatan ditanda tangani Oleh Mayor Nawawistempel Pemerintah revolusioner republic Indonesia Komado kordinator Sumatera Selatan dan Stempel alat pembajaran jang sah dibagian depan, khusus untuk daerah Sumatera Selatan
Ditemukan di Bukittinggi
ditemukan di Tanjungkarang Lampung oleh Dr Iwan Suwandy.
15 Pebruari 1958
Kartupos stasioner RI 15 sen dikirim dari Bukittinggi dengan stempel pos tanggal 15.2.58 ke Padang Panjang, ini merupakan kartu pos RI yang tidak diberikan cetak tindih PRRI,merupakan kartu selamat tahum baru Tionghoa Sin Tjoen Kiong Hie.(Dr Iwan)
Semenjak meresmikan pendirian Sekolah Tinggi Ekonomi (STE), Prof.Dr. Sumitro Djojohadikusumo tetap tinggal di Padang. Bahkan beliau tetap memberikan kuliah, disamping berbagai tugas yang dihadapinya dalam Dewan Banteng, sampai sekitar seminggu sebelum diproklamirkannya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada tanggal 15 Februari 1958.
Selama pergolakan PRRI, sebagian sivitas akademika Unand, termasuk dari Sekolah Tinggi Ekonomi dan bukan Unand secara institusional mulai terlibat dalam kegiatan PRRI, dampaknya tidak dapat dielakkan. Kegiatan perkuliahan di luar kota Padang terhenti sama sekali, sebagian tenaga pengajar Unand mulai berperan selaku staf ahli dalam lingkungan PRRI. Sebaliknya, sebagian besar mahasiswa telah berada dalam medan pertempuran melawan pasukan ABRI. Sebagian besar Tim affiliasi FEUI memegang peranan penting dalam Dewan Banteng. Sjofjan Jusuf langsung ditugaskan untuk mendirikan sebuah bank kemudian berkembang menjadi Bank Pembangunan Daerah (BPD), Samiadji Djajengwinardo sebagai Kepala Urusan Perdagangan Luar Negeri, dan Dwiono Chandradi sebagai penasihat Menteri Perdagangan Kabinet PRRI yang dijabat oleh Prof.Dr. Sumitro Djojohadikusumo.(fekonenand)
17 Februari 1958
Pada tanggal 17 februari atas desakan stafnya, Somba menyatakan dukungan pad PRRI dan pemutusan hubungan dengan cabinet Djuanda .
(R.Z.Leirissa
18 Februari 1958
February,18th 1958. RI Lettersheet 35 cent without overprint from Padang To Padang Panjang. Pada era PRRI kantor pos masih mengunakan benda pos RI tanpa cetak tindih PRRI seperti warkat pos stationer 35 sen diatas dikirim dari Padang Ke Padang Panjang beberapa hari setelah proklamasi PRRI dari ayahnya wirako Ang Isiang kepada mertuanya Ori Bie Giok Padang Panjang untuk mengucapkan selamat tahun baru Tionghoa
(Dr iwan)
19 Februari 1958
Beberapa hari kemudian keluar peintah KSAD untuk menangkap Letkol Somba,mayor Dolf Runturambi,Gubernur manopo dan Jan Torar.
Sesunggunya Kawat Ventje samual kepad Somba bertujuan mengulur waktu , ia memerlukan waktu untuk berhubungan dengan tokoh-tokoh Permesta di Sulawesi Selatan. Selain itu para anggota Korps SSKAD di Jakrta juga belum dihubungi , untuk mengatur siasat baru.
Dengan diputuskannya hubungan dengan Jakarta ,maka sirna pula kemungkinan itu.Strategi ventje samual adalah melancarkan tekanan-tekanan pada Jakarta agar mau berunding dengan PRRI.
Dengan bantuan pesawat dan senjata, ia berniat membom tangki-tangki bensin di Surabaya,Bandung,Semarang,Jakarta.dan ketika pasukan Pusat lumpuh , ia akan mendaratkan pasukan di cilincing (Jakarta) untuk membentuk suatu tekanan pada cabinet agar mau berunding dengan PRRI.
Untuk itu ia telah mendapat dukungan Balikpapan(Hartoyo) dan diharapkan Banjarmasin(Kol Hasan Basri,Ketua dewan Lambung Mangkurat) akan menyediakan Bandar Udara untuk pesawat pembomnya. Kapal-kapal pendarat ke Jakarta itu bersifat pendadakan, karena pasukan Pusat sedang memusatkan perhatian ke Indonesia Timur dan Sumatera tengah. Padahal serangan-serang di indonesai Timur itu (antara lain Pope) hanya gerak tipu saj karena Pusat sudah terikat pada mitos “ Gerakan separatis” yang seolah-olah ingin memisahkan Indonesia Timur dari RI,maka strategi itu tidak pernah dipahami.Berkobarnya pertempuran di Sulawesi Utara dan Sumatera tengah sejak April 1958 menutup kemungkinan dilaksanakannya rencana tersebut
(R.Z.Leirissa)
Kartu Pos era PRRI
dengan prangko RI kancil 15 sen tanpa cetak tindih PRRI dikirim dari Padang (Lie thian Hwie) jalan sungei Bong no 5 setempel pos 19.3.58 kepada Oei Bie Giok Padang Panjang ,kartu ucapan selamat tahun baru Tionghoa(Dr Iwan)
20 – 21 Februari 1958
Pada tanggal 20 dan 21 Februari 1958 serangan ke Padang dimulai. Serangan dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani dengan diangkat menjadi Komandan Komando Operasi 17 Agustus. PRRI mendapat dukungan rakyat Sumatra Tengah
(Kolektor Sejarah web blog)
Dalam pertemuan di Istana negara, Presiden Sukarno bertanya kepada Ahmad Yani, apakah sanggup dan berani melakukan pendaratan di pantai Padang.Ahmad Yani menjawab Bagi saya hanya ada dua alternative pertama berkubur didalam lautan dan kedua ialah mendarat di Padang.(Ahmad Yani)
Tidak lama setelah pengumuman berdirinya PRRI, tiga Orang Amerika dengan mempergunakan Pesawat Catalina mendarat di danau singkarak.
Kedatangan mereka untuk mengatur penerimaan pengiriman Senjata dan Peralatan Militer lainnya. Mereka menghubungi Komando Militer Sumatera tengah dan meminta bantuan mempertemukan mereka dengan Kolonel Mauludin Simbolon , Kolonel Mauludin simbolon melayani mereka dengan baik sebagai mana biasanya . Besama Letkol Ahmad Husein ia menerima perangkat alat komunikasi serta buku sandi dan memberikan pelatihan cara mengunakannya.
Satu perangkat untuk KDMST dan satu lagi diguankan oleh Kapten Azwar Lukman dan puteranya Sudaryanto.
Setelah itu dilakukan pengiriman senjata dengan kapal laut, melalui penerjunan dua kali di udara di lapangan terbang tabing sehingga cukup untuk mempersenjatai 8000 orang. Sebagain senjata itu secara sembunyi-sembunyi dikirim Kol Simbolon ke Tapanuli untuk melengkapai persenjataan Mayor Sinta Pohan dan 3000 pucuk kepada Daud Berueh di Aceh dan sebagian lagi untuk melengkapi persenjataan Mayor Nawawi di Bengkulu , Kol Zulkifli Lubis diperbatasan Sumatera Barat dan Jambi.menurut orang Amerika tersebut pemberian senjata dalam rangka menjamin tetap adanya daerah de Facto PRRI dan dijadikan basis operasi militernya dalam rangka membentung kekuatan Komunis diwilayah tersebut.
(Mauludin Simbolon)
Semangat rakyat Sumatera Barat menngkat, ketika pada tanggal 20-21 Februari Pesawat AURI membom Kota Padang.
Pada Tanggal 20 februari 1958 Ahmad Husein mengadakan rapat umum di Padang dan berseru kepada masyarakat untuk member dukungan kepada PRRI. Sambil melepaskan tanda-tanda pangkatnya dan melemparkannya ke tanah, ia mengatakan , apabila rakyat tidak mempercayainya,mereka dapat menangkapnya ketika itu juga dan menyerahkannya kepada Pusat.
Beberapa orang pemuda lalu memunggut tanda pangkat itu dan mengembalikan nya kepada Ahmad husein.
(R.Z.Leirissa)
21 Pebruari 1958
Air Force bombs Padang, Bukittingi, and Manado.
22 Februari 1958
KSAD A.H.Nasution
(halaman depan majallah PHB Angkatan Darat Suara telekomunikasi no 3 1958)
Ceramah KSAD DGN Perwira Garnizun Jakarta Raya di Gedung OLah Raga Pada Tanggal 22 Februari 1958
Para Perwira saya akan jelaskan perkembngan terakhir si Tanah Air,khususnya dengan adanya Pemberontakan di Padang dan di Menado dan bagaimana kita harus menghadapi ini sebagai Perwira dan sebagai Tentara.
Soal yang terakhir ini kita tidak bisa melepaskan dari perkembangan sejak bermula kita melihat selama ini didalam Negeri adanya pertentangan politik mengenai Pemerintahan,pimpinan Negara dan lain lain yang tidak habis-habisnya yang meluas kedalam Angkatan Perang kita kecuali itu janganlah kita lupakan bahwa Republik kita ini juga belum lepas dari pada persoalan Perjuangan lain, baik dalam persoalan Irian Barat menghadapi Belanda,maupun dalm persoalan ada dua blok didunia yang juga ingin membikin Indonesia ini menjadi sesuatu operasi dari pada cold war yang berlaku itu (di Asia) sekarang ini.
Ini semua kita tidak bisa lepaskan satu sama lain. Seperti Presiden kemarin katakana, itu semua bisa dengan jalan terbuka tetapi juga bisa dengan jalan tidak terbuka. Masalahnya, persolannya, didalam negeri kita lihat berganti-ganti
Kesimpulan
Demikianlah bermacam-macam uraian yang saya berikan tentang kejadian itu mengapa kita mengambil tindakan dan saya ingin sekarang berbicara kepada Perwira-Perwira persatu.
Saya yakin bahwa dikalangan Perwira yang bnayk dihadapan saya sekarang ini saya kira hamper 70 orang , tentu ada yang setuju dengan tujuan daripada mereka yang telah memberontak di Padang , saya sebut dengan tujuannya, aertinya tumuannya itu Kabinet Hatta,Hemangakubuwono adanya sesaat, adanya Pemerintahan yang tegas anti Komunis dan Presiden Sukarno Cuma konstitutionil Presiden. Mungkin disini ada yang setuju saya akan menghormat, tujuan dari tiap-tiap orang yang semacam itu.itu tersilah, Mungkin ada yang setuju dengan perbuatan itu.Dalam soal ini saya tidak bisa menghormati . Tujuan Politik itu bisa disetujui tapi perbuatan itu tidak bisa disetujuinya.
Terletak kepada kita yang beruniform ini, karena Tentara ini melakukan perintah dari Kepala Negara untuk mengambil tindakan menghukum Pemberontakan itu, lebih baik kita tegas satu sama lain.
Saya memberikan kesempatan kepada semua Perwira Angkatan darat juga sekarang meminta berhenti berhubung menyetujui itu.
Juga perlu buat kita jelas masing-masing bahwa buat selanjutnya perintah saya tegas kepada semua Pejabat ,setiapang yang membantu dan menyanggupi akan membantu, kita ambil tindakan menurut hokum dengan tidak pandang siapapun juga.
Jadi harus ini juga menjadi pegangan dari pada kita semuanya,jangan kita terkecuali karena kita justru pada saat yang genting buat kelanjutan daripada Negara Kita.
Inilah Perintah Saya dan Penjelasan saya kepada Perwira-Perwira yang saya harapkan direnungkan sepenuhnya.
Sekian terima kasih
(Pidato KASAD AH Nasution di Garnizun Jakarta 22 februari 1958 dalam majalah PHB AD no 2 1958)
Pernyataan Seluruh Perwira Garnizun Jakarta Diucapkan Oleh Brigjen Sungkono Pada tanggal 22-2-1958
1.Kami menyambut dengan antusias pertemuan perwira yang ada di Jakarta ,yang diadakn hari ini.Keadaan Tanah Air cukup genting ,sehingga tak mungkin lagi putera-putera Indonesia, yang patriotic seperti telah berulang kali diuji oleh sejarah akan tinggal diam.Lebih-lebih bagi putera-putera yang telah dinyatakan sebagai perwira seperti kita yang berkumpul sekarang ini.
Rasa tanggung-jawab kita terhadap kesatuan Bangsam rasa tanggung jawab kita terhadap sejarah Bangsa tidak bisa lagi kecuali kita harus tampil kedepan ,menunjukkan pelaksanaan tanggung jawab yang dipikulkan oleh Rakyat kita, oleh Pemerintah Kita dang oleh Bangsa kita. Pertemuan ini merupakan manifestasi dari kesadaran kita,kesadaran bertanggung jawab.
2.Penjelasan KSAD mengenai situasi Tanah Air, cukup memberikan penjelasan kepada kita semua, bahwa ujian sejarah kembali kita hadapi.
Kita semua tahu bahwa ujian itu tidaklah mudah. Tetapi bagaimanapun sulitnya ,kalau kita mau maju terus mencapai cita-cita bangsa dan Rakyat, yaitu satu Indonesia yang bersatu jaya dan sejahtera bagi seluruh rakyatnya, betapun rumitnya ujian itu, harus kita tempuh,. Dari penjelasan tentang situasi Tanah Air, dapatlah kita pahami, bahwa anasir-anasir yang lebih mementingkan diri daripada kepentingan bangsa dan Rakyat, sudah menyatakan dirinya sebagai pemberontak, dengan segala kemampuan nya yang ada, dengan segala cara kaum pemberontak, sudah berbuat jauh bertentangan dengan sumpah pemuda, bertentangan dengan Proklamasi 1945, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara,bertentangan dengan Sumpah Prajurit.
3.Menginggat bahwa taraf perjuangan Bangsa Indonesia sekarang sedang sengit-sengitnya dan tak kenal mundur terys berjuang menghapuskan sisa-sisa kolonialisme Belanda, yang menjadi sumber segala kesengsaraan Rakyat, yang menjadi sumber segala ketidk puasan Rakyat, maka tindakan kaum pemberontak tersebut, sangat merugikan Bangsa dan Rakyat Indonesia dan sebalikny menguntungkan Belanda.
Kita semua tahu bahwa penderitaaan Rakyat disebabkan karena belum bebasnya secara penuh Tanah Air kita ini dari sisa-sisa Kolonialisme terutama dilapangan ekonomi.Sekarang Rakyat selangkah demi selangkah secara postif menghapuskan sisa-sisa Kolonialisme ini. Dengan penuh rasa persatuan, saling mengerti akan tugasnya, terutama anatara angkatan Perang dan Rakyat,tugas pembebasan ini dilakukan dengan setia tanpa mementingkan diri sendiri.Tetapi kita melihat bahwa pukulan dari rakyat Indonesia terhadap Kolonialisme ini ternyata membikin beringasan orang-orang avonturir yang mengabdi kepada kolonialsme . Seelsi alam tersu menerus terjadi dan ini akan berfjalan terus. Orang-orang ini dengan berbagai dalih, dengan menunggangi tokoh-tokoh daerah yang sempit, dengan menggunakan kekuasaan yang diperolehnya dari Rakyat untuk memberontak.Karena itu penilaian yang secepat-cepatnya dari kita tidak bisa lain pemebrontak ini adalah pengkhianatan! Pengkhianatan terhadap Proklamasi 1945, pengkhianatan terhadap UUD,Negara RI,pengkhianatan terhadap Sumpah Prajurit,Sumpah jabatan dan Saptamarga.
4.Dalam menghadapi keadaan tanah-air yang genting ini,yaitu rongrongan oleh kaum pemberontakan,Pemerintah kita yaitu Kabinet Juanda dan juga Pimpina Angkatan Perang kita sudah mengambil langkah-langkah yang tegas.
Tindakan-tindakan tersebut adalah tindkan yang wajar, suatu tindakan yang adil demi keselamatn Bangsa,Rakyat dan Tanah Air dijiwai oleh api cita-cita Rewvolusi Agustus 1945.Cita-cita yang senantiasa menuntun arah eprjuangan kita,cita-cita keramat bagi seluruh Bangsa Indonesia,kita harus bertindak setimpal terhadap kaum pemberontak itu. Jalan lain tidak da,demikian pula jalan-jalan mundur tidak ada,sepenuhnya kami menyetujui sikap Pimpina Angkatan Perang bahwa tindkan itu hanya ditujukan kepada yang bersalah.
5.Kita semua tahu bahwa sandaran kaum pemberontak bukan Rakyat di Suamtera Barat,rakyat disana sendiri dengan putera-puteranya ayng patriotic,putera-puteranya sadar akan tanggung jawabnya terhadap keutuhan Negara Republik Indonesia pasti tidak dipihak pemberontak.
Sandarn kaum pemerontak buka Rakyat, malainkan impian kekuatan asing, kekuatan kolonialisme. Memang kekuatan kolonialisme di Asia masih ada, Tetapi terang bahw akekuatan ini sedang dengan secepat menuju keproses keruntuhannya. Sebaliknya kekuatan rakyat inti Kolonialisme sedang tumbuh berkembang ddengan kemungkinan tak terbatas. Kaum pemberontak bersandar kepada kekuatan yang lapuk, sebaliknay kita berada dalam kandungan kekuatan Raksasa rakyat yang sedang tumbuh. Inilah yang meyakinkan kami,bahwa kaum pemberontak pasti dapat kita hancurkan, betapapun sulitnya.
Angkatan Perang beserta Rakyat dan Pemerintahnya pasti dapat menyelesaikan tugas sejarah yang mulia ini,yaitu melaksanakan sumpah epmuda tahun ’28, cita-cita Revolusi Agustus 1945 dengan bersatu dengan Rakyat kami yakin tidak ada kesulitan yang tidak bisa diatasi.
6.Bedasarkan kesadaran dan keyakinan seperti diuraikan diatas,maka kami menyatakan dengan tegas sikap sebagai berikut :
1) tetap setia kepada Proklamasi 17-8-1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia bersendikan Pancasila.
2)Menjunjung tinggi dan mentaati Undang-Undang Dasar Negara republic Indonesia,Sumpah Prajurit, Sumpah Jabatan dan Sapat Marga.
3)Mendudkung penuh hikmah kebijakasanaan yang ditempuh oleh Pemerintah Djuanda dan Pimpinan Angkatan Perang.
4) Menyarankan segera merealisir tindakan lanjutan yang lebih tegas dan cepat untuk menindas kaum pemberontak.
5)Mengajak Rakyat Indonesia seluruhnya untuk mengikuti jejak Pemeintah dan Pemimpin Angkatan Perang.
Selesai
Jakarta 22 Pebruari 1958.
(pidato kASAD AH Nasution di Garnizun Jakarta ,majalah PHB AD no 2 1958)
22 pebruari 1958.
Battalion 322/Siliwangi kali ini berangkat meninggal kampung halaman tanggal 22 pebruari 1958 sewaktu battalion tersebut sedang bertugas di Kerawang ,perintah bertugas ke Pulau sumatera diterima tanggal 22 pebruari 1958 .
(Umar Wirahadikusuma)
23 Pebruari 1958
Kwitansi era PRRI tanda terima uang Rp 450 di Padang Panjang dengan meterai RI RP 50.-tanpa cetak tindih PRRI
(Dr Iwan)
24 Pebruari 1958
Surat dari Kepala daerah Pos 5 kepada Kepala kantor pos padang tentang pertanyaan kecakapan Marah Sjoekur(Alh), M Zai (Pasar kuok) buat kenaikan pangkat degan form 1956.
(Buku agenda RHS Kantor pos padang, buku ini sudah dibuang dan dikar tetapi sebagian masih ditemukan pada lapak kertas bekas di pasar Jawa Pdang oleg Dr Iwan,buku ini memuat banyak informasi terkait PRRRI tahun 1958,koleksi Dr Iwan)
25 Pebruari 1958
Surat Dewan Pemerintah daerah Peralihan Kotapradja Padang Panjang kepada pengusaha kapur di padang panjang oei bie giok,laykai lunah,Sapa,Gaek,Maruheen,Bagindo Sutan
Perihal Gotong Royong mengerjakan perbaikan jalan pondok kapur diharapkan para pengusaha perusahan kapur
untuk mengeluarkan tenaga gotong royong dari perusahannya dengan membawa perkakas,cangkul,sikap(skop), keranjang,linggis,baling pada hari minggu tanggal 2 maret 1958 jam 8 pagi
Ditanda tangani seksi Pekerjan Umum MUhamad Sjafei dengan stempel kotapradja padang panjang dengan lambang Garuda RI
Maret 1958
Foto Kalender Maret juga terlihat Pebruari dan April 1958 masa PRRI
Army units from Diponegoro and Siliwangi divisions land in Sumatra and take Medan.
1 Maret 1958
Kartu Penduduk Era PRRI kepala kampong Pondok Padang anggota Polisi PRRI Goei Tjoen Goan alias sibuncit(gendut) ayahnya Lin
8 Maret 1958
March,8th.1958.RI Lettersheet without overprint send from Padang to Padang PanjangPada era PRRI kantor Pos tetap mengunakan benda pos RI warkat pos stationer 35 sen tanpa dicetak tindih dan stempelnya juga tidak diubah. Padang 8.3.58, surat dari oei tiong gie kepada ayahnya oei bie giok memesan kapur untuk temnnya oey tjij tjay sekalaian juga pesan sayur-sayuran untuk dikirim ke Padang (Dr Iwan)
Ketika Kota Padang diserang dalm bulan maret 1958,KSAD memerintahkan agar M.Saleh Lahade dan semua tokoh Permesta di Makasar di tangkap
(R.Z.Leirissa)
10 Maret 1958
10/3 Kapal perang jakarta di perairan PRRI ,jam 12.000 terdengar bunyi dentuman mariam ,kami seiisi rumah dikejutkan oleh dentuman mariam dari kapal tersebut
(catatan tertulis Soewil St Bandaro pegawai kantor pos Padang,koleksi Dr iwan)
Info terkait
Untuk mengalihkan perhatian lawan(PRRI), beberapa hari sebelum Operasi 17 Agustus di parairan Pantai Padang telah hilir mudik Kapal-kapal TNI ALRI , kegiatan ini member kesan seakan-akan pendaratan akan dilakukan melalui perairan itu sehingga kekuatan untuk menahannya dipusatkan didaerah itu. Tetapi rencananya serangan pertama tidak disitu, tetapi ke Riau.
(Ahmad Yani)
11 Maret 1958
Sejak ditunjuk sebagai pemimpin Operasi 17 Agustus, kelihatan kesibukan Ahmad yani meningkat , sekalipun hari sebelumnya selalu sibuk untuk menghadapi tugasnya , namun semenjak itu kelihat kesibukannya agak meningkat.
Ibu Yani tahu apa yang sedang Ahmad Yani lakukan. Hanya dari dokumen-dokumen Dinas sejarah TNI Angkatan Darat Ibu Yani ketahui kemudian bahwa Pak Yani ketika itu membentuk Staf Komando Operasi 17 Agustus nama yang diberikan untuk tugas ke Sumatera barat.
Karena dalam Rapat-Rapat yang dilakukan sudah didapat kata sepakat bhwa pendaratan akan merupakan suatu Operasi gabungan dari Angkatan Darat, Laut dan Udara dengan susunan komado sebagai berikut:
Komandan : Kol. TNI ADAhmad Yani
Wakil Komandan I : Let.KOl. TNI AL.John Lie
Wakil Komandan II : Let.KOl. TNI AU Wiriadinata
Staf terdiri dari Kepala Staf Letkol Daryatmo, KSU I, KSU II, KSU III<KSU IVITPR dan Penerangan AD Kapten Muin Muchtar.
Jawatan Dinas serta senjata Bantuan yang disipakan terdiri dari :
Batalyon Perhubungan, Destamen Zeni,Batalyon Artileri,Detasmen Kavaleri, Detasmen Polisi Militer,Kompi Kesehatan, Konpi Angkutan, Kompi Intendans dan Kompi Markas
(Ahmad Yani)
16 Maret 1958
Pada tanggal 16 Maret 1958 Masyarakat
Kota Medan dikejutkan oleh suara tembakan-tembakan meriam yang bergema sejak jam 03.00 sampai jam 07.00 pagi.Paginya baru diketahui kiranya tembakan mariam itu datang dari dua jurusan dan menembaki landing
Lapangan terbang Polonia dengan maksud untuk dirusak supaya pasukan-pasukan Pusat tidak bisa mendarat.
Kemudian berturut-turut terdengar di
RRI Medan,suara Mayor Said Usman yang mengatakan bahwa Komando TT-IV yang menamakan dirinya “Operasi Sabang Marauke” tindakan kekuatan Pemerintah Pusat dan KSAD terhadap penyelesaiaan Peristiwa Sumatera tengah,Sulawesi Tengah dan Utara.
Jika Pemerintah Pusat tidak mau menyetujui apa yang diminta Komando Operasi sabang Marauke , akan mengambil jalan tersendiri dan Komando dari Pasukan itu adalah Mayor M.F.Naingolan ,Wakil Kepala Staf TT-I yang terkenal dengan nama Boyke untuk mengerakkan Pasukannya guna menentang tindakan Pusat.
Boyke mengunakan Batalyon TT-I yang dipimpin Mayor Henry Siregar dan Pasukan Polisi PM Mobrig dan Pelajar-pelajar yang dipersenjatai.
Malam itu mulanya Boyke dan Anak Buahnya ingin mendinamit Polonia dan Belawan tetapi ketika beberapa motor Berlapis Baja yang dibawa mereka masuk kelapngan Polonia ditembak Pasukan AURI hiangga dua diantaranya terpaksa diseret pulang.
Karena itu mereka menembak dari jauh dengan mariam Polonia ,.
(Terang Bulan 1958)
Foto IPPHOS
Demonstrasi Front Masional Pembebasan Irian Barat Di Jakarta ,16 maret 1958,mengutuk PRRRI
(Nugroho Notosutanto)
17 Maret 1958
Dalam waktu 5 (lima) hari seluruh daerah Riau Daratan sebelah Utara(daerah konsesi Caltex) dapat dikuasai dalam keadaan utuh tanpa korban dipihak kita.
Begitu pula Bagan Siapi-api diduduki oleh Komando Lambung, dan selanjutnya team-team taktis dibubarkan dalam rangka pelaksanaan operasi selanjutnya.
Dapat dikatakan bahwa seluruh pelaksanaan operasi ini mencapai hasil sebagaimana yang dikehendaki oleh pimpinan Angkatan Darat.Kemudian posisi pasukan mulai ditetapkan dengan ketentuan bahwa Batalyon 528 ditugaskan untuk menduduki daerah yang telah kita kuasai, dan seluruh kesatuan Angkatan Laut sesampainya di Pekanbaru ditarik dari penugasannya dalam susunan Komando Operasi Gabungan “TEGAS”.
Dengan adanya pemberontakan oleh Nainggolan Cs. di Medan, pasukan PGT dan kompi para RPKAD didrop ke Medan untuk memperkuat kedudukan pasukan kita, begitu pula Batalyon dari Ter-III dan Baterai Altilleri Lapangan Ringan yang telah berada di Tanjung Pinang diperbantukan pula ke Medan.
Dengan demikian praktis kekuatan Komando Operasi Gabungan “TEGAS” sangat berkurang sekali, sehingga rencana untuk melanjutkan operasi ke Sumatera Barat dibatalkan dan ditetapkan menduduki, menguasai serta melakukan pembersihan di seluruh daerah Riau Daratan.
(korem031)
Melihat perkembangan PRRI di Kota Medan,maka Batalion 322/Siliwangi yang sebetulnya mendarat di kota Pangkal Pinang(RIAU Kepulauan),segera dengan
kapal Tampomas bergerak ke
Belawan Deli tanggal 17 Maret 1958,
hari itu juga masuk kota Medan,
(Djamin Ginting)
17 Maret 1958
Pagi ini Boyke Naingolan mengancam Komandan AURI Polonia, sebelum Polonia sebelum jam 12.00 Siang harus diserahkan kepada mereka (Boyke Naingolan Komando Operasi sabang marauke), kalau tidak lapangan Polonia akan digempur Habis-habisan.
Nyatanya sehari itu Masyarakat jadi sangat gelisah, karena disana-sini kelihatan Setumpuk Tentara berjaga dengan senjata lengkap dan ada beberapa jalan dinyatakan tertutup karena dipasang dinamit.
Hari Ini Boyke naingolan berkuasa penuh , beberapa kali Via radio dia menyatakan pendapatnya yang ditujukan kepada Panglima tertinggi Presiden Sukarno .
Kiranya sebelum peristiwa ini Kapten Sinta Pohan dan kapten P.Hasibuan telah mencoba pula mengadakan coup dan mempersenjatai Pelajar-pelajar .Demikian pula di Kota Medan sendiri,ketika Naingolan berkuasa 24 jam banyak sekali pelajar mereka persenjatai
Pihak AURI meskipun diancam akan diserang tetap tidak mau menyerahkan Polonia.Mereka bertindak demikian karena telah mengetahui bahwa jam 13.00 berikutnya akan tiba Pasukan RPKAD dan KKO di Medan.
Pagi ini Dua Mustang AURI telah menembak Pemancar RRI Medan yang terletak di Sei Sekambing,penembakan karena mereka menyangka Naingolan masih berkuasa.
Karena Kedatangan Pasukan Pemerintah ini diketahui oleh Boyke Naingolan hingga maksudnya untuk merusak Belawan jadi terhenti dan mereka sebelumnya melarikan diri dengan membawa seluruh alat-alat TT 4 kebetulan Panglima TT I Let.Kol. Djamin Gintings sedang pergi kegunung untuk beristirahat. Sebelum mereka melarikan diri dari Kota Medan ,mereka memasuki Bank Indonesia dan mengambil uang sejumlah Rp 120 Juta.
Menurut catatan Naingolan membawa pasukan Artileri ,Kavaleri dan Kendaraan lainnya serta Senjata-senjata Berat.Dalam perlarian itu Naingolan berpencar dan Naingolan menuju arah Tapanuli , sedangkan Mayor Said Usman menuju Aceh.
Dan benar saja sore ini Kota Medan kembali dikuasai Pasukan Pemerintah yaitu RPKAD dan KKO yang turun via udara di Belawan.Kemudian diperkuat dengan Pasukan dalam Kota Medan yang tidak mau turut dalam Gerakan Naingolan.
Malam ini KSAD via Radio Jakarta menyatakan bahwa Perwira-Perwira yang terlibat peristiwa ini dipecat.Mereka ialah Mayor Said Usman,Overste Dr Nazaruddin, Kapten Liano Siregar, Kapten PM Hasannuddin, Kapten Pendeta R.L.Sihombing dan Kapten Sinta Pohan.
(Terang Bulan 1958)
18 Maret 1958
Pasukan Pemerintah kemudian mengadakan pengejaran jurusan Prapat dan Pangklaan Brandan.
(terang Bulan 1958)
Foto Mobil Berlapis Baja yang dikerahkan untuk menduduki Prapat
(terang Bulan 1958)
Foto mereka inilah yang tidak insyaf untuk apa berjuang.Pemuda-pemuda yang mendaftarkan diri untuk menjadi Pasukan Sukarela di Medan tanggal 18 maret 1958 kebanyakan diantara mereka tewas karena tidak paham tentang Perang
(terang Bulan 1958)
17 Maret 1958
Melihat perkembangan di medan , battalion 322/Siliwangi yang sudah mendarat di kota pelabuhan Pangkal Pinang segera diembarkasikan lagi ke kapal “Tampomas” dan mendarat di belawan deli tanggal 17 Maret 1958,hari itu juga memasuki kotaMedan ,
(Umar Wirahadikusuma)
18 Maret 1958
setelah dipukul mundur dalam petempuran diSamarimbun pada tanggal 18 Maret 1958 oleh pasukan RPKAD dan TT 2/ Bukitbarisan.
(Djamin Ginting)
18 Maret 1958
Bataliom 322/Siliwangi menuju kota Pematang Siantar dan harus banyak menyingkirkan rintanagn di jalan yang dibuat oleh PRRI.
(Umar Wirahadikusuma)
Surat dikirim dari Padang ke Padang Panjang ,prangko sudah disobek
dengan stempel pos militer 18.4.58
Isinya surat undangan perkawinan
19 Maret 1958
Pasukan Batalion 322/Siliwangi bergerak ke Pematang siantar dan tiba dikota tersebut pada tanggal 19 Maret 1958 pagi dengan menyingkirkan banyak rintangan-rintangandi Jalan yang dibuat TNI Bukit Braisan yang semula dibuat untuk menghabat jalan mundur PRRI kearah Medan.
Hari ini juga jam 13.00 Kompi A dan B dibantu 1 panser digerakan untuk mengejar pasukan PRRI yang mundur kearah Prapat
(Djamin Ginting)
19 Maret 1958
Pagi hari ini Batalion 322/siliwangi memasuki kota Pematang siantar
(Umar Wirahadikusuma)
Beberapa hari setelah banteng raiders memasuki
kota Talukuantan ,hubungan telpon dengan Pakanbaru dapat dibuka kembali. Baik untuk militr ataupun untu interlokal umum.
Selama pasukan mengadakan konsolidasi beberapa hari,saya mencoba mendengar hubungan raio PHB KDMST Banteng yang meliputi 7 radio-station subsector. Semua pemberitaan yang dikirim oleh/diantara mereka saya ambil(opname)dengan jelas.
Tentu saja kekuatan suara penerimaaan sangat jelas, karena kedudukan dan tempat saya sudah dekat sekali dengan stasion musuh.Radio gram PRRI mengenai dislokasi pasukannnya sangat menguntungkan bagi siasat pengempuran Komando Operasi gabungan Tegas khusunya kesatuan banteng Raiders.
Secara kebetulan yang kami gunakan untuk hubungan dengan PHB Komando Operasi Tegas sangat dekat dengan frekuensi PRRI yang saya sebutkan diatas.Pernah satu kali station PRRI SHX-1 masuk dalam net frekuensi saya dan memangil-mangil. Untunglah berpendapat bahwa pangilan tersebut harus saya diamkan saja, kalau tidak dijawab tentu mereka akan beranggapan bahwa suara radio stationnya tidak didengar oleh Tentara Pusat.
Dengan demikian banyak sekali radiogram dikirim plain karena merasa aman dari censuur musuh.Akhirnya kami yang untung dapat teryus langsung mendapatkan berita-berita itu.
Contoh sebuah berita yang kami tangkap, sangat berguna bagi pimpinan Angkatan Darat sebagai beriktu:
Dari : kmd kdmst banteng o414 1900
Untuk :kmd sector 1 s/d 7 kdmst
Tembusan: l.kol Moh Dahlan Djambek
2.Overste Sjuib
Sumber dari Jakarta utk I operasi 17 Agustus hari h 15 April rencana penyerangan 3 etape utk 1 pendaratan dari laut dan udara tt 2.menduduki tabing kma padang koma telukbayurkmsolokkmapajakumbuhttk3.konsolidasitth II timetable ttk 1 dari jamD-60 menit sampai D-30 menit penembakan dari laut dan udarattkdari jam D-30 menit smapai d+menit auri akan menembaki daerah ujungkarang dan air tawar ttkdari jam D-5 menit samapai jam 30 menit penembakan atas tabing dan sekitarnya ttk
Jam D pendaratan 1 bn kko didaerah airtawar dan paratroop di tabing dan sekitarnya ttk jam D tambah 30 menit sampai jam D tambah 210 menit pemboman objek-objek militer termasuk jembatan-jembatan ttk jam D tambah 30 menit kapal-kapal mendekati pantai ttk jam D tambah 35 menit waktu untuk 1 bn Infanteri dan komando rtp 2 mendarat ttk jam D tambah X menit pendaratan dari keseluruhan rtp-rtp time table 2 rtp I akan menduduki solok dan pajakumbuh kurungbuka kemungkinan rtp 1 ini adalah pasukan yang dipimpin oleh kaharudin nasution yang bergerak dari timur kuruntutup ttk rtp 2 menduduki jembatan muarapenjalinan dan mengambil over dari rpkad tabing dengan 1 bn cadangan ttp rtp 3 mnduduki padang dan telukbayur ttk konosildasi sesudah itu tt IV keteragan-kterangan sesudah itu kko mendarat akan diberi tanda dengan 2 sein hijau ttk jika mendapat perlawanan yang sengit akan diberi seinmerah ttk batas dari komadua pancangan kaki komadua kurungbuka bechea kurungtutup akan diberi tanda panels kuning/oranye ttk headquarters dri komando bersama rtp3 berada dikapal tampomas ttk auri akan mempergunakan pbr dan rgt sebagai landasan untuk untuk pemberian penembakan dan drop ttk habis(X)0414 1900 =
Hasil censuur tersebut diatas segera kami serahkan kepada Komandan operasi Tegas lewat Kmd Banteng raiders entah berguna atau tidak nyatanya penyerangan dan pendudukan kota Padng dilakukan oleh Komado Operasi 17 agustus termasuk Bn Perhubungannya pada 17 April 1958.
Kecualai radiogram penting seperti ditas, kami juga dapat mengikuti hubungan radio anatara KDMST BANTENG dengan perwakilannya di TT-II dengan samara Kancil. Contoh tidak perlu saya kemukakan disini.
Waktu Banteng Raiders sampai
Di Kiliranjao.
sebuah persimpangan jalan anatar Jambi-Padang, saya berhasil mengunakan saluran telepon yang masih terdapat baik akan tetapi lucunya,segala pembicaraan yang kita lakukan terpaksa campur aduk dengan pembicaraan PRRI karena saluran tersebut merupakan “driesprong”
Lubukjambi
-Kiliranjao-Sungaidareh –Kiliranjao dan Tandjunggadang-Kiliranjao.
Sedangkan
Sungaidareh
dan Tandjunggadang masih diduduki PRRI.
Kode yang paling ampuh kita gunakan adalah bahasa Jawa halus sedangkan pRRRI mengunakan bahasa Minang yang mudah kita ketahui artinya.
Jadi aneh kecuali perang radio terjadi juga perang telpon, saatu kejadian lucu pada waktu Banteng raiders samapai di Sijunjung segera kami perbaiki semua hubungan telepon kesegala jurusan semampu-mampunya.
Ternyata kita kita dapat bicara dengan sawahlunto yang pada waktu itu masih diduduki PRRI .
Secara kebetulan saya dapat berbicara dengan Seorang tetara yang berasal dari Jawa dengan nama samaran smj Wongso, dengan perantaraan telpon kami menganjurkan agar mereka (PRRI) menyerah saja tentu akan selamat dan terjamin pensiunnya.
Benar setelah kita masuk kota sawahlunto yang mengaku sebagai smj Wongso itu tidak lain dari smj/PHB Z.Subaidi yang menjabat sebagai Kmd Peleton PHB Bn 141 trermasuk CPHB Detasmen 1o dia bernama sran PHB Moch Sanusi sekarang kami serah menyelengarakan hubungan telepon PTTT Sawahlunto selama para pegawai PTT belum diisi dari Bandung.
Nyata sekali bahwa PHB KDMST BANTENG mempunyai alat dan tenaga yang cukup sempurna untuk menghadapi datangnya APRI waktu itu.Karena semua pegawai PTTT baik radio telegrafist meupun teknikersnya dibawah oleh PRRRI .
Perang radio dan perang telepon masih terbatas pad prosedur PHB jadi belum menjengkelkan . Akhir-akhir ini pada waktu banteng riders betugas menghancurkan pertahanan apa yang diseurt :Harimau Kuranji” telah bertemu dengan PRRI dalam P 22 ,perang P 22 inilah yang betul-betul memerlukan kecerdasan system komunikasi dan kecepatan bertindak dalam mengkoordinir jaring hubungan yang sedang berjalan.
Pesawt P 22 adalah satu-satunya alat yang banyak menolong gerakan pasukan Infantri APRI,akan tetapi kalau sudah terbentur pada persoalan diganggu obatnya hanya keuletan dan sabar. Klaau dikutib perkatam-perkatan musuh PRRRI pada waktu menyerobot hubungan kita sangat tidak pantas diucapkan untuk adat kesopanan bangsa kita.
Bagaimana cara mengatasinya kalau kita jawab akhirnya tetu hanya caci maki yang megakibatkan terlanatrnya hubungan, Kalau kita memindahkan channel(frekuensi) mereka bisa mengejar dengan mudah, karena memutar seluruh channel P 22 itu lebih dari 15 detik.
Sungguh suatu kejadian perlu mendapat perhatian para pencipta teknis pesawart P 22. Wlaupun kita diganggu,kita harus diam saja.Perlunya agar mereka mengira bahwa suaranya tidak bisa kita tangkap (ingat jarak capai dari pesawat P 22).Disamping itu ada satu hal lagi yang dapat merhasiakan pembicaraan kita melalui P 22 yaitu mengunakan bahsa jawa halus. Cara ini setelah dilakukan ternyata musuh menjadi marah dan jengkel, karena tidak mengethui pembicaraan kita buktinya mereka pernah masuk dalam channel kita dengan memgatakan Kalau berani tentara Sukarno sipaya mengunakan bahasa Indonesia,tetapi kita diam saja.
Sayang,hingga sekarang dari sejumlah senjata yang selalu dapat kita rampas dsari PRRI baru beberapa buah P 22 dapat kita trampas.
(majalah PHB 1958)
23 Maret 1958
Minggu dikejutkan sirene hamya krelihatan kapal terbang membuangkan pamphlet.
(catatan tertulis Soewil St Bandaro pegawai kantor pos Padang,koleksi Dr iwan)
26 Maret 1958
Surat tercatat dikirim dari Sekayu(Sumatera selatan)stempel pos diata strip tiga prangko sukarno Rp 1,- Sekaju 26.3.58 dan cerik tercatat sekaju dikirim ke Jakarta diterima dengan stempel kantor 13 April 1958.
Koleksi postal history yang langka dan merupa bukti sejarah bahwa ada situasi pergolakan di sumatera selatan dan perhubungan dibuka kembali karena sumatera selatan tidak ikut pemberonatkan terhadap PUSAT karena surat baru sampai setelah 18 hari.
(Koleksi Dr Iwan)
27 Maret 1958
Foto IPPHOS
Senjata PRRI yang dapat dirampas dipamerkan di Jakarta 27 Maret 1958
(Nugroho Notosutanto)
28 Maret 1958
Surat Keliling PTT no 10 Tentang Pemberian Tunjangan istimewa Kepada Para pegawai yang melakukan tugasnya diaerah tidak aman berhubung bahaya pembunuhan/penculikan dari fhak gerombolan pengatjau bersenjata. Lapiarn 1(satu) Penetapan Direktur Djenderasl Pos,Telegraph dan telephon tanggal 28 Maret 1959 no.16137/adm 2.Lampiran Surat keliling PTT no 10 tahun 1959, Daftar pembajaran tunjangan Istimewa berhubung bahaja pembunuhan/pentjulikan kepada pegawai PTT didaerah/tempat tidak aman.
(Dr Iwan)
31 Maret 1958
Foto DEPPEN
Patroli APRI di Rantau Berangin dalam rangka menumpas PRRI pada tanggal 31 maret 1958 (Nugroho Notosutanto)
Saya pernah naik mobil truk dari Padang ke Medan tahun 1962 bersama Ang toen ZHin dan putrinya Ang Ham Lie yang masih kecil(alm), berangkat dari padang jam 8 pagi sampai dirantau Berangin jam 22.00 karena jalan rusak dan truk sering macet.(Dr Iwan)
Rantau Berangin Pasaman SUMBAR saat ini
Maret 1958
Waktu Komando 17 Agustus belum menduduki kota Padang, malah dapat dikatakan jauh sebelum itu, Banteng Raider hanya bergerak bersama dengan RPKAD dan Bn 528 Divisi Brawijaya. Route yang harus dialaui BantenrG raiders tercatat
Pakanbaru- Taratakbuluh-Lipat Kain-Talukkuantan-Lubukjambi-Kiliranjao-Sungaidareh-Tanjunggadang-Sijunjung-Sawahlunto-Padang-Bukittinggi-Pajakumbuh-Suliki dan seterusnya menurut kebutuhan taktis.
(majallah PHB no 8/1958)
2 April 1958
Pertahanan pasukan PRRI sangat ideal. Mereka memasang banyak kubu senapan mesin di tepi sungai yang lebarnya hampir 100 meter dan berarus deras. Di belakang mereka , hutan rimba kawasan Bukit Barisan membentang luas. Ideal sekali untuk medan gerilya. Tak lupa, PRRI juga menghancurkan semua akses penyeberangan. Tentu ini kesulitan besar bagi pasukan TNI.
Kompi B RPKAD tak gentar. Pertempuran di Batang Kuantan berjalan sengit. Angkatan Udara mengirimkan pesawat B-25 untuk memberikan bantuan tembakan udara. Tetapi pilot pesawat terkena tembakan gencar sehingga harus kembali ke pangkalan Tanjung Pinang.
Tembakan bertubi-tubi membuat pasukan pemberontak bisa dipukul. Mereka mencoba meloloskan diri dari pasukan TNI. Kompi B mencoba menghadang mereka yang mundur.
Namun, nahas saat itulah Kapten Fadillah tertembak. Dia dan seorang prajurit RPKAD lainnya tewas tertembak muntahan peluru senapan mesin tanggal 2 April 1958.
Sejumlah sumber menyebut, Kapten Fadillah masih mencoba mengobarkan semangat tempur anak buahnya sebelum tewas. “Selamat berjuang,” pesannya.
Kematian Fadillah membuat semangat tempur pasukannya menyala. Mereka menggempur pertahanan PRRI habis-habisan. Seluruh pertahanan di Batang Kuantan bersih disapu RPKAD dan pasukan lain. Hal ini sekaligus mematahkan perlawanan RI di seluruh Riau
(Merdeka Com)
3 April 1958
Penulis melihat sendiri di pingir pantai Kota Padang sebuah kapal selam yang mendrop kedarat beberapa container yang berisi senjata modern hadiah dari luar Negeri (menurut info dari Amerika Serikat?) seperti Thompson, juga ada Basoka dan juggle riffle serta Mitralyur dsbnya yang penulis tidak kenal namanya
(Dr iwan)
Berdasarkan pengalaman dan hasil Operasi TEGAS di TIAU, maka ke Sumatera Barat disusun satuan dari
a.RTP I (TEGAS)
Komandan Let.Kol.Kaharuddin Nasution
Kekuatan dari Kompi B /RPKAD, Batalyon 432/Banteng Raiders,Batalyon 528 , Staf dan jawatan ,Dinas dan senjata bantuan.
b. RTP II (Brawijaya)
Komandan Let.Kol. Sabirin Muchtar
Kekuatan : Batalyon 509, Batalyon 510, Staf,Jawatan,Dinas dan Senjata bantuan.
c.RTP III.(Diponegoro)
Komandan Let.KOL. Suwito Haryoko
Kekuatan : Batalyon 438,Batalyon 410, Kompi A RPKAD, Staf,Jawatan, Dians dan Senjata Bantuan.
d. ATP 17 (Angkatan Laut )
Kesatua bantuan dengan 3 buah Kapal Perang, Kesatuan Amphibi yang terdiri dari 1 Batalyon KKO, dan Kesatuan Angkatan yang terdiri dari 18 Kapal Pengangkut.
e. Angkatan Udara
25 buah Pesawat Dakota sebagai pesawat pengangkut, 6 buah Mustang (Pesawat Pengempur), 6 Buah B-26 (Pesawat Pengebom) dan 1 Batalyon PGT(Pasukan Gerak Cepat).
(Ahmad Yani)
4 April 1958
Kapal Perang APRI yang terdiri dari beberapa kapal perang dan juga kapal-kapal barang yang kecil show of force di lautan Hindia didepan Pantai Kota padang, penulis melihat ratusan kapal besar kecil tersebut dan malam hari mereka menembakan kembang api ,mungkin untuk melihat sasaran yang akan di tembak dengan mortir.
Warga kota Padang membuat lubang perlindungan dengan mengali lubang ditanah, tetapi kami dirumah membuat ruang perlindungan dengan tumpukan karung berisi pasir mengeliling tempat tidur
(Dr Iwan)
11 April 1958
Dengan tidka mengusik daerah Tapanuli dengan harapan RI 3 sendiri akan bertindak dan menyelesaikan persoalan pasukan PRRI yang memasuki daerah Tapanuli. Akan tetapi nampaknya karena factor kekuatan yang tidak berimbang, Mayor Sahala Hutabarat tidka mampu untuk berbuat itu.,
sehingga pasukan PRRI dengan leluasa mempergunakan daerah Tapanuli sewbagai pangkalan penyerangan dan “terugval” mereka.
Dan karena keadaan yang memaksa itu maka KSAD akhirnya memerintahkan memasuki daerah itu untuk menguasai keadaan.
Hari H adalah tanggal 11 April 1958 jam 00.00 .Gerakan penyerangan terhadap PRRI yang bertahan di tapanuli dilancarkan dari tiga tempat yakni bergerak dari Sidikalang diutara danau toba, Prapat di ztimur danau toba dan Rantau Prapat.
Pasukan yang bergerak dari Sidikalang adalah Mayor Palawi yang didampingi oleh Panglijma TT I?Bukit Barisa, dengan tugas merebut garis Sidikalang,Dolok sangul – siborong-borong
(Umar Wirahadikusuma)
Info terkait
Hari H adalah tanggal 11 April 1958 jam 0.00,gerakan penyerangan terhadap PRRI yang bertahan di Tapanuli dan dilancarkan pada 3 tempat yakni dari Sidikalang diutara danau toba,Prapat ditimur Danau Toba dan Rantau Prapat.
Pasaukan yang bergerak dari Sidikalang adalah pasukan Mayor Palawi yang didampingi Panglima TT I?
Bukit Barisan (Let.Kol Djamin ginting) dengan tugas merebut Sidikalang,Dolok sanggul dan siborong-borong.
Pasukan Yang bergerak dari Rantau Prapat adalah pasukan Mayor Raja Sjahman yang didampingi oleh Brigadir Jendral TNI Djatikusumo dengan tugas merebut Rantau Prapat,Kotapinang,Gunung Tua,Lingga Payung,Padang sidempuan dan sibolga.
Pasukan yang bergerak dari Prapat adalah Batalion 122/siliwangi dibawah pimpinan Mayor Sjafei,dengan tugas merebut Prapat,Porsea,Balige dan Siborong-Borong.
(Djamin Ginting)
Pada Tanggal 11 April 1958, Batalio9n 322/Siliwangi bersama batalion lain diperintahkan oleh panglima TT 1/Bukit Barisan Letnan Kolonel Djamin Ginting untuk memasuki daerah tapanuli tempat bersarang gerakan separatis PRRI.
Pada jam 9.00 pasukan tersebut mulai bergerak menuju sasarannya maisng-masing,Kompi B 322/Siliwangi berhasil menduduki Labuhandjulu bebrapa ssat kemudian tanpa mendapat perlawanan sedikitpun,
Jam 10.00 gerakan dibatu panser menuju Lumbanjangga,saat ini mendapat perlawanan dari tentara PRRI sehuingga tidak dapat maju.
Panser juga tidak dapat maju karena ditikungan jalan pasukan PRRI dengan basoka telah bersiap-siap untuk memusnahkannya.
Peleton masuk dalam jarring tembakan tentara PRRI dari atas bukit-bukit kan dan kiri jalan raya tanpa suatu eprlindungan karena merupakan suatu lapangan terbuka.
Mundur berarti kemusnahan peleton,kemudian koimAndan peleton mengambil keputusan untuk maju 200 meter kedepan dimana terdapt tanggul-tanggul tempat berlindung,merayap maju 200 meter saja diperlukan waktu 2 jam lamnya dan dibawah tembakan yang gencar dari tentara PRRI ,namun alhirnya selureuh peleton dapt diselamatkan.
Tembakan mariam serta tembakan dari udara yang dilakukan oleh Bomber B-25 dan 3 pesawat Harvar pada jam 16.30 ternyata tidak berhasil memaksa Tentara PRRI untuk meninggalkan Pertahannya.
(Djamin ginting)
Pasukan yang bergerak dari Rantau Prapat adalah pasukan Mayor Raja Sjahman yang didmpingi oleh Brigjen TNI Djatikusumo dengan tugas merebut garis Rantau Prapat- Kotapinang-Gunung tua-Lingga Payung-Padang Sidempuan- Sibolga.
Pasukan yang bergerak dari Prapat adalah Batalion 322/Siliwangi dibawah pimpinan Mayor Sjafei dengan tugas merebut garis Prapat-Porsea- balige- Siborong-borong.
(Umar Wirahadikusuma)
12 April 1958
Dalam briefing Persiapan Pendaratan APRI di Padang , Ahmad Yani didepan stafnya mengulangi ucapan yang pernah dikatakannya ketika ditanya Presiden sebelumnya.
Didalam briefing itu Ahmad yani berkata :
” Kita hanya mempunyai dua kemungkinan mendarat dikota padang atau tengelam didasar laut. Pilihan kita mendarat di Padang dan Menang.”
Ibu Ahmad Yani membayangkan betapa perasaan Pak Yani sampainya pada detik-detik menjelang perdaratan itu dilakukian.
Selain itu juga didengar kabar bahwa Pantai Padang dan disekitar lapangan terbang Tabing ditempatkan sejata penangkis untuk menghadang pendaratan, demikian pula di gunung Padang yang mempunyai pandanagn bebas kelaut ditempatkan mariam yang sangat membahayakan pihat pendarat.
(Ahmad Yani)
12 April 1958
Keesokan harinya tanggal 12 April 1958 jam 05.00 (AM) Kompi TNI A melambung kekanan,mengadakan serangan pada sayp kiri tentara PRRI dan berhasil merebut bagian lapangan jalan raya
pada jam 09.00 pihak PRRI mulai mundur dan jam 10.30 seluruh pertahanan PRRI di Lumbanjangga berhasil direbut TNI.
Masih pada hari ini jam 13.00 dilakukan pengekaran terhadap pasukan PRRI dan tiga jam kemudian Porsea berhasil diduduki TNI tanpa mengalami suatu perlawanan.
(Djamin Ginting)
14 April 1958
Kapal Perang APRI Membombardir Kota Padang 14 April 1958
Kapal Perang APRI dalam Operasi Militer 17 Agustus ,membombardir kota Padang dengan Montir dari Kapal Perang APRI
sudah hampir sepuluh hari Kapal Perang APRI show of force di lautan Hindia didepan Pantai Kota padang, penulis melihat ratusan kapal besar kecil tersebut dan malam hari mereka menembakan kembang api ,mungkin untuk melihat sasaran yang akan di tembak dengan mortir.
(Dr Iwan)
Kolonel Ahamd Yani secara resmi ditetapkan sebagai Komandan Operasi 17 Agustus dengan Suarat Perintah No SP 523/4/1958 tanggal 14-4-1958
Kol Ahmad Yani berangkat ,dengan Konvoi ke Sumatera barat, Konvoi ini merupakan gelombang kedua karena gelombang pertama sudah berangkat sehari sebelumnya.
(Ahmad Yani)
KTP masa PRRI
KTP Era PRRI bagian dalam
Foto KTP era PRRI
Kartu no 422
Nama Goei Tjoan Goan
Warga Kepolisian Negara
Jl Baru Kampung Sebelah no 26
Nama isteri Njo Pek Lian
Diterbitkan
Padang ¼-1958
oleh
Daerah Pemerintah Kotapraja Padang
kepala bagian Pendaftaran Penduduk
M.St,Mansjur
Stempel kepala kampong pondok denga lambing garuda tetapi Republik Indonesia dihapus(belum diganti dengan PRRI)
Cetatan Dr Iwan
Yang bersangkutan saya kenal , karena gendut dianmakan si Buncik, beliau setelah pendaratan APRI ikut mengungsi ke pedalaman dan setelah itu tidak pernah ditemukan laigi informainya, KTP ini ditemukan bersama arsip yang bersangkuta lainnya termasuk SK pengangkatannya jadi anggotaKepolisian Negara RI di tempat sampah kertas bekas dari arsip-arsip brimob Sumbar yang dibuang dan digunakan untuk membersihkan tangan di bengkel POLDA Sumbar d jalan sawahan dekat stasiun kereta api waktu saya menservis ganti oli kendaraan dinas jsaya jeep willys 1957 disana.sebagian arsipnya sudah saya serahkan kepada putrinya Lien yang menikah dengan putra saudara nenek mantu saya grace iteri putra saya anton.
Menurut putrinya Goei tjoen goan ia melarikan diri ke Bengkulu saat Apri mendarat di Padang dan setelah itu tidak ada kabar dan ia dinyatakan hilang,ia bergabung dengan let Kol Nawawi yang memberontak di Bengkulu,mungkin alamarhum meninggal saat penyerbuan Korps brimob di Bengkulu tahun 1960 silahkan membaca infonya pada bab selanjutnya
(Dr Iwan)
Soekarno marah bertambah berang
Tentara dikirim untuk berperang
Sumatera Tengah akan diserang
Target utama ke ranah Minang
Dari laut dan dari udara
Kota Padang sasaran pertama
Dijatuhkan bom membabi buta
Banyak korban mati dan luka
Karena kota kini tak aman
Badan diri wajib diselamatkan
Gaji terhenti tak bisa makan
Lalu berunding sesama teman
Nagari web blo
14 April 1958
Pada tanggal 14 April 1958 , sekitar jam dua dini hari anggota militer kantor Dewan Banteng di depan rumah penulis di jalan Bundo Kandung no 16 (saat itu Jalan Gereja) mengedor pintu membangunkan almarhum ayah untuk mengajak mengungsi ke Ladang padi dan Sukaramai Solok yang dijadikan Markas baru,mereka mengatakan tentara Pusat maksudnya APRI akan menyerang dan menembak kota padang dengan Mortir. , tetapi ayah tidak mau ikut dan tetap bertahan dirumah.
Tentara Dewan Banteng membeli alat-alat tulis di took percetakan Suamtera Bode dimana ayah saya sebagai direkturnya dan berjanji akan membaya besok di Sukaramai Solok .
(Dr Iwan)
Ketika Kota Padang terancam Jatuh ke tangan Pemerintah RI, kedudukan pemerintah PRRI dipindahkan ke Padang Panjang.
Pemeindahan ini bersifat sementara karena sebenarnya sudah disepakati mencadangkan Badaralam di Hulu Sungai Batanghari sebagai tempat kedudukan bila keadaan mengharuskan. Badaralam diperhitungkan sangat tepat dan cukup aman seperti yang pernah dialami Sjafruddin Prawiranegara sewaktu PDRI tahun 1948-1949.
(Mauludin Simbolon)
14 April 1958
Buku Ahmad Yani Sebuah Kenang-kenangan “tulisan Ibu Ahmad Yani dengan sekelumit kisah”
profile Ahmad Yani.
Almarmuh Ahmad Yani menempa dan memantapkan Korps Banteng Raiders yang kemudian tahun 1958 dipimpinnya dalam operasi militer untuk memulihkan keamanan Sumatera Barat yang menjadi terganggu karena adanya PRRI.
Baru kira-kira setengah tahun Ahmad Yani menjabat jabatan Deputi – I KASAD Pemerintah mempercayakan kepadanya untuk melaksanakan tugas ke Sumatera Tengah. Seperti dikatahui bahwa apa yang terjadi di wilayah tersebut cukup mencemaskan, suatu pergolakan sedang terjadi.Mereka menuntut dibubarkan Kabinet Djuanda, dan menyerahkan mandatnya selakas mungkin,yang merupakan Tuntutan dengan nada mengancam.
Sebelum berangkat Operasi Ahmad yani mendapat perintah dan petunjuk dari Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Juga dari Presiden Sukarno.
Sekembali dari luar negeri Ahmad Yani dipanggil oleh Presiden Sukarno, sat itu seorang staf Keduataan USA di Jakarta Tuan benson sedang bertamu dirumah Ahmad Yani, dan sebagai sifat orang timur Ahmad Yani bersifat ramah dengan tamunya . Tuan Benson itu memang sudah sejak beberapa waktu datang ke rumah Ahmad yani untuk mendapat informasi yang mereka butuhkan dari Ahmad Yani dan kalau tidak dari isterinya.
Ibu Ahmad yani benci karena yang dipikirkan mereka adalah kepentingannya sendiri saja.
Apa kata orang tentang keluarga Ahmad Yani ? Akrab dengan orang Asing.Bayangkan pada waktu itu seorang Amerika dalam bukunya menulis secara tersirat seolah-olah Tuan Benson itu membantu Ahmad Yani menyusun rencana Operasi 17 Agustus, padahal Amerika waktu itu menyokong PRRI dan PERMESTA dengan isntruktur, senjata dan Peralatan Militer.
Aneh sekali,sebab dalam buku itu pada buku itu juga tersirat bahwa Amerika pada waktu ikut mendorong-dorong lahirnya PRRI dan PERMESTA dengan tujuan untuk membendung Komunis yang semakin kuat saja di Di Indonesia.
Padahal akibatnya malah member kesempatan kepada PKI menjadi semakin kuat posisinya dikemudian hari.Berangkat ke Sumatera barat Ahmad Yani tenang saja seperti berangkat ke kantornya saja.
Pak Yani berangkat operasi tanggal 14 April 1958 dengan motto “Bagi saya hanya ada dua alternatif, pertama : berkubur didasar lautan dan kedua ialah mendarat dikota Padang”.”
Kapal-kapal yang ada dikerahkan untuk mengangkut Pasukan, bahkan Tongkang-Tongkang
(Ahmad Yani),
Foto DEPPEN
Iring-iringan kapal Tampomas .Timor,Lokan.Lacin,Lagong dan Menghua di Samudra Indonesia dalam rangka operasi 17 Agustus pada tanggal 14 April 1958 (Nugroho Notosutanto)
Kapal tampomas I
14 April 1958
Serangan dilaksanakan. Pemerintah pusat menyerang Padang. Padang dijatuhi bom-bom yang mengakibatkan kota ini hancur. Banyak rakyat padang yang mengungsi ke daerah Solok dengan membawa barang-barang seadanya yang dapat ibawa. Tokoh-tokoh PRRI ditangkap. PRRI mendapat dukungan Permesta. Akhirnya PRRI dapat ditumpas. Setelah PRRI berhasil ditumpas maka untuk mencegah munculnya pemberontakan serupa Suprapto diangkat menjadi Deputi Republik Indonesia Staf Angkatan Darat Untuk Wilayah Sumatra yang bermarkas di Medan. Peristiwa ini meninggalkan trauma bagi rakyat Sumatra.
(http://kolektorsejarah.wordpress.com/tag/prri/)
Kota Padang relative tidak hancur, kecuali kantor Zeni Di pinggir laut, Rumah Penduduk di Nipah dengan korban 2 orang saja, dan tidak ada pertempuran sama sekali, tentara PRRI sudah melarikan diri beberapa hari sebelum pendaratan APRI, (Dr Iwan)
Map (Peta Operasi militer PRRI dan Parmesta)
Menurut informasi dari teman saya seorang mayor Angkatan Darat Pak Suko , ia sudah mendarat dengan parasut DILOKASI SEKITAR Tabing mendahului kedatangan Pak Yani (Dr Iwan)
15 April 1958
Pagi harinya tanggal ayah Dr Iwan berangkat ke Sukaramai dengan Paman untuk menjemput Uang untuk membayar alat-alat tulis milik Toko Percetakan dan Alat Tulis miliknya yang dibeli oleh Tentara Dewan Banteng.
Saat ayah DR Iwan berangkat menuju Sukaramai, jam delapan pagi tanggal 15 April 1958, terdengar tembakan Mortir yang bunyinya BOOM BOOM ….Sing..Sing…. ,bila bunyi mendesing berarti peluiru mortir sudah liwat dan selamat.
Kemudian siang hari suasana tenang, mulailah kami ,saya dan kakak naik spepeda melihat rumah yang jadi korban, kantor Tentara Bagian Zeni di pinggir pantai Padang hancur,
Rumah di Simpang Enam hancur dan satu orang ibu dan anak meninggal ,ini tembakan salah arah sebenarnya untuk Kantor Komdak (saat ini POLDA) PRRI di jalan Nipah ,satu lagi peluru mortir jatuh di belakang bioskop Karya tapi tidak meledak ,salah arah sebenarnya ditujukan kekantor Dewan Banteng didepan rumah ,syukur rumah kami selamat.
Sore harinya syukur ayah selamat pulang kerumah dan berhasil memperoleh pembayaran atas alat tulis miliknya, saya salut pada tentara Dewan Banteng atas kejujuran mereka karena biasa saat genting seperti itu umumnya main ambil semaunya dengan gratis.
Ayah membawa makanan lezat dari Sukaramai namanya Dendeng Batokok(diketok), masih saya ingat saat makan malam dengan teman kakak ,tembakan mortir kembali mulai lagi, pembantu rumah tangga Kami namanya EKA ,saat bunyi BOOM BOOM segera sembunyikan kepalanya dibawah tungku Masak dari beton tetapi bokongnya masih kelihatan.
Segera para wanita Ibu ,kakak dan adik sembunyi diruang perlindungan yang sudah dipersiapkan satu minggu yang lalu dibuat dalam tumpukan karung berisi pasir mengeliling tempat tidur, tetapi karena serangan bom mortir tambah gencar,serta lubang perlindingan sangat pengap, Para wanita dari keluarga kami malam tersebut saya dan akak lelaki mengantarkan mereka berlindung dirumah Paman di kompleks kampung Pondok Namanya (sekarang jalan Niaga), hal ini diprtuskan ayah berdasarkan pengalaman saat serangan pendudukan jepang tahnun 1942 yang lalu,
Warga di kampung Pondok juga telah mempersiapkan diri dengan perlindungan Polisi Rakyat seperti penjaga kota masa hindia Belanda Stadt Wacht,antara lain seorang teman bernama Johnson dating kerumah dengan seragamnya (Dr Iwan).
15 April 1958
Gerakan untuk menduduki Balige ditunda sampai tanggal 15 April 1958,karena pasukan Butkit-16 dapat dipukul mundur oleh Tnetara PRRI di PintuPohan dan baru dapat ditembus ke Porsea pada hari ini.
Dalam gerakan ke Balige hanya dilami satu kali perlawanan di Laguboti pada waktu pasukan PRRI pada tanggal 15 April 1958 jam 02.00 sampai jam 04.00 pagi berushaa untuk melakukan serangan balasan .
Sewaktu di Balige,telah tiba Kompi Bantuan Resimen 10 Siliwangi dan Battery”Dharma” dari Pusat Pendidikan Artilleri Cimahi ,yang telah berangkat bersama dengan Bataluion 322/Siliwangi dari Tanjung Priok,Battery Dharma ini beklum pernah mengikuti operasi diluar daerah Teritorium III Jawa barat.
Gerakan ke Siborong-Borong tertahan disebabkan jembatan anatara Balige_SiborongBorong dihancurkan tentara PRRI,setelaj jembatan Bailey di Gurbur selesai dipasang oleh pasikan Zeni,barulah Batalion 322/Sikliwangi dapat melanjutkan gerakannya.Pasukan bukitBarisan ternyata pada tanggal 24 April 1958 sudah dapat menddudki terlebih dahulu kota SiborongBorng sewaktu kompi A/322 siliwangi masih berada 7 kim dari siborongBorong.
(Djamin Ginting)
16 April 1958
Foto DEPPEN
Kapal Tampomas memberikan isyarat kepada Kapal Perang ALRI di perairan Padang sebelum pendaratan dilakukan, 16 April 1958 (Nugroho Notosutanto)
Setelah berlayar selama lebih kurang enam puluh jam, pada tanggal 16 April Jam 7.00 Konvoi Ahmad Yani tiba
di Pulau Pandan
(Pulau di perairan Kota Padang , terkenal dengan pantunnya Pulau Pandan Jauh Di tengah dibalik Pulau Angsa Dua, Hancur Bandan Dikandung Tanah Budi baik Dikenang Jua-Dr iwan)
, diPulau Padan Kol Ahmad yani menunggu Kapal-Kapal Lain yang berangkat dalam Konvoi gelombang pertama. Kiranya cocok juga bila pulau itu ditetapkan sebagai tempat pertemuan (Redenvouz), dari situ tampak jelas
pantai padang didepannya.
Melalui Peta daerah sitempat Ahmad Yani beserta stafnya membuat perencanaan yang penting bagi berhasil atau tidaknya operasi tersebut. Ahmad yani membagi daerah sepanjang tempat pendaratan menjadi tiga daerah yaitu
- Area Bantuan (Support): daerah dimana Kapal dapat membantu dengan tembakan
- Area Transport : daerah dimana Kapal Pengangkut berkumpul untuk memudahkan persiapan pendaratan.
- Area Demontrasi: daerah dimana kapal-kapal mengadakan demonstrasi seolah-olah akan mendarat ditempat itu.Sesuai dengan namanya kegiatan diarea demonstrasi benar-benar membingungkan PRRI sehingga timbul berbagai dugaan dan gerak-gerik yang dibuat kapal –kapal demostrasi tersebut. Ada yang mengira pendaratan dilakukan di teluk bayur,ada yang mengira di Padang dan ada yang mengira di Tabing.
Menurut rencana Operasi 17 Agustus yang telah ditetapkan pendartaan akan dilakukan 3 Taraf yaitu:
A.Taraf Pertama
Babak I : Pendaratan atau pembuatan “Beach Head”
Babak II : Gerakan mendekat Lapangan terbang tabing Kota Padang dan Pelabuhan Teluk Bayur , RTP II,RTP III.Batalyon KKO,Batalyon PGT dan Kompi RPKAD ditambah dengan gerakan menuju Sijunjung dan Muara mahat oleh RTP I
Babak III : Konsolidasi Pasukan
B.TARAF KEDUA
Melakukan gerakan ke Korta/daerah yang belum dibebaskan
C.TARAF TIGA
Babak I:Konsolidasi Pasukan
Babak II: Gerakan kekota daerah yang belum dibebaskan
Babak III : Konsolidasi daerah
Hari Pendaratan ditetapkan 17 April 1958 karena menurut info yang diterima tanggal 18 April 1958 dua buah pesawat Asing akan mendarat di Padang membawa perbekalan senjat. Jadi Ahmad Yani mau mendahului . Pendaratan akan dilakukan ditempat yang disebut
“Pantai Merah” lebih kurang 1 km dari kelapangan terbang Tabing atau hanya 9 km dari kota Padang.(saat ini disebut Padang beach Tabing, menurut informasi saat itu pendaratan di tepi pantai dekat Muara Sungai batang Kuranji -Dr Iwan)
Eks lapangan terbang tabing
(Ahmad Yani)
17 April 1958
Operasi 17 Agustus dengan sasaran Sumatera Barat dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani berhasil menguasai kota Padang pada tanggal 17 April 1958
Urutan Kegiatan
Jam 05.00
Dilakukan penembakan oleh Kapal Perang TNI AL ke daerah tempat pendaratan selama satu jam
“Beach head “lokasi 1km dari lapangan terbang Tabing
Tempat Pendaratan sebagai Pancangan kaki ini disebut “Beach Head”
Foto DEPPEN
Kapal Perang ALRI tiba di perairan Ulak Karang Padang ,17 April 1958
(NUgroho Notosutanto)
Tembakan juga diarahkan pula ke tempat-tempat yang diperkirakan sebagai pusat Senjata bantuan PRRI sampai sejauh 4 km kearah Pedalaman.
Dua Puluh Lima menit kemudian Pesawat-Pesawat Red Flight TNI AU melakukan penembakan dan pemboman ditempat yang sama.
Kemudian selama 35 menit “Blue Flight”Pesawat TNI AU mengadakan penembakan yang terutama ditujukan ke
Lapangan Terbang Tabing dan sekitarnya.
Penembakan ini bertujuan untuk melindungi pendaratan
pasukan (terjun Payung) dari Udara
(Ahmad Yani)
Foto DEPPEN
Tembakan perlindungan untuk melindungi pasukan yang didaratkan di Ulak Karang,17 April 1958(Nugroho Notosutanto)
Kisah Pendaratan APRI di Kota padang 17 April 1958
Sejak pagi hari beberapa pesawat terbang melayang-layang diudara, penduduk kota Padang sangat gembira, karena ada pengumuman diradio bahwa ada bantuan pesawat terbang dari Armada ke tujuh Amerika Serikat yang sudah mangkal di Perbatasan dekat kepulauan RIAU, untuk menyelamatkan ladang minyak Caltex di Rumai Pakan Baru milik mereka, tetapi kemudian ternyata itu pesawat APRI dari operasi Militer untuk melindungi pendaratan Tentara Payung di Lapangan Terbang Tabing dan pendaratan Marinir
dan Banteng raiders dengan kapal Amfibi di wilayah dekat lapangan terbang di muara sunggai Batang Kuranji di Air Tawar dekat kompleks UNAND (saat ini UNAS) dan Universitas Bung Hatta
Tentara PRRI lari liwat selokan dan berusaha menembak Kapal Terbang dengan senjata modern hadiah dari luar Negeri seperti Thompson, juga ada Basoka dan senapan Juggle Riffle serta Mitralyur dsbnya yang penulis tidak kenal namanya ,yang didaratkan liwat kapal selama dua minggu yang lalu dalam kontainer yang tiba di pantai Padang,banyak rakyat yang menyaksikan termasuk penulis karena tempat itu dekat kediaman.
(Dr Iwan)
Tulisan Tangan.
Suwil Dt Bandaro
tentang Pendaratan APRI Di Padang Tangal 17 April 1958 yang rumahnya di Tepi Bandar Belakang Olo.
Koleksi Prangko alm Suwil saya beli dari keluarganya isteri dan anaknya ahmad suwil ,dan dalam dokumennya ditemukan catatan pribadinya tentang pendaratan APRI dipadang saat PRRI(Dr Iwan)
Keadaan di Kota padang hari rabu jam 13.15 (tanggal 16 April 1958)dari pantai Padang mulai tembakan dari laut canon dan mortir kekota padang sejak malam hari mulai setengah satu dan dua,sampai jam 7 dirumah terdengar terus dengan dentuman yang dahsyat dari darat dan lautan balasan bertambah-tambah saja bertubi-tubi kedarat.
Kira-kira jam 10 masuk kedalam lubang perlindungan karena bunyinya sangat dahsyat dan dari darat tidak sanggup lagi memberi perlawanan maka dari laut tidak berhenti-hentinya sampai jam 6 pagi tembakan kedarat.
Maka ketika sedang rebut-ribut dentuman itu muncul kapal terbang dengan aksinya yang dahsyat membikit panik , dan hilang akal penduduk dan hamper tidak kelihatan lagi Tentara PRRRI dan akhirnya jam 11 siang siang terdengar kabar tentara Pusat telah mendarat(koleksi dr Iwan)
Sementara penembakan-penembakan dari laut dan udara berlangsung Batalyon KKO TNI AL melakukan pendaratan untuk membuat daerah Pancang kaki pada jam 7.00 semua pasukan KKO sudah selesai mendarat. Jadi dilakukan hanya dalam 20 menit saja .
Bersamaan dengan bergeraknya pasukan KKO itu dilapangan terbang Tabing Pasukan PGT TNI AU dan satu kompi RPKAD TNI AD diterjunkan .
Untuk membantu kelancaran pendaratan 4 buah Mustang , 4 buah Mitchelll, 1 Albatros dan 12 Dakota membantu , itu berlangsung selama waktu 4 jam.
Ketika penerjunan dari udara berlangsung mendapat tembakan-tembakan dari bawah, ini menyebabkan gugurnya seorang anggota PGT.
Pendaratan dari laut jam 08.50 yang diawali oleh Batalyon KKO yang berturut-turt diikuti oleh Batalyo 310,Batalyon 438, Batalyo 440, Komando RTP III dan Komando RTP III.
Hampir 3 ½ jam pendaratan itu berlangsung baru selesai jam 12.00 siang.
Foto DEPPEN
Kolonel A.Yani dan Let.KOl.Wiradinaya menyaksikan pendaratan APRI di Padang 17 April 1958
(Nugroho Notosutanto)
Foto pasukan pendaratan APRI turun dari kapal menuju kota Padang
(Umar wirahadikusuma)
Komado Operasi 17 Agustus mendarat pada jam 13.00 menuju Beach Head dan bertemu ditempat itu dengan Komandan RTP II dan RTP III.
Demikianlah sementara Pendaratan dilakukan, secara kebetulan Ahmad Yani melihat seorang Prajurit dengan susah payah memikul kopor. “ Hai Apa Itu” gertaknya, Prajurit menjawab”Kopor Pak Darman Pak ” “ Buang” perintah Pak Yani,maka dibuanglah kopor Pak Darman. Sekarang dapat kita menceritakan kembali segala sesuatunya dengan tertawa. Memang membawa kopor di waktu pendaratan yang disertai temmbakan gencar memang mengelikan seolah-olah seperti akan berpiknik saja.
Foto pendaratan pasukan AD di Ulak karang Padang tanggal 17 April 1958
(umar Wirahadikusuma)
Foto DEPPEN AL
Sebagian pasukan yang didaratkan di padang(ULak Karang)
(Nugroho Notosutanto)
Pantai air tawar tempat pendarat APRI
Setelah Batalyon KKO mengamankan Beach head ,Batalyon 510 dengan komando RTP II bergerak menuju jalan besar Padang – Lubuk Alung, terus ke Tabing yang terletak di arah menuju Lubuk Alung.
Di Tabing pasukan tersebut membuat perkemahan sambil ikut memperkuat Lapangan terbang yang telah diduduki oleh Batalyon PGT dan kompi RPKAD.
Foto DEPPEN AL
Mayor KKKO Budoyo memberikan perintah operasi-menerangkan peta
(Nugroho Notosutanto)
Batalyon 438,Batalion 440 dan komano RTP III melalui jalan besar bergerak menuju Padang, disusul oleh Komando Operasi 17 Agustus.
Foto DEPPEN AL
Pasukan KKO bergerak menuju kota padang
Menyebrang jembatan Air Tawar
(Nugroho Notosutanto)
Foto pasukan TNI sedang bergerak membebaskan kota padang dalam rangka penumpasan pemebrontak PRRI di Sumatera barat
(Umar Wirahadikusama)
Dalam perjalanan inilah tiba-tiba muncul satu peleton Pasukan PRRI bersenjata lengkap beserta du pucuk 12,7 menyerahkan diri ke Ahmad Yani.
Apabila pasukan tersebut berpura-pura menyerah Pak yani beserta Staf sulit terhindar dari bahaya.
Tetapi sebagaimana dikatan teman-temannya karena kepribadiannya yang percaya kepada diri sendiri, tanpa curiga Ahmad yani menerima penyerahan itu, bahkan menempatkan peleton yang baru menyerah itu sebagai pasukan pengawalnya malahan menjadikan salah seorang dari anggota peleton yang menyerah itu sabagai pengawal pribadinya.,
secara logika tindakan Ahmad Yani tersebut membahayakan dirinya maupun stafnya, karena sewaktu=waktu mereka dapat berbuat jahat dan membunuh Ahmad yani., tetapi keraguan-raguan tersebut dapat dihilangkan karena Ras percaya diri Ahmad Yani.
Ternyata kepercayaan tersebut tidak sia-sia, selain itu juga kebiasaan Ahmad Yani menempatkan dirinya dibelakang Komanda batalyon yang mengikuti kompi kawal terdepan, inipun dilakukannya seaktu menuju Tabing dan Padang.
Secara psikologis anggota pasukan yang merasa berada didekat atasannya ,hatinya menjadi besar dan cendrung berani berkorban untuk menyempingkan rasa takut bahaya.
Kota Padang segera dapat dikuasai hari ini juga, dan Ahmad yani beserta stafnya memasuki kota jam 17.00.
Malam itu Ahmad Yani berkemah
di Gurbenuran Padang,
tetapi kira-kira tengah malam perkemahan dipindahkan lebih ketengah kota karena adanya tembakan-tembakan mortar dari PRRI.
(Ahmad Yani)
KISAH PENYERANGAN KANTOR DEWAN BANTENG MALAM HARI 17 APRIL 1958
Malam hari penerangan lampu kota Padang dimatikan , saya,ayah Djohan dan kakak Edhie serta pembantu Lelaki si Panjang (sudah menjadi pembantu sejak saat Ayah masih kecil).
Suasana sangat sepi tidak ada bunyi apapun, tidak ada satupun manusia dan kendaraan dijalan depan rumah, gelap mencekam .
Kami berempat melihat dari
ruangan tamu depan rumah dengan jendela kaca ke arah Kantor Dewan Banteng,pembantu si Panjang ketakutan dan ia menepuk nyamuk yang mengigitnya sampai dilarang ayah untuk jangan membuat suara dengan berkata bahwa bila ribut akan ditangkap dan dibunuh Tentara Pusat (maksudnya APRI)
Sekitar jam 11.00 malam, tiba-tiba terdengan bunyi ledakan beberapa buah granat diiringi suara derap sepatu bot tentara yang berlari , saya melihat tentara dengan wajah yang sudah digelapkan dan memakai penyamaran berlari berliku-liku menuju kantor Dewan Banteng didepan rumah , setelah setengah jam suara ribut tembakan ,kemudian suasana jadi sunyi lagi dan Kamipun pergi tidur.
(Dr Iwan)
Penulis Dr Iwan paling kanan difoto dari rumah dan kelihatan Kantor dewan Banteng dengan patung Bundo kandung.foto tahun 1956.
Dan foto kakak dan adik perempuan dengan tetangga di depan rumah kelihatan kantor Dewan Banteng foto tahun 1956
Foto DEPPEN
Pasukan KKO didepan Kantor Dewan Banteng
( jalan Bundo kandung didepan rumah -Dr Iwan)
setelah kota Padang diduduki tahun 1958
(Nugroho Notosutanto)
Dr Iwan berdiri nomor dua kanan dihalaman rumah jalan Bundo Kandung 16 yang lokasi didepan
Kantor Dewan Banteng(sebelumnya adalah Panti Asuhan Bundo Kandung),sekarang Kantor Polisi Militer Korem SUMBAR. Foto ini dibuat sekitar tahun 1959.
Dilokasi inilah saya mengntip dari jendela operasi 17 Agustus menyerbuan kantor Dewan banteng
Dilokasi ini para tentara Banteng Raiders beristirahat setelah menduduki kantor dewan Banteng tanggal 17- 18 April 1958
(foto Dr Iwan nomor dua dari kanan dengan Kakak dan ibu tahun 1953)
Foto kantor Dewan Banteng yang telah diubah jadi markas POM KOREM SUMBAR tahun 2011,atap dan bangunan masih sama, tetapi patung bundo kandung sudah tidak ada lagi.(Dr Iwan)
lokasi rumah Dr iwan yang sudah dijual dan dijadikan hotel ambacang yang ambruk karena gempa tahun 2010 difoto tahun 2011,disinilah para tentara Banteng Raiders dulunya beristirahat setelah merebut kantor tersebut ,dan mandi disini karena mereka takut diracun sumur di kantor tersebut oleh PRRI
Kekecewaan Orang Amerika
Kekecewaan orang Amerika menyebabkan penghentian pengiriman bantuan persenjataan, meskipun sudah dijanjikan . Demikian pula halnya dengan janji disediakannya pesawat pembom jenis B-26 yang tidak kunjung jadi kenyataan
(Maludin simbolon)
Inilah manuver militer dan intelijen RI terbesar setelah merdeka.
Tentara pusat (APRI) atau “tentara Soekarno”, mengerahkan seluruh angkatan perang (darat, laut dan udara dan kepolisian).
Kekuatan APRI waktu pertama diterjunkan mencapai lebih 20.000 pasukan.
Mereka umumnya dari Satuan Diponogoro, yang waktu itu kebanyakan sudah disusupi oleh kelompok merah (komunis).
Semantara Kekuatan PRRI pada tahap awalnya disokong oleh CIA.
Namun karena sama sekali tidak menduga dan karena itu tidak siap untuk menghadapi perang ’sungguhan’, maka kota-kota di Sumatera Tengah dengan mudah dapat diduduki.
Pusat perlawanan terutama terjadi di Sumatera Barat dan Riau serta mitra PRRI, yaitu Permesta di Sulawesi.
Para pejuang PRRI secara lambat laun tapi pasti terpaksa mundur ke pedalaman dengan melancarkan perang gerilya.
(DR Mestiak Zed)
Pada tanggal 17 April Presiden Sukarno telah mengirim pasukan udara ke Sumatera bagian tengah di daerah dekat ladang minyak milik Amerika Caltex Pacific Oil Company.
Pasukan pemerintah telah bertemu hanya resistensi lemah dari pemberontak.
Pada hari surat ini ditulis, Allen Dulles telah melaporkan kepada Dewan Keamanan Nasional bahwa pemberontakan itu telah “praktis runtuh,” meskipun tindakan masa depan oleh pemerintah Jakarta yang sulit diprediksi
Source sukarnoyears.web blog
Original info
On April 17 President Sukarno had sent airborne troops into central Sumatra in the area near the oil fields of the American-owned Caltex Pacific Oil Company. The government forces had met only feeble resistance from the rebels. On the day this letter was written, Allen Dulles had reported to the National Security Council that the rebellion had “practically collapsed,” although future actions by the Jakarta government were difficult to predict |
18 April 1958
Keesokan harinya tanggal 18 April 1958 jam enam pagi waktu melihat keluar halaman rumah, sungguh kaget ada lebih kurang limaratus tentara Banteng Raiders tidur bergelimpangan dihalaman rumah yang luasnya 3500 meter persegi,
tidur pulas dengan senjata dan ranselnya dan yang lainnya mandi dengan telanjang terjun kedalam sumur air tanah milik kami sampai airnya habis terkuras,
tetangga kami yang tinggal dipaviliun rumah (Ani,Eng Siau dan Eng Hoa),Adiknya Hok tiauw dan Hok Sin bercerita bahwa putrinya tertawa cekikikan karena mengintip tentara Banteng Raiders mandi telanjang masuk sumur sampai dilarang oleh ayahnya.
Saya salut komandan Banteng Raiders dan anak buahnya tidak membangunkan kami, dan dengan ramah meyalami kami semua, mereka berkata kami sudah sepuluh hari tidak mandi,mohon maaf air sumurnya kotor dan habis karena anak buahnya sangat gerah,
Rupanya tentara PRRI tidak memberikan perlawan,mereka sudah lari keMarkasnya yang baru di Sukaramai Solok dan Muarapanas.(Dr Iwan)
tentara PRRI termasuk penjaga kota(stadwach) sipil sudah menghilang saat pendarat tanggal 18 April ,saat itu mereka lari menyusuri selokan menuju keluar kota, menurut informasi mereka lari ke lembah anai dan ladang padi menuju pertahan mereka di Sukaramai
(Dr Iwan)
APRI datang menyerang
Masih terbayang di benak saya, beberapa waktu setelah pengumuman dibentuknya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia, diikuti penyerangan oleh tentara Pusat ke Padang.
Nampaknya tidak mendapat perlawanan yang heroik, bahkan adanya batalyon yang datang menyambut kedatangan tentara Pusat.
Saya tidak mengerti kenapa demikian.
Prof. DR. Ir. Zoer’ni Djamal Irwan, MS
18 April 1958
Pagi harinya Tentara Banteng Raiders dari APRI saya lihat patroli menyisir kota Padang dalam bentuk regu berjalan berbaris satu persatu dengan senjata Karaben dengan sangkur terhunus ,kasihan senjatanya masih kuno sisa perang dunia kedua jauh dibandingkan dengan milik tentara PRRI.
Siang hari rakyat sudah mulai ramai dijalan dan kemudian diperintahkan agar selama satu bulan sampai 17 Agustus 1958 Bendera Merah Putih harus dikibarkan siang hari dan diturunkan malam hari.
Sungguh saya terharu melihat perjuang Tentara APRI dalam rangka melindungi Sang Saka Merah Putih,kendatipun PRRI tetap mengunakan bendera yang sama .
(Dr Iwan)
Foto DEPPEN
Pengiriman makanan ke darat dengan kapal pontoon di panatai Padang,18 April 1958
(Nugroho Notosutanto)
Dari foto diatas terlihat ponton berisi kardus bahan makanan
di muara batang arau padang depan gunung Monyet.
(Dr Iwan)
Foto senjata yang berhasil dirampas dari tangan pemeberonatak PRRI di suamtera barat
(Umar Wirahadikusuma)
20 April 1958
Jatuhnya Kota Padang dan kemajuan Gerak Cepat pasukan Pemerintah Pusat menyebabkan pemimpin PRRI terpencar, Kolonel Mauludin Simbolon mundur ke
Alahan Panjang (kab Solok), yang disusul oleh rombongan Burhanuddin Harap
dan kemudian bersama-sama
Ke Muaralabuh
(Mauludin Simbolon)
Dr Iwan selama enam tahun dari tahun 1973 sampai 1979 bertugas diwilayah PRRI ini sebagai doketr polres solok dari Polda SUMBAR, dan melihat sendiri bagaimana situasi wilayah dan penduduk yang eks PRRI disana. (Dr Iwan)
Dua hari setelah pendaratan APRI dikota Padang(20 April 1958),suasana kota padang sudah hidup lagi rakyat mulai melaksanakan kegiatan,dan terlihat pasukan patroli per regu berjalan satu persatu dalam barisan berjalan menyisir jalan membawa senjata api (Karaben).
(Dr Iwan)
Senjata PRRI dirampas oleh APRI di Padang April 1958
(Nugroho Notosutanto)
Di Sikapuah daerah Palangki
Bukit Putuih berhutan sepi
Basis penting pejuang PRRI Di situ Jurnalis hampir mati
Ketika Jurnalis seorang diri
Menjemput makanan untuk konsumsi
Tentara Pusat telah menanti
Dia ditembak berkali kali
Jurnalis terkejut tak bisa menghindar
Lalu berlari menyusup belukar
Sambil mengucap kalimat istigfar
Astagfirullah, Allohu akbar
Walau kepala sedikit pusing
Jurnalis berlari ke arah tebing
Ke tepi bukit agak miring
Kemudian melompat berguling-guling
Musuh melacak ke dalam hutan
Mengikuti tetes darah berceceran
Tapi takdir pertolongan Tuhan
Darah dibersihkan oleh hujan
Ketika dicari tentara pusat
Jurnalis sembunyi, tidak terlihat
Hutan rimba sangat lebat
Telah terbukti sangat bermanfaat
Tanda bukti orang beriman
Tidak menduakan kehendak Tuhan
Walaupun berat memikul beban
Anggaplah itu datang Cobaan
Sebelum ajal, berpantang mati
Jurnalis selamat sampai kini
Hidup di kampung sebagai petani
Menjadi sumber kisah PRRI
Basa bernama Engku Jurnalis
Mantan Kokam, anti Komunis
Dunsanak senagari Irlan Idris
Orang Kinari kawan penulis
Waktu negara dalam bahaya
Soekarno berbuat semena mena
Jurnalis berusia masih remaja
Dia berniat masuk tentara
Pergi mendaftar anggota DBI
Pasukan khusus bagian Infantri
Mampu menembak sambil berlari
Latihannya berat petang dan pagi
Sebagai wakil komandan Regu
Jurnalis ingat tanpa ragu
Nomor Register tercatat di buku
0181
Komandan regu bernama Edi Kapoyos
Orang Minahasa bersifat polos
Di Ladang Padi
mendirikan Pos
Guna menghambat musuh menerobos
Penjagaan di Ladang belum siap
Menghadapi musuh bersenjata lengkap
Pertahanan jatuh dalam sekejap
Kapoyos terkepung lalu ditangkap
Waktu ditangkap di Ladang Padi
Kopoyos diikat sambil diinterogasi
Menjadi sumber banyak informasi
Tentang anggota pasukan DBI
Karena komandan telah hilang
Jurnalis mundur ke arah Talang
Untuk terus ikut berperang
Melawan Pusat ikhlas berjuang
(Am St Dt Soda)
23 April 1958
Ketika Pulang dari mengadakan Inspeksi dari Solok setelah kota ini dikuasai, Rombongan Ahmad Yani terjebak.
Heri telah jam 15.00 berarti sebentar lagi ,matahari akan terbenam diarah barat.
Rumah gadang di Kota solok
Sebagaimana situasi saat ini masih panas bari sepuluh hari setelah pendaratan , sehingga emosi tak terkendali dapat terjadi melampaui perkiraan sebelum nya.
Walaupun demikan Ahmad yani seperti biasanya tetap tenang menghadapinya. Dengan ketenangan yang dimilikinya Ahmad yani turun dari kendaraan , segera member perintah untuk menyelidiki dari mana asal tembakan.
Dalam waktu singkat keadaan dapat dikuasai kembali seperti biasa, Para Penghadang mengundurkan diri sementara Rombongan Ahmad yani menderita kesusakan satu Jeep, dan Perjalanan akhirnya dapat dilanjutkan dan sampai di padang dengan selamat.
Seminggu setelah pendaratan di Padang, sebagai langkah pertama dikeluarkan Surat Keputusan yang menyangkut penyelesaian Secara Administratif anggota Militer maupun Sipil bekas anggota KDMST (Komando daerah Militer Sumatera Tengah) . Inti dari pada Suart Keputusan itu menyebutkan bahwa Anggota Militer dan Sipil yang mengabungkan diri kepada Komando Operasi 17 Agustus sebelum bertempur terlebih dahulu diaktifkan kembali , sedangkan soal Gaji disesuaikan dengan Ketentuan Yang ditetapkan.
Ahmad yani tidak memusuhi Rakyat Sumatera Tengah, tugasnya adalah mengakhiri PRRI didaerah ini untuk menyelamatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah di proklamirkan pada tanggal 17 agustus 1945
(Ahmad Yani)
Menyusul kota diduduki APRI
Tiada perintah, tanpa koordinasi
Ke kampung kampung rakyat mengungsi
Berbondong bondong berjalan kaki
Ke Sitalang pergi mengungsi
Didalam kecamatan Ampek Nagari
Disitu bermukim sanak famili
Mereka bekerja sebagai petani
Nagari Sitalang Barajo Sorang
Di kaki gunung beriklim sedang
Penduduk ramah sangat periang
Kepada dunsanak sangat sayang
Semua orang taat beribadah
Untuk kebaikan mau mengalah
Perbuatan mudarat langsung dicegah
Ketika berusaha pantang menyerah
(Nagari web blog)
Foto DEPPEN
Pertempuran Di Lubuk Alung 23 April 1958
(Nugroho Notosutanto)
24 April 1958
Foto DEPPEN
Lubuk Alung dikuasai APRI 24 April 1958
Puncak kiambang setelah sicincin.nostalgia minum es kelapa dengan almarhum ayah tercinta bersama kakak Dr Edhie yang meneteskan air mata bila melihat tempat ini.
(Dr Iwan)
25 April 1958
Sampai akhir April 1958 sudah banyak kota-kota besar didaerah Sumatera barat dikuasai APRI, seperti yang terletak diselatan Kota Padang kecuali
Teluk Bayur.
Maka yang terjauh adalah
Muaralabuh,
Daerah ini terkenal sebagai daerah surplus beras
dan juga merupakan daerah penghubung ke Sumatera Selatan
(Jambi Kerinci
terus ke
sarolangun jambi
Sarolangun regency tempo dulu -Dr iwan).
Disebelah timur dikuasai pula kota Solok dan Ombilin singkarak .
Lembah anai
Sedang disebelah Utara Padang gerakan sudah sampai ke Lembah Anai yang kira-kira 9 km dari Padang Panjang.
Foto DEPPEN
Batalio 510/Brawijaya menuju Pariaman 25 April 1958
(Nugroho Notosutanto)
Kota Pariaman yang terletak disebelah barat daya Padang dikuasai 25 april 1958
Dalam kurun waktu yang trelatif singkat tugas yang dipikul Ahmad yani telah berhasil dengan baik.dalam melakukan inspeksi ke front terdepan
Ahmad yani sering kurang memperhatikan hal-hal yang perlu diperhatikan seperti berangkat dengan pengawalan besar, mungkin maksudnya untuk menghindari perhatian sehingga orang tidak mengira kalau rombongan itu adalah rombongan Komandan Operasi. Lagipula dengan rombonga yang kecil bergeraknyapun lebih cepat.
Kebiasaan ini sering mengejutkan pasukan yang diinspeksinya serba mendadak, kalu tadi masih ada ditempat lain, tiba-tiba sekarang muncukl disini, tak lama kemudian sudah berada lagi dimarkas.
Suatu waktu Ahmad yani bertemu dengan seorang mengaku Wartawan Asing, dengan mengaku wartawan didaerah operasi militer sedang berlangsung tentu dia akan selamat. Lepas dari bahaya demikian menurut si wartawan.
Ahamd yani yang telah mengetahui informasi yang diterimanya,bersikap seakan-akan percaya dan membenarkan pengakuan si orang asing ini.
Bila ia membekuk orang asing itu yang sebenarnya dibayar sebagai instruktur ,jadi bukan Wartawan tentu dapt saja.tetapi disinilah letak keaneh Ahamd Yani.
Ia tidak berbuat demikian, orang asing itu dilepaskan dan dibiarkan meneruskan perjalanannya ke Bukittinggi yang sewaktu ini masih dikuasai PRRI dan kepada wartawan tersebut Ahamd yani menitip pesan tolong sampaikan salam say kepada rekan-rekan disana , mereka semua adalah saudara-saudara kami dan teman baik kami.
Kota-kota yang telah dikuasai disebelah utara Padang berturut-turut
Lubuk Alung,
Sicincin,
Kayu Tanam
Dan
Kandang Empat pada tanggal 25 April 1958.
Dilihat dari peta sebenarnya jarak kandang Empat dengan Padang panjang lebih kurang 11 km lebih dekat dari Ombilin Singkarak , tetapi berdasarkan pengalaman perang kemerdekaan dulu
jalan Kandang empat ke padang Panjang sangat berbahaya karena
jalannya diapit oleh hutan pehunungan dan berdampingan dengan lembah(lembah Anai-Dr Iwan) yang merupakan tempat ideal untuk penghadangan ,karena itu gerakan menuju utara berhenti di kandang empat ,sementara yang dilanjutkan yang dari arah
solok-ombilin singkarak menuju padang Panjang.
Tidak semua rakyat didaerah Sumatera Barat berada di pihak PRRI , sperti Ketika Kota Pariaman dikuasai pasukan batalyon 140 pimpinan Mayor Nurmatias dan tokoh lainya seperti Komisaris Beasr Kaharuddin Datuk Rangkajo Besar langsung memberikan bantuan, kesediaan mereka member bantuan itu diterima dengan tangan terbuka oleh Ahmad Yani, bahkan sebagai tindak lanjut merekapun diberikan kepercayaan tugas-tugas yang bertujuan mempercepat penyelesaian keadaan .
(Ahmad yani)
Foto DEPPEN
Let.Kol. Sobirin Mochtar dan rombongan meninjau jemabatan yang rusak di Pauh Kambar,25 April 1958
Jembatan Pauh kambar saat ini
Seminggu setelah APRI mendarat, saya bertemu dengan patroli tentara APRI dua orang dengan mengendarai Jeep willys sedang melihat peta
di jalan Belakang Tangsi samping Gereja Teresia Padang , saat di tanya mau mencari apa, Tentara APRI marah katanya,anak-anak pergi pulang kerumah, saat itu saya berusia 13 tahun.
(Dr Iwan)
Foto DEPPEN
APRI Memasuki kota Solok 25 April 1958
(Nugroho Notosutanto)
25 April 1958
Kemudian tentara Pusat mulai menyerbu daerah-daerah pedalaman. Akhirnya sampailah di daerah kami di Sawahlunto. Semua kantor di kota Sawahlunto diduduki oleh tentara Pusat dan para pegawainya mulai mengungsi. Begitu pula orang-orang dari kantor kabupaten yang mengungsi, mereka berdatangan ke kampung saya, tepatnya ke rumah saya.Mereka makan dulu setelah itu, lalu berangkat lagi entah kemana.
Ibu dengan ibu-ibu seksi G sibuk memasak dan mendirikan Dapur Umum, untuk memberi makan.
Para pengungsi yang datang dari kota atau dari daerah lainnya, ada yang membawa berbagai macam peralatan kantor.Bahkan Bupati sekeluarga juga mengungsi kerumah saya, dan mereka menginap di rumah saya.
Hanya sekitar seminggu.Bupati tidak sanggup pindah atau mengungsi ke tempat lain, karena beliau ini sudah tua, dan juga bukan orang asli dari desa saya, keluarga mereka berasal dari Bukittinggi.Istrinya minta maaf dan mohon izin untuk kembali ke Sawahlunto.Setelah berunding, akhirnya mereka kembali ke Sawahlunto dengan membawa bekal yang cukup, terutama beras.
Dalam situsi yang tidak menentu ini, kami sudah tidak bersekolah lagi, sekolah pun semuanya sudah ditutup.Saya juga tidak kembali sekolah ke SMA Batusangkar.Situasi yang tidak jelas.
Orang-orang banyak yang datang-pergi; Bapak saya sudah pergi mobile dengan urusan pemerintahannya.apak waktu itu diangkat menjadi camat militer PRRI.Waktu itu rahasia daerahnya ada di tangan Bapak, jadilah Bapak orang yang paling di cari-cari di desa saya oleh tentara Pusat.
Banyak rahasia ada pada beliau, akan tetapi kami tidak mengetahuinya karena beliau tidak pernah menceritakan kepada kami anak-anaknya.Itu semua merupakan hal-hal yang bersifat dinas dan rahasia.
Semenjak Bapak pergi mobile dengan pemerintahannya, kami tidak tahu lagi di mana beliau berada.Konon beliau selalu berpindah-pindah bersama stafnya dari satu desa ke desa lainnya.
Beliau jarang sekali pulang kerumah.Kadang kadang Bapak pulang pada malam hari.
Pada saat Bapak pulang, kami sangat senang berjumpa dengan beliau dan mendengar cerita serta perkembangan perjuangan PRRI.
Pada awalnya kami senang sekali, karena perjuangan PRRI selalu mengalami kemajuan.
Prof. DR. Ir. Zoer’ni Djamal Irwan, MS
26 April 1958
Saya melihat Tukang rokok didepan rumah,dekat bekas kantor Dewan Banteng yang sudah dijadikan Markas POM TNI, dimarahi dan dihukum push up dan menghormat Bendera Merah Putih karena bendera dan tiangnya jatuh dihembus angin,juga malamnya ayah penulis dibawa Ke KODIM Padang untuk menerima teguran dan menanda tangani pernyataa agar tidak lupa menurunkan bendera Merah Putih mmalam hari yang ditaruh di tingkat dua dekat jendela Toko Percetakan dan Alat Tulis miliknya.(Dr iwan)
Selain itu suatu pagi saya melihat beberapa panser berangkat dari ex kantor Dewan Banteng didepan rumah saya, saya dengan menuju Ladang Padi Indurung untuk menyerang ke
Sukaramai Talang solok, tetapi sore harinya seluruh panser itu dalam keadaan rusak di tarik dengan truk kembali ke Markas, rupanya mereka tak berhasil.
Menurut informasi Komanda Depo pendidikan Sukaramai saat saya bertugas di Solok dan mengajar di pendidikan tersebut Pasukan Brimob berhasil membebaskan Sukaramai, dan mulai saat itu dimanfaatkan sebagai Depo Pendidikan brimob POLDA SUMBAR
Komandan Depo Pendidikan brimob tersebut tahun 1978 tidak mau menyerahkan kompleks Sukaramai kembali kepada Kebun Raya Bogor, karena mereka merasa berjasa merebut area tersebut, dan setelah berunding mereka dianugerahkan kenaikan Pangkat da jabatan baru mereka meninggalkan area tersebut dan pihak PORES SOLOK diberikan tanah pengantian diwilayah Solok lainnya.
27 April 1958
Pada Tanggal 27 April jam 05.00 pagi Kota Tarutung dapat diduki tanpa perlawan yang berarti dari pasukan PRRI ,setelah itu Kota Tarutung diduuki oleh pasukan penganti dari Bataluion 330 Kujang II Siliwangi.
Sesudah pihak PRRI mengetahui bahwa kekuatan yang dihapai mereka cukup banyak dan berpengalaman dan sanggup bergerak di Medan yang berat,
maka mereka merubah siasat,tidak lagi bertempur secara langsung,hanya sekali-kali melakukan serangan balasan dan merusak jembatan untuk menghambat gerakan,setelah seluruh kota besar telah dapat diduki oleh TNI,maka pasukan PRRI melakukan perang Grilya.
(Djamin Ginting)
Akhir April 1958
Dalam waktu singkat sudah banyak kota besar yang dikuasai, setelah tabing dan padang ,dan menyusul
Teluk Bayur. Setelah itu
Indarung,
Lubuk Selasih
dan solok sedangkan
ombilin Singkarak pada akhir April 1958.
Pantun kisah PRRI di Nagari kinari ,dan Parambahan Solok
Batalyon Lembang, tentara PRRI
Anggotanya banyak lima Kompi
Menjaga kampung setiap nagari
Termasuk Parambahan serta Kinari
Buya Okok atau Kapten Nurdin Usman
Memilih markas di sekitar Parambahan
Di sana tersedia bahan makanan
Untuk logistik konsumsi pasukan
Nagari Parambahan di Kabupaten Solok
Jalannya kecil berbelok-belok
Pemandangan alam sangat elok
Di sana markas Buya Okok
Bergotong-royong membuat Hambatan, pohon-pohon ditebang
Di Parambahan terjadi pertempuran hebat
Antara Pejuang dengan tentara Pusat
Orang tua tua pasti ingat
Peristiwa berlangsung hari Jum’at
Pasukan Badai pimpinan Bachtiar
Anggotanya banyak Tentara Pelajar
Punya tanggung jawab sangat besar
Diberi tugas tiada menghindar
Hari Jum’at ada penyergapan
Di tepi jalan menuju Parambahan
Tentara Soekarno jadi ketakutan
Mereka mundur meninggalkan korban
Pertempuran di Parambahan berlangsung sengit
Menimbulkan korban tidak sedikit
Pasukan Badai di lereng bukit
Musuh berlindung di parit – parit
Setelah Solok dikuasai APRI
Pusat bersiap untuk operasi
Pos dibuat di pasar Sumani
PRRI berjaga di jorong Lasi
Untuk menuju rimba raya
Dari Sulik Aie melewati Saniangbaka
Simpang Tiga harus dijaga
Agar pejuang tidak leluasa
Rimba raya terus ke Padang
Jalan pintas di kala perang
Kini telah dilupakan orang
Karena tidak dilalui pedagang
Pertempuran pertama yang terjadi
Masih diingat sampai kini
Antara Pusat dengan PRRI
Serdadu muncul dari Sumani
Nagari web blog
Kisah dan Gurindam masa PRRI lengkap baca dalam lampiran
Teman-teman di fakultas kedokteran tahun 1963-1972 ada beberapa eks Tentara Pelajar PRRI ,dan ada yang berasal dari solok, dan ada juag anak kapolres Pariaman masa PRRI, mereka seluruhnay akhirnay jadi dokter dan bertugas di suamtera barat. Duluntya sebelum PRRI diproklamirkan telah dimualai mendirikan Fakultas kedoteran di Baso dekat Payakumbuh, sisas-sias bangunannya masih ada sedikit, dan baru setelah PRRI Fakultas kedokteran Universitas Andalas di Pindahkan ke Padang di Air Tawar, dan sekarang sudah dipindahkan Ke jalan Jati Kota Padang/Salam buat mereka Uda Baidar, Cheir, dan Anja NazarAnja pernah bertugas di sulit air, dan pasien saya saat bertugas di solok tahun 1974 sampai 1979 banyak dari Saninbakar yang lokasinya diseberang danau singkarak.
(Dr Iwan)
Sebelum itu sudah dikuasai
Alahan Panjang dan
Muara Labuh.
Menguasai kota ini mempunyai dua arti sekaligus. Pertama memutuskan hubungan ke selatan karena jalan keluar masuknya dikuasai, dan Kedua dengan menguasai daerah beras ini akan berpengaruh besar kepada daya tahan lawan.
(Ahmad yani)
Saya pernah mengunjungi kota Alahan Panjang yang sejuk dan Muara Panas saat bertugas di Solok tahun 1974-1979, saya masih ingat ada mariam kecil didepan kantor distrik polisi Muara Panas.
setelah menyusun dan membaca informasi PRRI yang lengkap ,saya menjadi ingat dan terkeanng kota Solok dimana putra saya kedua Anton Jimmi Suwandy dilahirkan oleh saya sendiri dirumah jalan benteng Solok disamping Polres Solok ,dan saya sempat mendirikan tempat perawatan sementara di sana,
Saat kunjungan tahun 2011 sempat mampir dan masih ada rumah dan Tempat perawan Sementara itu itu,dan ketemu perawat saya dulu Enny yang berasal dari Muara Panas dulu masih bertugas disana , Bidan Ros isterinya Uc ok yang membantu saya sudah meninggal begitu juga dengan anggota saya rifai,Herminus dari Kinari,Alex ternyata juga sudah mendahului kita.
Semoga karya koleksi sejarah PRRI ini dapat mengugah seluruh masyarakat minangkabau dan generasi mendatang betapa susahnya pada saat itu, dan bagaimana akibatnya bila terjadi perpecahan dan perang, bila sengketa berdamailah dengan perundingan perang tak ada gunanya hanya membuat sengsara.
(Dr iwan)
Sebagai naluri seorang ibu, setiap Bapak pulang, ibu selalu mengingatkan, karena bupati sekeluarga telah kembali ke kota Sawahlunto yang dikuasai APRI.
Sebaiknya Bapak pulang saja kerumah, dan kembali bekerja seperti biasa sebelum ada PRRI.
Usul ibu itu sangat manusiawi, karena mendengar cerita Bapak yang selalu mobil.
Tempat tinggal beliau tidak jelas, dan juga mengingat Bapak sudah tua dan tidak mempunyai anak laki-laki yang bisa membantu dan mengikuti Bapak.
ibu saya risau sekali, kalau terjadi apa-apa pada Bapak, siapa yang akan membantu.
Pertimbangan ibu juga mengingat anak-anak relative masih kecil-kecil, perempuan semua, belum ada yang mandiri.Akan tetapi Bapak menolak dan sangat yakin dengan perjuangan PRRI, malah beliau menjawab bila terjadi apa-apa jangan risau.Allah akan selalu melindungi, kata Bapak.
Selanjutnya kata beliau lagi, bila terjadi apa-apa, kan ada semut yang akan memakan.
Kami, anak-anakpun mendukung sikap Bapak, mengingat kami berada di kampung sendiri.
Bagaimana malunya kita kalau Bapak menyerah, apalagi Bapak seorang kepala suku Caniago, orang yang dipanuti di kampung.Bapak pulang ke rumah dengan sangat hati-hati, agar tidak terlihat oleh orang-orang yang tidak dipercaya atau mata-mata tentara Pusat.Mata mata ini biasa disebut sebagai tukang tunjuk.Tukang tunjuk inilah yang melaporkan kepulangan Bapak ke rumah.
Besoknya pasti kami diteror dan ada saja tentara Pusat yang datang ke rumah menanyakan Bapak dan pada malam hari mereka menembak di sekitar rumah.
Walaupun tembakannya diarahkan ke udara, kami tentu saja sangat takut, karena mereka menembaknya mungkin di depan rumah kami.Bunyinya sangat keras, rasanya rumah kami turut bergetar.Setiap malam diteror dengan tembakan senapan
Situasi di kampung yang semula terasa meriah dan menggembirakan setelah terbentuknya PRRI tidak berlangsung lama.Tak lama kemudian terjadi penyerbuan oleh tentara pusat, dan ada pula kabar bahwa dua batalyon tentara menyambut kedatangan tentara pusat.Perasaan optimis kemudian terganggu, situasi semakin tidak jelas, penuh kekuatiran dan kecurigaan.Orang-orang sudah merasa tidak aman lagi jalan sendirian, bisa saja ditangkap karena dicurigai.Kita tidak tahu lagi siapa lawan dan siapa kawan ketika itu.
Ada saja orang kampung yang ditangkap, kemudian diinterogasi, dan dibebaskan kembali setelah beberapa hari kemudian.Kadang-kadang dengan tiba-tiba bisa saja beberapa orang tentara Pusat datang ke kampung.Bahkan ada juga yang datang sendirian jalan kaki… berani sekali dia.
Hampir setiap malam ada teror di lingkungan rumah saya.Kalau pagi dan siang mereka datang ke rumah menanyakan Bapak sambil menggeledah rumah dan lemari.Aneh juga mencari Bapak, kok lemari yang diperiksa.
Malam hari mereka menembakan senjatanya terus-terusan sehingga kami ketakutan sekali.
Ibu saya sangat tidak tahan dengan teror-teror terutama di malam hari.Mereka melakukan penembakan ke udara, tapi sangat mencekam, karena bunyi tembakan itu sangat keras.Kondisi yang demikian itu ternyata diketahui oleh Bapak, karena saya tahu dari kurirnya.
Prof. DR. Ir. Zoer’ni Djamal Irwan, MS
30 April 1958
Foto DEPPEN
Satuan Bn 510 dan Bn 438 berada 3 km diluar kota solok menuju danau SIngkarak 30 April 1958
(Nugroho Notosutanto)
Foto DEPPEN
Sebuah Mariam APRI Ditepi danau singkarak 30 April 1958
(Nugroho Notosutanto)
Foto DEPPEN
APRI bergerak menuju Ombilin tempat pertahanan PRRI
(Nugroho Notosutanto)
Foto DEPPEN
Jeep komando kavaleri meliwati lubang kecil yang dirusak oleh PRRI ditepi danau Sngkarak 30 April 1958
(Nugroho Notosutanto)
President Eisenhower:
Dwight D. Eisenhower had emphatically denied charges that the United States was supporting the rebellion against President Sukarno.
“Our policy,” he said at a press conference on April 30, “is one of careful neutrality and proper deportment all the way through so as not to be taking sides where it is none of our business.”
Komando Operasi Gabungan “TEGAS” ini hanya berjalan selama kurang lebih 3 (tiga) bulan, kemudian dengan dibentuknya Komando Operasi Gabungan “17 Agustus” di bawah pimpinan Kolonel Ahmad Yani, Komando Operasi Gabungan “TEGAS” dimasukkan dalam susunan Komando Operasi Gabungan “17 Agustus” dan berganti nama menjadi Resimen Pertempuran I “TEGAS” (RTP- TEGAS), yang taktis, operatif dan administrasinya langsung di bawah Komando Operasi Gabungan “17 Agustus” (KOOPAG).
(korem031)
1 Mei 1958
Di Hutan-hutan Tapanuli kini tersebar beberapa anak buak Naingolan yang pecah-pecah dri indik pasukannya dan neraka inilah yang sering-sering mengadakan serangan terhadap pasukan pemerintah dengan maksud bukan untuk mencari menang tetapi untuk membalas dendam saja
Foto Mayor A.Manaf Lubis Komandan Res.II
Banyak pula diantara anak buah Naingolan yang menyerahkan dirinya kepada pasukan Pemerintah karena sadar bahwa tindakan yang mereka lakukan itu telah melanggar Sumpah Prajurit dan Sapta Marga.Apakah Nainggolan telah mengabungkan diri ke Sumatera Tengah masih belum diketahui.
Foto senjata-senjata yang dapat disita ketika terjadi pertempuran dekat Pematang Siantar anata lain terdapat bazooka,mitralyiur dan lain.lain
Pasukan Pemereintah kini terus mengadakan serangan-serangan dan pengejaran ,tetapi beberapa kota di Tapanuli sampai saat ini masih tetap dikuasaai Pemberontak seperti Padang Sidempuan, Balige dan banyak lagi.
Sewaktu reportase ini dibuat memang kota-kota itu belum jatuh, tetapi Pasukan Pemerintah menjepit terus kearah itu,anatara lain berita tentang berhasilnya Ibukota PRRI Padang jatuh ketangan Pemerintah setelah diserah dari Uadara dan Laut.
Foto pasukan Resimen II sedang istirahat dengan membaca Koran ketika mengadakan pengejaran terhadap sisa-sisa Pasukan Pemberontak di Aek nauli dekat Prapat.
Aek nauli dekat Prapat.
Foto pasukan Resimen III yang mengadakan Operasi terhadap anak buah Naingollan didaerah Prapat
Foto beberapa anak Buah Naingollan yang dapat ditawan
Lalu Panglima sendiri dan Deputi KSAD Brigardir Jendra Djatikusumo terus menerus sibuk karena terus menerima dan mempertimbangkan apa yang harus diperbuat dan senantiasa melapor pula kepada KSAD di Jakarta.
Jendral Djatikusumo telah beberapa kali ke Jakakarta untuk bertemu dengan KSAD Nasution .
Sampai saat ini kota Medan kleihatannya tenang dan peristiwa apa yang akan terjadi lagi masih kita nantikan saja.
(Terang Bulan 1958)
2 Mei 1958
Pada tanggal 2 Mei 1958,Pasukan dari arah
Sungai Ombilin Singkarak untuk dapat menguasai
kota Padang Panjang
(Ahmad Yani)
Meliwati jembatan sungai ombilin
Foto DEPPEN
Ombilin dikuasai APRI 30 April 1958
Kelihatan statiun kereta api ombilin singakarak
Foto DEPPEN
Dua Orang naggota BN 510 memberikan tembakan perlindungan bagi pasukan APRI yang memasuki kota Padangpanjang 2 mei 1958
(Nugroho Notosutanto)
Foto DEPPEN
Dua Orang naggota BN 510 memberikan tembakan perlindungan bagi pasukan APRI yang memasuki kota Padangpanjang 2 mei 1958
(Nugroho Notosutanto)
Foto DEPPEN
Pasukan APRI Buktitinggi 2 mei 1958
(Nugroho Notosutanto)
4 Mei 1958
Foto DEPPEN
Penjagaan disekitar sungai buluh sebelum menduduk Buktitinggi 4 mei 1958
(Nugroho Notosutanto)
Foto DEPPEN
APRI Menduduki Buktitinggi 4 mei 1958
(Nugroho Notosutanto)
Foto DEPPEN
RRI Buktitinggi dikuasai APRI 4 mei 1958
(Nugroho Notosutanto)
Foto DEPPEN
APRI patrol di Ngarai Sianok Buktitinggi 4 mei 1958
(Nugroho Notosutanto)
Foto DEPPEN
Sebagain pasukan Bn 510 ditempatkan dijalan menuju payakumbuh dari Bukittinggi,4 mei 1958
(Nugroho Notosutanto)
5 Mei 1958
Surat RHS dari KDP 5 kepada Kepala kantor Pos Padang perihal Surat kabar Pelopor, dan Pembangunan kirim dengan pos jika diminta oleh tentara serahkan seperlunya.
(Buku agenda surat RHS Kantor pos Padang)
Foto DEPPEN AL
Pasukan KKO AL sedang menyeberangi sungai Air Gadang di Pasaman (Nugroho Notosutanto)
9 mei 1958
INDONESIA 1957-1958
|
NY Times editorial:On 9 May, an editorial in the New York Times had stated:
It is unfortunate that high officials of the Indonesian Government have given further circulation to the false report that the United States Government was sanctioning aid to Indonesia’s rebels.
The position of the United States Government has been made plain, again and again. Our Secretary of State was emphatic in his declaration that this country would not deviate from a correct neutrality … the United States is not ready … to step in to help overthrow a constituted government.
Those are the hard facts. Jakarta does not help its case, here, by ignoring them.
(Who ignored the hard facts? -Ed.)
Pope was captured carrying a set of incriminating documents, including those which established him as a pilot for the US Air Force and the CIA airline CAT.
|
|
Note: The US and US media had denied any involvement in the PRRI Permesta rebellions.
The above picture (and subsequent developments) reflect the untrustworthiness of their statements and misrepresentation of actual facts. -Ed. |
12 Mei 1958
Cover Majalah starweekly no 50 12 mei 1958.sayang isinya tidak ada,bila ada tentu ada berita tentang PRRI
15 Mei 1958
Operasi 17 Agustus dengan sasaran Sumatera Barat dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani berhasil menguasai
Kota Padang Panjang 15 Mei 1958.Setelah Dikuasai Padang Panjang,Pasukan dari Kandangempat bergerak menuju Padang Panjang
.(meliwati lembah anai)
Dengan pertimbangan menunggu kemajuan pasukan dari Operasi Sapta Marga ,psukan Komando Operasi 17 Agustus yang sudah berada di Padang Panjang tidak langsung bergerak Ke Bukittinggi
(Ahmad Yani)
Menurut cerita
isteri saya Lily dan kakaknya Maria yang bermukim di Kota Padang Panjang saat pergolakan PRRI , setelah kota ini dikuasai APRI, kota padang Panjang sering di tembak PRRI dari gunung Sigalang pada malam hari, kadang-kadang sore hari.
Suatu waktu sore hari
sebuah bom mortir jatuh diatap
rumahnya tembus atap seng dan plafond
jatuh kedalam lemari untung tidak meledak sehingga ia ,neneknya dan keluarga selamat.
(Dr Iwan)
Untuk menumpas pemberontakan PRRI/Permesta dilaksanakan operasi milietr dan dibantu Dokter Wajib Militer yang ditugaskan ke Daerah PRRI di Sumatera Barat, yang saya kenal anatara lain Dr Liem Tjoen Hway yang menjadi partner saya main tennis. Ia pernah bercerita kepada saya bahwa sebenarnya ia di-tugaskan ke Bukittinggi tetapi dibatalkan karena saat ia berangkat ke Bukittinggi dengan kendaraan konvoi tentara APRI
di lembah anai kendaraannya di tembak oleh PRRI dari gunung ,dia selamat karena duduk ditengah, teman disampingnya dan pengemudi Meningal dunia.
ia selanjutnya bertugas di RSUP Padang dan kemudian pindah ke Jawa Timur,Surabaya.
Saya juga memperoleh informasi dari seorang bekas pengemudi Truk Polisi saat saya bertugas sebagai dokter POLRI di Polda Sumbar tahun 1973 mengangkut korban yang meninggal saat ditembak PRRI dilembah anai,hal ini membuat ia trauma dan tidak mau naik mobil lagi,tetapi tragis ia malah meninggal ditabrak mobil saat naik sepeda.
Selain itu juga salah seorang dokter ex wamil saat penumpasan PRRI adalah Dr Oei Hok Kim ,yang bertugas di
RS Tentara Padang, kemudian tahun 1966 menjadi dosen kepala bagian Patologi Anatami di
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang dengan nama Prof Wijaya Hakim.
Isteri saya juga kenal dengan seorang dokter wajib militer saat penumpasan PRRI yaitu Dr Tan Tjong Swan yang bertugas
di Rumah Sakit Umum Padang Panjang, yang kemudian pindah ke Kediri. (Dr Iwan)
16 Mei 1958
Baru pada hari berikutnya tanggal 16 Mei 1958 pasukan Operasi 17 agustus bergerak menuju Bukittinggi
(Ahmad Yani)
Pasukan ini menyusur jalan liwat jalan antara
Gunung marapi dan
Gunung Singalang ,
liwat Koto Baru dan akhirnya sampai ke Bukittinggi
(Dr Iwan)
18 Mei 1958
Majallah ini dilarang beredar di Sumatera barat
Surat RHS Kepala daerah Pos Sumatera Tengah kepada Kepala Kantor Padang perihal Kecuali majallah Time dan ,Newsweek,dan New York time ,semua buku yang dikirim toko buku Indera boleh diserahkan.
(buku agenda surat rhs kdpos padang)
US pilot Alan Pope is shot down over Ambon while secretly helping PRRI rebels
Pope was captured carrying a set of incriminating documents, including those which established him as a pilot for the US Air Force and the CIA airline CAT.
22 Mei 1958
Melihat keadaan kota yang sepi dan lengang di Bukittinggi memberi kesan kota itu dikosongkan karena dicekam rasa takut yang ditiupkan kepada penduduk. Kepada penduduk disebarkan serita tentang kekejaman TNI sehingga tidak ada pilihan bagi penduduk kecuali menghindar agar selamat .
Menyadari keadaan ini
Ahmad yani segera memberikan penjelasan melalui perinth hariannya . Dalam Perintah harian itu dijelaskan bahwa TNI dating hanya untuk mengakhiri para petualang.
Penjelasan ini melegakan rakyat , satu persatu pintu pertokoan mulai terbuka.
Rakyat sedikit demi sedikit berani keluar rumah.
Cerita yang mengerikan sebelumnya tidak terbukti dalam kenyataan
(Ahmad yani)
Kampung Matur Dibumi Hangus
Saya ingat ketika itu kami bermukim di Pekanbaru, ayah kami saat itu bertugas sebagai Kepala Polisi Pekanbaru.Karena, situasi yang tidak kondusif untuk urang awak saat itu, ayah kami sempat diperiksa di Bukittinggi,
sedangkan kami mengungsi ke Matur.
Saat itu saya baru duduk dikelas 1 SR. Saya sempat melihat betapa kejamnya tentara Soekarno yang membakar kampung kami,
karena di Padang Kasaik yaitu daerah hutam beberapa kilo memasuki Matur Komandan Batalyonnya tertembak, yang akibatnya mereka membumi hangusin kampung Matur kami.
Masih tergiang pada saya, ketika itu tentara Soekarno menembak membabi buta dan menghujanikampung dengan mortir dari pesawat terbang. Sebagian besar dari kami tinggal di bawah tanah (tempat perlindungan)untuk menyelamatkan diri. Kesan yang tidak terlupakan dikala masih kecil
Setelah itu, ayah kami dipindahkan ke Tanjungpinang, dan kami kembali tinggal di Pekanbaru sebelum diboyong ke Tanjungpinang.
(Dr Ir Herman Moechtar)
24 Mei 1958
Gelombang pengabungan pasukan PRRI dari hari ke hari semakin banyak, 5000 orang dari Anggota batalyon 141 menyatakan dirinya kembali kepangkuan Ibu Pertiwi , jumlah ini adalah yang terbesar langsung ditangani
Ahmad Yani dilapangan.
Penerimaaan ke 500 orang ini dilakukan di
Padang Panjang yang merupakan kota terdekat dari tempat mereka berada dengan suatu upacara militer pada tanggal 24 Mei 1958.Mereka diterima dengan upacara Keprajuritan dengan senjata lengkap.
25 Mei 1958
Pada tanggal 25 Mei 1958 Pasukan Operasi Sapta Marga yang dipimpin oleh Deputi KASAD Brigjen TNI Djatikusumo memasuki kota Bukittinggi , dan dalam pertemuan yang diadakan di kota ini, Deputi KASAD menyerahkan sebuah piala yang merupakan lambing simbolik kepada Ahmad Yani selaku Komadan Operasi 17 Agustus .
Pergi mengungsi ke nagari lain
Dalam situasi sedemikian, ibu berkirim pesan kepada Bapak melalui kurir.
Atas isyarat dari Bapak, ibu mengambil keputusan, bahwa kami tak mampu menghadapi terror semacam itu.Oleh sebab itu,
maka kami mengungsi ke Padang Gantiang sesuai isyarat dari Bapak.
Suatu hari ibu dan kakak saya mencari pedati dan mengumpulkan barang-barang yang penting-penting saja untuk dibawa.Agar tidak ketahuan oleh orang orang lainnya, kami diam-diam perginya.Kalau masyarakat tahu, pastilah semua pada ikut mengungsi.Ibu saya berpendapat kampung jangan ditinggal.Pagi-pagi sekali, sekitar pukul tiga pagi, pedati yang membawa barang barang bawaan kami berangkat duluan.Kami buat tiga rombongan, seolah-olah ada urusan ke sawah, ke ladang, ke pasar atau ke mana saja.Memang setiap ada yang melihat kami, orang orang selalu bertanya, mau kemana kalian?
Tapi kami sudah diberi tahu Bapak, kalau ada yang bertanya jangan dijawab pergi mengungsi.
Jawab saja pergi ke manalah.
Ketika itu rombongan kami terdiri 6 (enam) orang yaitu, ibu dan saya kakak beradik, semuanya perempuan, relative masih kecil-kecil.Sebenarnya saya bersaudara 7 (tujuh) orang, hanya yang paling tua laki-laki, ketika itu sudah menjadi tentara Angkatan laut.
Dia ketika itu sedang bertugas di Belawan, Medan.Tinggal di kampung enam orang lagi, semuanya perempuan dan seorang adik saya yang masih SR (Sekolah Rakyat) dibawa abang saya.
Tinggalah kami lima orang adik-beradik perempuan semua, dan dengan ibu menjadi berenam.
Akhirnya sampailah kami di nagari Padang Gantiang, yang ternyata masyarakatnya senang sekali menerima kami, dan kami ditempatkan di sebuah rumah gadang.Selama di pengungsian kami selalu menjaga agar jangan ketahuan oleh orang lain bahwa kami adalah anak Camat militer Talawi.Di pengungsian kami merasa lebih aman karena nagari Padang Gantiang tidak termasuk Kabupaten Sawahlunto-Sijunjung.
Orang-orang kampung juga membantu kami.Bila ada situasi yang mencurigakan, mereka segera memberi tahu kami.Hampir setiap hari kami naik ke bukit, yang sebenarnya untuk menyem-bunyikan diri , seolah-olah sedang mencari kayu api.Dengan demikian terkumpul banyak sekali kayu api di rumah gadang tempat kami mengungsi.
Suasana kehidupan di pengungsian
Di tempat pengungsian sekali-sekali Bapak datang, dan beliau membawa cerita baru.
Adakalanya Bapak datang dan berunding dengan para tokoh PRRI (militer, sipil, adat dan agama).Kadang kadang sempat menginap semalam, dalam situasi seperti itu, orang rundo atau hansip di sekitar rumah jaga-jaga.
Bila ada orang yang dicurigai, Bapak segera lari ke seberang sungai di belakang rumah.Kalau tentara Pusat datang, kami tidak boleh menampakkan diri, kecuali saya.Kenapa demikian ?
Katanya, saya adalah orang yang paling hitam kulitnya dalam keluarga dan tidak langsung mencirikan Bapak.Kakak dan adik-adik biasanya naik ke loteng rumah gadang.
Di pengungsian sering sekali terjadi bakutembak, dan saya sering melihat para tentara pelajar, anak-anak kita yang masih muda muda dengan semangat tinggi, memakai baju seragam hijau-hijau.Mereka semua memanggul senjata, ada juga senjatanya besar dan baru.
Para tentara pelajar itu sebenarnya calon intelektual Minang, tidak sedikit mereka yang tewas.
Kadang terjadi, hari ini saya melihat wajahnya, dan besoknya sudah ada kabar bahwa mereka sudah tertembak, sungguh menyedihkan kalau di ingat-ingat.
Di pengungsian kami sebenarnya kurang nyaman, dan merasa tidak enak dengan penduduk setempat.Karena selama kami di pengungsian, sepertinya daerah itu menjadi agak terganggu.
Tentara Pusat mulai sering datang ke tempat pengungsian kami karena mereka sepertinya sudah tahu kalau kami mengungsi ke sana.
Suasana ini sudah tidak nyaman lagi, dan kami sudah dua bulan mengungi di sana.
Orang tua saya memutuskan bahwa kami akan mengungsi ke tempat lain.
Ada juga yang surprise, di pengungsian kami ketemu dengan keluarga yang sudah agak jauh.
Konon setelah ditelusuri mereka adalah belahan bako dari Mak Etek sepupu saya yang bernama Jusbar.Salah seorang anaknya ternyata sudah menikah dengan Mak Etek selama bergolak itu.
Isterinya yang pertama tidak mau diajak mengungsi, saya tidak sempat berjumpa dengan Mak etek itu.Dia itu terkenal dengan pasukannya, yang gagah berani dan disegani di tempat lain.
Memang Mak Etek saya komandan Batalyon dari tentara Dewan Banteng yang mobil gerakannya ke daerah lain seperti Kiliran Jao.Sebelum pergolakan Mak Etek itu bertugas di Bukittinggi.
Orang Minang memang malu kalau tidak pandai, maka dalam situasi perangpun masyarakat sempat membuka sekolah-sekolah darurat yang biasanya dsebut sebagai Sekolah Penampungan.
Karena saya telah menjadi murid SMA sebelum PRRI meletus, maka saya pun sempat ikut sekolah di SMA darurat itu, walaupun jurusannya beda.Situasi ini berjalan tidak lama.Hanya sekitar dua bulan.
Bapak tertangkap
Beberapa waktu kemudian, di suatu hari kebetulan malam-malam Bapak pulang, dan malam itu seperti biasanya beliau berunding dengan tiga tokoh, ada komandan tentara.
Saya masih ingat yaitu Kol Zein Yatim, Drs Mawardi Yunus (Kepala Jawatan Agama), paman Burhan Jusuf.Setelah berunding malam itu, mereka langsung berpisah.Rupanya kepulangan Bapak telah tercium oleh tentara pusat.
Pagi-pagi sekali Bapak dikasih tahu bahwa tentara pusat sudah masuk ke Padang Gantiang.
Bapak segera lari ke seberang sungai di belakang rumah.Dalam kondisi seperti itu, seperti biasanya saudara-saudara saya segera bersembunyi di loteng.
Apa daya, malang tidak dapat ditolak mujur tak dapat diraih, rupanya tentara pusat sudah menunggu Bapak diseberang sungai.Bapak segera tertangkap dan digiring lalu dibawa ke jalan besar.Kakak saya yang biasa mengintip gerak–gerik tentara pusat dari loteng melihat Bapak sedang digiring, maka kontan teriak-teriak, histeris… Bapak… Bapak….Bapak tertangkap.
Bukan main kagetnya kami, rencana ditangan kita, keputusan Allah yang menentukan.
Senanglah tentara pusat waktu itu.Saya sangat bersedih, apalagi ibu hanya terduduk lemah melihat kami berteriak-menangis agar Bapak dibebaskan.Itulah suasana yang sangat mengharukan.
Prof. DR. Ir. Zoer’ni Djamal Irwan, MS
.
Sumatera Barat bergolak dengan gerakan yang bernama Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia atau PRRI, dibawah komando Safrudin Prawiranegara. Rakyat yang mengerti politik maupun tidak, bangkit menggugat dan melawan pemerintah pusat.
Pemerintah pusat mengirim tentaranya ke ranah Minangkabau untuk memadamkan pergolakan ini. Awalnya mereka hanya menyebar dikota-kota. Tapi karena medan pertempuran semakin luas, akhirnya para tentara itupun mulai masuk sampai ke nagari-nagari diluar kota.
Dan akhirnya merekapun hadir
di nagari Kamang,
tempat dimana pada tahun 1908 rakyat ikut berperang melawan tentara penjajahan Belanda, yang kemudian terkenal dengan Perang Kamang.dimana jorong Ladang Darek kampungku,
termasuk didalamnya. Rakyat Kamang kini tidak berhadapan dengan Belanda, tapi dengan bangsa sendiri.
.
Kehidupan kampung kami yang tadinya tenang dan damai, kini telah berubah. Kedamaian dan ketenteraman hidup mulai terusik. PKI dengan organ Organisasi Pembebasan Rakyat-nya pun ikut mengail diair keruh.
Fitnah merebak, OPR gampang saja menuduh siapa saja sebagai mata-mata musuh, dan menuduh sebagai penghianat. Padahal itu hanya karena ketidak sukaan terhadap orang yang dituduh, atau karena ada masalah pribadi yang tak kunjung selesai dan berujung dendam.
Kepada tentaradalam, (istilah yang diberikan untuk Tentara pusat yang menguasai kampung), dia menuduh si anu sebagai pengikut tentara luar.( rakyat maupun tentara PRRI yang berperang melawan tentara pusat yang bergerilya di hutan-hutan) Korban tak bersalahpun berjatuhan
.
Laki-laki dewasa yang merasa terpanggil untuk ikut berjuang kini jarang kelihatan. Mereka mulai kucing-kucingan dengan tentara pusat – istilah yang dipakai untuk tentara yang dikirim dari Jawa untuk menumpas pergolakan ini, yang dikirim oleh pemerintah pusat di Jakarta. Yang tidak ikut berjuang, pergi menghindar dan mengungsi, agar tidak diciduk oleh tentara pusat dan dituduh sebagai pemberontak.
.
Sejak meletusnya perang saudara atau pergolakan PRRI itu, ayah kami sudah jarang pulang, begitu juga pak aciak suami etekku. Sementara wanita dan anak-anak maupun laki-laki yang telah tua, tetap tinggal di dalam kampung.
Mereka mulai menggali lubang perlindungan dibawah rumah masing-masing. Ini dimungkinkan karena rumah penduduk semuanya merupakan rumah panggung, walaupun sebagian rumah mereka bukan rumah adat atau rumah gadang.
.
Begitupun dengan kami, sebuah lubang yang dalamnya sepaha orang dewasa juga telah digali dikolong rumah dapur yang ada di halaman belakang rumah gadang. Sebagaimana namanya, rumah dapur adalah bangunan dapur yang dipakai untuk memasak untuk seluruh keluarga.
Bangunan rumah dapur ini dibuat lebih besar dari dapur biasa, karena disamping sebagai fungsi utamanya sebagai dapur sekaligus dibuat dan berfungsi sebagai ruang makan keluarga. Karena terlalu repot bila setiap makan harus membawa semua makanan ke rumah gadang. Kecuali untuk makan malam, kalau ada tamu atau ada acara baralek, atau bulan puasa barulah acara makan-makan ini diadakan di rumah gadang.
.
Rumah dapur ini diberi lantai papan, sebagian ada juga palupuah– bambu yang dibelah-belah dan dihamparkan jadi lantai tempat duduk baselo-lesehan atau tidur-tiduran. Tinggi lantainya dari tanah selutut orang dewasa. Biasanya kolong ini dipakai untuk meletakkan kayu bakar, atau ada juga yang dipakai sebagai kandang ayam.
.
Dikolong rumah dapur inilah lubang persembunyian dibuat. Siang hari kami keluar, dan melakukan aktifitas rutin, karena siang hari situasi cukup tenang, suasana perang tidak begitu terasa, karena jarang terdengar bunyi tembakan senjata api. Karena tentara luar telah kembali ke hutan bukit barisan untuk bersembunyi dan menghindari patroli tentara pusat siang harinya, serta menyusun kekuatan kembali untuk melakukan serangan balik terhadap tentara pusat malam harinya.
.
Malam hari, bila telah terdengar suara rentetan tembakan senjata api, atau dentuman granat. Kami segera berkumpul dan bersembunyi didalam lubang di kolong rumah dapur tersebut. Dengan hati berdebar dan rasa takut kalau-kalau ada peluru yang nyasar kearah kami. Aku selalu dalam pelukan umi, aku dengar dia selalu berdo’a, untuk keselamatan kami semua. Juga kakak-kakakku yang sudah bisa mengaji, mereka juga berdo’a sambil berbisik, kadang sambil me-lantunkan ayat Al-Qur’an yang mereka hafal dengan lirih. Suasana hening mencekam, matapun tidak dapat dipejamkan untuk tidur, karena semua tegang, dalam suasana perang yang kami tidak tahu kapan akan berakhirnya.
.
Menjelang pagi suara letusan senjata terdengar semakin jarang, hingga beduk subuh ditabuh di masjid-masjid dan mushalla. Umi yang pertama bangun meraih lampu senter dan menyalakannya mencari korek api dan menyalakan lampu tempel.
Satu persatu mulai bangun dan keluar dari lubang perlindungan, udara subuh diluar lubang perlindungan begitu dingin, embun turun menyelimuti tanah, kelihatan seperti kapas beterbangan ketika ditimpa cahaya lampu tempel yang disangkutkan di paku dekat pintu rumah dapur, semua mendekapkan tangan kedada melawan dinginnya udara subuh, ada yang menggigil kedinginan hingga giginya gemertakan, yang pakai sarung menutupi seluruh tubuhnya hingga yang kelihatan hanya muka, atau yang memakai kain panjang menyelimuti badannya. Belum semuanya tenang, suasana masih mencekam, tapi tidak seperti beberapa jam sebelumnya, disaat suara tembakan dan dentuman senjata api saling bersahutan.
.
Tidak seorangpun yang bersuara, yang terdengar hanya cipratan air. Umi serta kakak-kakakku mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat shubuh, kecuali aku dan udaku yang masih balita.
Kami semua naik kerumah gadang yang semalaman dibiarkan kosong, karena semua berlindung dilubang persembunyian. Aku dipangku oleh umi hingga masuk rumah, kakak-kakakku yang sudah berwudhu melanjutkannya dengan shalat shubuh, sedang aku dan udaku masuk ke kamar, naik keatas kasur dan tidur lagi, ditutup oleh umi dengan selimut tebal yang hangat, setelah itu, barulah umi shalat subuh.
Sambil memeluk bantal aku mencoba untuk meneruskan tidurku yang semalaman terganggu oleh suara tembakan senjata api. Sayup-sayup terdengar suara kakakku yang sudah selesai shalat subuh mengaji membaca Al-Qur’an, setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi, tertidur pulas.
Kami tidak tahu, berapa lama perang saudara antara PRRI dan tentara pemerintah pusat akan berlangsung. Dilubang perlindungan, setiap malam umi maupun kakak-kakakku, aku dengar berdo’a agar perang ini berakhir. Terutama umi, yang mencemaskan anak-anaknya yang setiap malam tidur meringkuk kedinginan, didalam lubang sempit berdindingkan tanah yang beralaskan tikar seadanya.
Sementara kakak-kakakku mengharapkan segera dapat kembali tidur didalam kamar dirumah gadang, beralaskan kasur dan berselimutkan selimut tebal, yang melindungi tubuh dari dinginnya udara malam.Beberapa malam belakangan ini suara tembakan tidak lagi seramai hari-hari sebelumnya. Kami kembali tidur di rumah gadang,
Siangnya umi dan kakak-kakakku mulai beraktifitas lagi memproduksi bubuk kopi. Umi mulai berdagang lagi, menjajakan kopi bubuk yang dikampung kami bernama sabuak. Umi berjualan dari kampung ke kampung di sekitar nagari Kamang. Awalnya kami merasa takut dan cemas melepas umi pergi berdagang, takut umi ditangkap atau ditembak oleh tentara pusat. Perasaan kami baru tenteram setelah umi kembali kerumah dalam keadaan selamat
(Dian Kelana)
Saya masih ingat adanya bangunan di nagari Baso Agam yang sudah dipersiapkan untuk mendirikan fakultas Kedokteran di sana.sampai tahun 1960 an masih terlihat sisa bangunan tersebut yang hancur saat serangan tentara Pusat terhadap RRI didesa tersebut.
(Dr Iwan)
Banyak dosen dan mahasiswa Unand yang menunjukkan kesepahamannya dengan PRRI. Akibatnya, Tentara Nasional Indonesia yang ditugaskan untuk menumpas PRRI juga memporakporandakan kampus Unand yang tersebar di beberapa kota: Padang, Bukittinggi, Batusangkar, dan Payakumbuh serta juga yang baru dibangun di Baso.
Situasi politik pada waktu itu benar-benar tidak kondusif untuk melaksanakan aktivitas perkuliahan. Dosen-dosen yang didatangkan dari luar negeri, terutama dari Eropa, ada yang pulang ke negaranya masing-masing dan ada pula yang pindah ke Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, dan Institut Pertanian Bogor. Pada masa PRRI dapat dikatakan sebagai masa kemunduran Universitas Andalas
26 Mei 1958
Pada tanggal 26 mei 1958, Ahmad yani dalam perjalan kembali dari Padang Panjang mengadakan inspeksi ke Bukittinggi
(Ahmad Yani)
Terminal bus Aurtajungkang Bukittinggi tahun 1958
27 Mei 1958
Pada tanggal 27 mei Ahmad yani dari Bukittinggi berkunjung ke Payakumbuh yang telah diduduki sejak tanggal 20 Mei 1958.
Dari Payakumbuh Rombongan Ahmad Yani ke Batusangkar, dan kembali ke Padang panjang
(Ahamd Yani)
Surat pribadi dari adik Mertua saya di payakumbuh kepada ayahnya di padang Pandjang dikirim liwat kurir
Isi surat
Pajakumbuh
Kepada Pa YTH
Surat Pa kami sudah terima dengan baik,kami disini semua ada baik-baik saja , Kami mau ke Padang Panjang belum bisa sebab di jalan masih berbahaya ,apalagi bawa anak-anak kecil.
Mwnumpang sama auto orang kami ada kirim radio dengan surat-suratnya.
Harap pa terima dengan baik.
Bagaimana ne(mama) sekarang ? Pekerjaan oran di Padang Panjang ada jalan dengan biasa saja ? sampai disini saja dahul drai kami
Heng
(koleksi dr Iwan)
27 Mei 1958
Nevertheless, with Pope in Indonesian hands things began to move rapidly in Washington. Within five days: (1) the State Department approved the sale to Indonesia for local currency of 37,000 tons of sorely needed rice; (2) the United States lifted an embargo on $1,000,000 in small arms, aircraft parts and radio equipment — destined for Indonesia but frozen since the start of the rebellion; and (3) Dulles called in the Indonesian ambassador, Dr. Mukarto Notowidigdo, for a twenty-minute meeting.
“I am definitely convinced,” said the ambassador with a big smile as he emerged, “that relations are improving.”
But the Indonesian Army was not prepared to remain permanently silent about Pope. On May 27 a news conference was called in Jakarta by Lieutenant Colonel Herman Pieters, Commander of the Moluccas and West Irian Military Command at Ambon. He announced that Pope had been shot down on May 18 while flying a bombing mission for the rebels under a $10,000 contract.
Pieters displayed documents and identification papers showing Pope had served in the U.S. Air Force and as a pilot for CAT. He said Philippine pesos, 28,000 Indonesian rupiahs, and U.S. scrip for use at American military installations were also found on the American pilot. Pieters said 300 to 400 Americans, Filipinos and Nationalist Chinese were aiding the rebels, but he did not mention the CIA.
Many Indonesian officials were outraged by Pope’s activities, and accused him of bombing the marketplace in Ambon on
May 15. A large number of civilians, church bound on Ascension Thursday, were killed in the raid on the predominantly Christian community. But the government did its best to suppress public demonstrations.
Pope was given good medical treatment, and he could be seen sunning himself on the porch of a private, blue bungalow in the mountains of Central Java. Although the Communists were urging a speedy trial, Sukarno also saw advantages in sunning himself — in the growing warmth of United States policy. Pope’s trial was delayed for nineteen months while Sukarno kept him a hostage to continued American friendliness.
Late the next year, however, Sukarno found himself in a quarrel with Peking over his decision to bar Chinese aliens from doing business outside of the main cities of Indonesia. The powerful Indonesian Communist Party was aroused over the issue and Sukarno may have felt the need to placate them.
Namun demikian, dengan Tangan Allan Pope di Indonesia hal-hal mulai bergerak cepat di Washington . Dalam lima hari :
( 1 ) Departemen Luar Negeri menyetujui penjualan ke Indonesia untuk mata uang lokal dari 37.000 ton beras sangat dibutuhkan ,
(2 ) Amerika Serikat mengangkat embargo pada $ 1.000.000 dalam pelukan kecil , suku cadang pesawat dan peralatan radio – ditakdirkan untuk Indonesia tapi dibekukan sejak awal pemberontakan ,
dan ( 3 ) Dulles memanggil duta besar Indonesia , Dr Mukarto Notowidigdo , untuk pertemuan dua puluh menit .
” Aku pasti yakin , ” kata duta besar dengan senyum lebar saat ia muncul , ” bahwa hubungan membaik . “
Tapi Tentara Nasional Indonesia tidak siap untuk tetap permanen diam tentang Allan Pope . . Pada tanggal 27 Mei dalam konferensi pers di Jakarta dipanggil oleh Letnan Kolonel Herman Pieters , Komandan Komando Militer Maluku dan Irian Barat di Ambon .
Dia mengumumkan bahwa Allan Pope telah ditembak jatuh pada 18 Mei saat terbang misi pemboman untuk pemberontak di bawah kontrak $ 10.000.
Pieters menampilkan dokumen dan surat identifikasi menunjukkan Pope pernah bertugas di Angkatan Udara AS dan sebagai pilot untuk CAT . Ia mengatakan peso Filipina , 28.000 rupiah Indonesia , dan scrip AS untuk digunakan pada instalasi militer Amerika juga ditemukan pada pilot Amerika .
Pieters mengatakan 300 hingga 400 orang Amerika , Filipina dan Nasionalis China membantu para pemberontak , namun ia tidak menyebutkan CIA .
Banyak pejabat Indonesia marah oleh kegiatan Paus , dan menuduhnya pemboman pasar di Ambon15 Mei. Sejumlah besar warga sipil, gereja terikat pada Ascension Kamis , tewas dalam serangan itu pada masyarakat yang didominasi Kristen . Namun pemerintah melakukan yang terbaik untuk menekan demonstrasi publik .
Pope diberi perawatan medis yang baik , dan ia bisa dilihat menjemur dirinya di teras pribadi , bungalow biru di pegunungan Jawa Tengah .
Meskipun Komunis mendesak pengadilan yang cepat , Sukarno juga melihat keuntungan dalam menjemur sendiri – dalam kehangatan tumbuh kebijakan Amerika Serikat . Sidang Pope ditunda selama sembilan belas bulan sementara Sukarno terus dia sandera keramahan Amerika lanjutan .
Akhir tahun depan , namun, Soekarno menemukan dirinya dalam pertengkaran dengan Peking atas keputusannya untuk melarang Cina asing dari melakukan bisnis di luar kota-kota utama Indonesia . Partai Komunis Indonesia yang kuat terangsang atas masalah ini dan Sukarno mungkin merasa perlu untuk menenangkan merek
Juni 1958
untuk melihat kemajuan keamanan keamanan didaerah ini pada bulan Juni 1958 Panglima Teritorial IV(sekarang KODAM VII) Diponegoro dan TT V (SEkarang KODAM Brawijaya) telah berkunjung ke Sumtaera Barat.
(Ahmad Yani)
Sudah tiga bulan perang berlangsung.
Perang antara tentara APRI yang datang dari ibu kota melawan tentara PRRI.
Perang yang ganjil.
Perang yang brutal dari pihak yang datang menyerang.
Tentara PRRI banyak menghindar.
Menghindar ke hutan, ke kampung-kampung yang jauh di pegunungan terpencil.
Tentara APRI yang dijuluki rakyat dengan tentara Pusat atau tentara Soekarno adalah tentara yang bengis dan tega.
Mereka menembaki orang-orang yang dicurigai sebagai tentara pemberontak.
Kalau terjadi pertempuran di dekat suatu kampung lalu ada tentara APRI yang jadi korban, maka beberapa rumah di kampung itu dibakar.
Itulah sebabnya tentara PRRI menghindar.
Mereka tidak mau mencelakai dan merugikan rakyat di kampungnya sendiri.
Ketika PRRI menghindar, tentara APRI dengan mudah menguasai kampung dan nagari, lalu membuat pos di kota-kota kecamatan.
Syamsu batal ikut bergabung dengan tentara PRRI.
Ada sebuah telegram dari kakaknya di Padang memberi tahu bahwa maknya yang sejak perang pecah tinggal di Padang, saat ini sedang sakit dan masuk rumah sakit.
Dia diminta segera datang.
Padahal teman-temannya sudah pada pergi semua.
Ikut memanggul senjata.
Ada delapan orang anak-anak muda yang masih sekolah di SMA, di STM dan SMEA dari kampung itu yang ikut bergabung dengan kompi Udin Pitok.
Syamsupun sudah ikut mendaftar.
Tapi tepat sehari sebelum dia seharusnya melapor di markas tentara itu di Lasi Tuo, telegram dari kakaknya itu datang.
Tidak mudah untuk bepergian ke Padang, walaupun jarak antara Bukit Tinggi – Padang tidak lebih dari 91 kilometer.
Oto bus NPM dapat menempuh jarak itu antara dua sampai tiga jam.
Yang lebih sulit bagi Syamsu adalah untuk mendapatkan surat jalan.
Tanpa surat jalan yang ditandatangani komandan tentara APRI, jangan dicoba-coba untuk bepergian antar kota.
Apalagi bagi seorang anak bujang mentah seusia Syamsu.
Tanpa surat jalan, kalau ada razia di perjalanan, dia akan dituduh tentara PRRI.
Akan dituduh tentara pemberontak.
Kalau sudah dapat cap seperti itu dia bisa ditembak mati.
Tentara APRI sangat alergi dengan anak-anak muda seusia Syamsu.
Di kampungnya sudah tiga orang yang mati ditembak tentara APRI.
Anak-anak muda malang yang lari ketakutan ketika tentara APRI secara diam-diam datang masuk kampung.
Dan anak-anak muda itu ditembak dari belakang di bagian kepala.
Ada yang terkapar di batang air, ada yang tertelungkup di sawah bancah, ada yang tersandar di rumpun betung.
Pada hal mereka tidak bersenjata dan lari benar-benar karena takut.
Itu pulalah sebabnya kebanyakan anak-anak muda jadi benci kepada tentara Pusat.
Mereka beramai-ramai mendaftar untuk ikut berperang.
Syamsu harus pergi ke Padang menengok emaknya.
Dia bergegas mengurus surat jalan.
Yang pertama sekali adalah meminta surat pengantar di kantor wali nagari.
Tidak sulit mendapatkan surat ini.
Wali nagari menyatakan dalam surat keterangannya bahwa Syamsu akan meneruskan sekolah di Padang.
Sekarang surat itu harus dibawa untuk mendapatkan pengesahan dari komandan tentara APRI di kecamatan.
Syamsu diantarkan wali jorong, yang masih terhitung mamaknya, ke kantor Buter.
Buter adalah penguasa militer di tingkat kecamatan.
Kantor itu menempati sebuah rumah yang ditinggal pemiliknya.
Di depan rumah ada gardu jaga dimana selalu ada seorang tentara bersiaga mengawal.
Di teras luar rumah itu ada meja dan dua buah kursi.
Dua orang tentara duduk disitu.
Mereka adalah petugas piket.
Siapapun yang ingin berurusan ke kantor itu harus melapor terlebih dahulu kepada tentara petugas piket ini.
Agak terjarak ke samping ada dua buah bangku panjang tempat menunggu bagi orang yang ingin bertemu dengan komandan tentara.
Ketika Syamsu sampai di kantor itu ada tiga orang wanita separuh baya duduk di bangku panjang.
Mereka sedang menunggu untuk diwawancara.
Mereka juga ingin mendapatkan surat jalan.
Begitu ketentuannya kalau ingin mendapatkan surat jalan yang ditandatangani komandan Buter.
Wali jorong yang menemani Syamsu mendaftar melalui tentara piket itu, yang rupanya seorang OPR.
OPR adalah tentara bantuan yang dibuat oleh APRI, berasal dari penduduk lokal.
Sebagian besar mereka adalah simpatisan PKI dari kampung-kampung dan tak mahir berbahasa Indonesia yang benar.
….Siapa yang hendak berurusan?…. tanya tentara OPR itu dalam bahasa Indonesia.
….Kamanakan wak ko ha, jawab wali jorong….
….Di sika harus cara Indonesia!…. kata tentara OPR itu garang.
Mendengar kata-kata disika satu di antara ibu-ibu yang sedang menunggu itu menahan tawa sambil menutup mulut.
….Jangan gelak-gelak….
….Apa yang digelakkan?….
bentak tentara OPR ke arah ibu-ibu itu.
Si ibu itu menekur dan terdiam.
Ibu yang satunya masih tersenyum.
….Jangan cimees-cimees disika! ….Kesika mau mintak surat atau mau mencimees?…..
….Kalau cimees-cimees nanti kamu tidak diagis surat…..
Perut Syamsu juga memilin mendengar kata-kata tentara yang gagah ini.
Dia berusaha menekur menahan rasa geli.
….Hang yang hendak berurusan?…. bentaknya pula ke arah Syamsu.
….Iya, pak,…. jawab Syamsu.
….Ada surat wali nagari?…. tanyanya pula.
….Ada pak…. ini…. Syamsu menyerahkan sebuah amplop.
Tentara itu membuka amplop dan mengeluarkan surat pengantar dari wali nagari.
Diperhatikannya surat itu dengan bola matanya menari ke kiri dan ke kanan.
Syamsu tambah sakit perut melihat tingkah tentara itu.
Surat yang ditangan tentara itu terbalik.
….Catat nama hang disika!…. katanya menunjuk ke sebuah buku tulis besar di atas meja di hadapannya.
Syamsu mengisi buku itu.
….Catat apo keperluan hang!…. perintahnya lagi.
….Sudah pak…..
….Sudah awak tulis,…. jawab Syamsu.
….Apa keperluan hang?….
….Sudah awak tulis di dalam buku ini…..
….Apa yang hang tulis? Mau mintak surat apa hang?….
….Surat jalan, pak…..
….Suratkan disika…..bahasa hang mintak surat jalan…..
….Ini sudah awak tulis pak…..
….Kalau sudah nantikan di sinan!…. perintahnya pula sambil menunjuk ke bangku panjang.
Kedua lelaki itu pergi duduk ke bangku yang ditunjukkan.
Lamat-lamat Syamsu mendengar kedua tentara itu berbicara setengah berbisik.
….Indak ba hang do, ba kau,…. kata kawannya.
….Maa lo jaleh di Ang, Kau tu untuak padusi,…. jawab tentara itu.
Dua orang tentara lain datang.
Kedua tentara OPR itu berdiri dan memberi hormat.
Rupanya yang datang itu komandan di kantor ini.
Dia itulah yang biasa di sebut orang pak Buter.
Satu persatu ibu-ibu yang menunggu itu disuruh masuk menghadap komandan tentara tadi di dalam ruangannya.
Masing-masing berada di ruangan itu sekitar sepuluh menit.
Akhirnya sampai pula giliran Syamsu disuruh masuk.
….Inya saja yang masuk, Engku indak berurusan jadi indak boleh masuk,…. tentara OPR tadi mengingatkan ketika dilihatnya wali jorong ikut pula berdiri.
Syamsu masuk sendirian.
Dia mengangguk ke arah komandan itu.
….Ada perlu apa kau?…. bentak komandan tentara itu.
….Awak mau minta surat jalan, pak,…. jawab Syamsu tenang.
….Surat jalan apa? Kau ndak ikut berontak?….
….Tidak, pak, jawab Syamsu.
….Mana surat pengantar?
Syamsu menyerahkan surat dari wali nagari.
Tentara itu membacanya.
….Dimana kau sekolah?
….Di SMA, pak.
….Dulu di SMA mana? Kenapa sekarang mau pergi ke Padang melanjutkan sekolah?
….Dulu di Bukit Tinggi, pak, sekarang orang tua ada di Padang.
….Ada saudara kau yang ikut memberontak?
….Tidak, pak.
….Teman-teman kau?
….Tidak ada pak.
….Bohong kau! Banyak anak-anak muda seumur kau ikut-ikut pergi ke hutan.
….Masak di kampung kau tidak ada yang ikut?
….Awak tidak tahu pak, jawab Syamsu.
….Untung kau masih punya otak, mau bersekolah.
….Kalau kau ikut-ikut memberontak, suatu saat kau akan terbunuh.
….Paham kau?
….Iya, pak.
….Kapan kau mau berangkat ke Padang?
….Segera, pak.
….Kalau bisa hari ini juga.
….Ya, sudah.
….Jangan sampai hilang surat ini.
….Kalau ada razia di jalan, kau tidak punya surat, habis kau.
Tentara itu menyerahkan surat jalan itu kepada Syamsu.
Dia mengangguk kepada komandan tentara itu sebelum keluar.
….Sudah selesai urusan hang?…. tanya tentara OPR lagi, begitu Syamsu keluar.
….Sudah pak, jawab Syamsu.
….Ndak pandai hang berterima kasih agak sedikit?
….Terima kasih banyak, pak, ujar Syamsu seramah mungkin.
….Indak itu do.
Tinggalkan tanda terima kasih agak sedikit, tambah tentara itu pula.
Maksudnya bagaimana, pak? Syamsu pura-pura tidak mengerti.
….Tentara OPR itu menggesek-gesekkan tiga buah jari tangannya memberi isyarat.
Bertepatan dengan itu komandannya keluar.
….Kok belum pergi kau? Apa lagi? tanya komandan itu membentak Syamsu dengan mata melotot.
….Sudah mau pergi pak, jawab Syamsu.
….Kau siapa? Ada urusan apa? bentak komandan itu ke wali jorong.
….Ambo wali jorong, mengawani dia saja, jawab wali jorong dengan wajah pucat.
Kedua orang itu segera berlalu dari kantor Buter.
Tentara OPR menggerutu dalam hati karena tidak jadi dapat tanda terima kasih.
Kisah selengkapnya di lampiran kumpulan kisah nyata PRRI
Pasukan KKO AL sedang menyebrangi Sungai Air Gadang di Pasaman
(Nugroho Notosutanto)
Mei 1958
Pembentukan Markas PDM di Padang Panjang.
Pada akhir bulan Mei 1958 dibentuk Markas PDM (Perwira Distrik Militer) yang berkedudukan di Padang Panjang (bertempat dilokasi sekarang) dan sebagai pejabat PDM adalah Kapten Amir Hatta. Sebagai pembantu pelaksanaan tugas Perwira Distrik Militer (PDM), merupakan biro-biro yaitu :
a. Biro- A Bidang Intel, dijabat oleh Serka Amir. H.
b. Biro- B Bidang Logistik, dijaabat oleh Serma Hasmi Mansyur.
c. Biro- C Bidang Administrasi, dijabat oleh Serma Djanawir.
(kodimtanahdatar)
31 Mei 1958
Surat dari KDpos kepada KKPos Padang perihal kepala kantor pos menyampaikan surat-surat PRRI
(buku agenda Surat rhs Kantor Pos Padang)
Juni 1958
Pemindahan Markas PDM.(Perwira Distrik Militer)
a. Pada bulan Juni 1958 Markas PDM pindah ke Batusangkar dan bertempat di jalan Sukarno Hatta disebelah kanan kantor PUSPENMAS Batusangkar sekarang, dan sebagai Perwira PDM Kapten Amir Hatta. Kemudian di Padang Panjang dibentuk Markas PODM (Perwira Onder Distrik Militer) dan sebagai pejabat Perwira PODMnya Letda Soetikno dari Brawijaya(kodimtanahdatar)
4 Juni 1958
Wakarkat pos PTT dikirim dengan prangko RI 35 sen stempel pos Padang panjang 4.6.58 ke Padang.Surat dari Ahmadsyah soewil pegawa kantor pos Padang panjang ke pada ibunya siti Aisjah d/a Soeiwl Tepi Bandar Olo 35 Padang
Isi surat
Ibunda yang terhormat
Bersama ini surat ananda khabarkan pada Ibunda . amada telah selamat sampai di Padang Panjang jam 11.45 dan tidak kurang suatu apapun berkat doa ibu dan ayah sekeluarga. Tentang kepindahan ananda telah bicarakan sama bapak Saleh ,dia tidak menyetujuinya hanya maklumlah kantor baru dibuka oleh sebab itu tentu segala nya tentu memakan waktu agak sebulan ,persenang saja lah hati Ibunda jangan suka mendengar kata-kata orang diluar , selain dari itu ananda adalah sehat saja dan begitu pula hendaknya ibu dan ayah sekeluarga
Wassalam
Tanda tangan Ahmad Soewil.(koleksi Dr Iwan)
14 Juni 1958
Surat dari kDPOs kepada KKpos Padang perihal pengiriman daftar pengiriman uang diatas seribu rupiah oleh tentara
(buku agenda rhs kantor pos padang)
21 Juni 1958
Surat dari pos tentara tentang kiriman surat-surat PRRI
(buku agenda rhs kantor pos padang)
23 Juni 1958
Suart laporan Pgr Pmn kepada KKPos Padang perihal pegawai pos Marah Kirman dan Ahmad nain yang pada tangga 16/6 sampai 18/6 1958 tidak masuk kerja oleh karena takut terhadap PRRI
(buku agenda rhs kantor pos padang)
Juli 1958
3 juli 1958
Pad waktu Banteng Raiders menghancurkan konsentrasi PRRI di Suliki dan Kototinggi(dkat Pajakumbuh) ,kita ketemu lagi dengan P 22 milik PRRI tetapi dalam kejadian ini PRRI meniru kita,mereka tidak lagi mengunakan bahasa Indonesia atau bahasa Minang tetapi memakai bahasa inggeris munkin PRRI mengunakan orang asing atau tokoh PRRI sendiri yang memegang mikropon pesawat.
Akan tetapi bagaimanapun baiknya alat yang mereka pergunakan(kemungkinan alat radio baru dari Luar negeri) koordinasi hubungan untuk melayani gerakan opoerasi pasukan APRI misalnya antara infanteri –eskadron yang melinduni –artileri yang membantu tembakan senjata bantuan mortar dan sebagainya tetap berjalan dengan lancer .
Nah sekian cerita singkat tentang komunikasi yang bersifat lelucon didaerah PRRI yang pernah saya alami .
Sebagai akhir dikhabarkan bahwa pada waktu operasi ke
Suliki
dan
Kototinggi
tanggal 3 juli 1958 telah tertangkap/menyerah Kapten PHB Julius Alim dan Ltd PHB Samun .Keterangan mereka nanti akan membuka semua simpanan alat PHB KDMST BANTENG terutama PO 22nya Penuois
Ltn Wienoto
Komanda Pn PHB Bn banteng Raidres.
(majalah PHB 1958)
Untuk menambah nostalgi atas wilayah pertempuran APRI dengan PRRI dari Pakan baru Ke Padang, saya cuplik artikel perjalanan dari Pakan baru Ke Padang saat ini semoga wawsan pembaca jadi lebih mantap (Dr Iwan)
Perjalanan dari Pekanbaru ke Padang
Bang Ardin / November 3, 2012
Pekanbaru (Ibukota Prov Riau) dan padang (Ibukota Prov Sumatra Barat) adalah 2 kota yang berada di dua provinsi yang berbeda namun memiliki hubungan yang erat satu sama lainnya. Bagaimana tidak, hampir 70% penduduk Pekanbaru berasal dari Perantau Sumatra Barat.
Sebaliknya pada saat weekend dan hari libur, mayoritas penduduk melayu Riau dan pendatang berwisata ke Sumatra Barat. Sehingga terjadilah hubungan timbal balik di antara dua provinsi bertetangga ini. Tidak heran rute Padang – Pekanbaru dan sebaliknya selalu ramai dilalui kendaraan hilir mudik.
Riau – Sumbar
Pekanbaru dan Padang berjarak kurang lebih 300 km, dengan waktu tempuh sekitar 7 jam perjalan darat. Kendaraan umum yang biasa di gunakan adalah Bis, seperi Yanti Group, Sinar Riau, ANS, dll. Atau bisa juga menggunakan travel seperti Bumi Minang Wisata. Kalau mau cepat anda bisa menggunakan travel “gelap” yang banyak berkeliaran di simpang Panam, Pekanbaru. Tarif angkutan umum ini berkisar antara 70- 90 ribu. Yang penting pintar menawar saja hehe.. Kalau anda ingin lebih leluasa, efisien waktu dan nyaman, sewa mobil saja dengan tarif sekitar 250 ribu perhari. Yang disayangkan adalah tidak adanya penerbangan komersial dari Pekanbaru ke Padang, kabarnya dulu pernah ada namun tidak bertahan lama karena pihak travel merasa di rugikan.
Jam 09.30 kami berangkat dari Panam, Pekanbaru menuju Padang. Rute Pekanbaru-Padang akan melewati beberapa tempat menarik diantaranya adalah Bangkinang – Rumah Lontiok – Pintu masuk Candi Muara Takus – Danau Buatan PLTA Koto Panjang – Perbatasan Riau Sumbar – Lembah Harau – Payakumbuh – Bukit Tinggi – Padang Panjang – Air terjung lembah Anai – Padang. Fiuh.. perjalanan yang cukup panjang ya..
Rute perjalanan pekanbaru – padang
Bangkinang
Satu jam telah terlewati, tempat pertama yang dilewati adalah Bangkinang, ibukota Kab Kampar, Riau. Sebuah kota yang cukup berkembang pesat karena jaraknya yang dekat dengan Pekanbaru. Salah satu objek menarik yang kami lewati ketika di Bangkinang adalah Islamic Center.
islamic center bangkinang
Desa Pulau Belimbing dan Rumah Lontiok
Tidak begitu jauh dari bangkinang, terdapat sebuah desa wisata yang bernama pulau Belimbing (Bukan pulau beneran, tapi cuma nama aja ). Dari ruas jalan utama, pintu masuk desa pulau belimbing hanya berjarak 2 kilometer saja. Yang unik didesa ini adalah rumah Lontiok yang berumur ratusan tahun. Rumah Lontiok adalah rumah tradisional di Kabupaten Kampar, khususnya di pulau Belimbing ini. Lontiok artinya lentik, alias melengkung ke atas. Atap rumah Lontiok ini melengkung ke atas, namun tidak selentik rumah adat di Sumbar.
Rumah Lontiok ( foto dari Skyscrapercity)
Pintu masuk candi Muara Takus
Kami sampai di pintu masuk candi Muara Takus setelah kurang lebih 2 jam perjalanan. Bila ingin mengunjungi Candi Muara Takus, anda harus masuk kedalam lagi melalui pintu gerbang ini sejauh 20 menit. Mengenai candi Muara Takus, bisa anda lihat di Postingan disini
Gerbang masuk candi muara takus
Danau Buatan PLTA Koto Panjang
Tidak lama setelah melewati pintu masuk ke candi Muara Takus, kami sampai ke danau Buatan. Danau ini yang nampaknya cukup luas ini adalah hasil dari bendungan dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang. Disepanjang tepi danau terdapat pondok pondok dan rumah makan yang biasanya digunakan oleh pengemudi dan penumpang untuk beristirahat dan makan sambil menikmati pemandangan Danau.
Bendungan PLTA Koto Panjang
Jalan Riau – Sumbar dengan pemandangan waduk
Waduk Koto Panjang
Jembatan yang melalui waduk
Perbatasan Riau – Sumbar
Akhirnya setelah melewati dua buah jembatan yang melintasi Danau Buatan/Waduk Koto Panjang, akhirnya kami sampai di perbatasan Riau-Sumbar. Diperbatasan ini nampak perbedaan design rumah tradisional Riau dan Sumbar
.Sayangnya pada saat kami melewati tempat ini, gerbang perbatasannya masih dalam tahap di bangun.
perbatasan riau – sumbar
UPDATE!!!
Tanggal 14 januari 2013 kemaren kami kembali melakukan perjalanan dari pekanbaru – padang. Saat itu ternyata gapura perbatasannya sudah selesai dibangun loh.. ini dia gambarnya saat selesai dibangun..
Batas Riau – SUmbar
Setelah melewati perbatasa, nanti akan melewati “pintu angin” (puncak tertinggi dari jalan riau – sumbar), panorama selat malaka, dan tugu katulistiwa di koto alam. Setelah itu barulah kami tiba di kelok 9
Kelok 9
Setelah menempuh perjalanan 3,5 jam , kami sampai di kelok 9 yang tersohor itu. Disebut kelok 9 karena memang jalan disini terdapat kelokan tajam yang menanjak dan menurun sebanyak 9 kali belokan. Sangat diharamkan buat anda yang baru belajar menyetir untuk mencoba melalui kelokan maut ini Karena sulitnya medan kelokan ini, tidak heran kalau disini sering terjadi macet panjang. . Untuk mengatasi itu, maka dibuatlah jembatan layang yang sangat tinggi serta memutar dan menanjak/menurun dengan landai.
Kelok 9 dan jembatan layang
Jembatan Layang
Jembatan Layang
Lembah Harau dan Payakumbuh
Setelah melewati Kelok 9, kami tibai di kecamatan Harau. Disini terdapat objek wisata Lembah Harau yang menakjubkan. Lembah harau adalah ngarai yang di apit 2 buah tebing curam dengan tinggi diatas 100 meter. Lembah harau ini seperti grand canyonnya sumatra barat, yang membedakannya adalah ngarai di lembah harau sebagian ditutupi dengan tumbuhan.
Harau dari kejauhan
Tidak jauh dari Harau adalah kota Payakumbuh. Tempat menarik yang kami lihat sebelum memasuki kota payakumbuh adalah kantor bupati kabupaten Limapuluh Koto yang berada di perbukitan. Kantor ini relatif baru dan terlihat sangat megah. Tidak hanya itu, pemandangan dari atas kantor ini sangat menakjubkan, dari sini kami bisa melihat gunung Sago dari kejauhan.
Kantor Bupati Lima Puluh Koto
Gunung Sago
Ada yang baralek di Payakumbuh
Bukit Tinggi
Kota ini adalah pusat pariwisata di Sumatra Barat. Bukit tinggi adalah kota kecil namun padat, apalagi pada saat weekend dan hari libur, Jalanan dikota ini bisa macet berkilo-kilometer panjangnya. Dibukit tinggi banyak tempat menarik namun nanti akan saya uraikan di postingan khusus.
Bunga di tepi jalan sebelum memasuki kota bukittinggi
Salah satu ruas jalan di Bukit Tinggi
Padang Panjang dan Air terjun Lembah Anai
Melanjutkan perjalanan dari bukit tinggi, kami menuju ke arah Padang Panjang, yang punya julukan serambi mekkahnya sumatra barat. Mungkin julukan itu didapat karena banyaknya pondok pesantren disini.
Memasuki Padang Panjang
Dari Padang Panjang ke Padang, tepatnya di lembah Anai, kami melewati air terjun yang tepat berada di pinggir Jalan. Air terjun setinggi 40 meter ini memang menarik banyak wisatawan untuk berhenti sejenak untuk beristirahat dan menikmati keindahannya. Air terjun ini dilengkapi dengan mushola, rumah makan, dan toko.
air terjun lembah anai
Padang
Akhirnya kami sampai juga di padang. Waktu sudah gelap sehingga kami putuskan untuk segera mencari penginapan. Penginapan di Padang cukup banyak, tapi dengan harga yang lumayan mahal. Salah satu penginapan yang cukup bersahabat dengan kantong adalah di Wisma bakti yang berada di Jl. Belakang Olo.
wisma bhakti
sungai kecil di padang
Malamnya kami sempatkan diri untuk berkeliling kota padang sejenak dan menikmati makanan yang banyak di jual di sepanjang pantai Padang. Selain itu kami juga berfoto foto dibeberapa lokasi di kota padang, salah satunya adalah di sungai kecil ini.
Setelah puas berfoto, akhirnya kami kembali ke penginapan untuk beristirahat.
Sumber :
Jalan-foto web blog
24 Juli 1958
Pada tanggal 24 Juli 1958 Ahamd yani menyerahkan Komandan OPerasi 17 Agustus kepada Let.Kol.Inf Pranoto Rekso Samudro
(Ahmad Yani)
27 Juli 1958
Poswesel dari Bukittinggi ke Batang Angkora tidak dapat dikirim tanggal 27 juli 1958 karena perhubungan terputus antara Bukittinggi dengan Tapanuli selatan.
The money order from Bukittingi CDS 22.7.58 to Batang ankola south Tapanuli, return to sender with handwirtten mark in indonesian language :”Kembali Pengirim Perhubungan untuk sementara waktu terputus “(Return to sender the cute of road communications exist),
and One years later in CDS Padangsidempuan 12.8.59 the reciever get the money with red handstamped postmark in Indonedia langauge “DENGAN PERDJAJIAN AKAN MENGEMBALIKAN DJUMLAH INI KEPADA DJAWATAN PTT APABILA TERNYATA BAHWA POSWESEL ASLI DJUGA TELAH DIBAYAR”.WITH THE NUMBER OF THIS AGREEMENT WILL RETURN TO PROVE THAT IF PTT service money order also HAS PAID THE ORIGINAL
(This very interestin and rare postal history collections after APRI occupayied Padang City, the communication from Padang to Padang Panjang,Bukittinggi and Payakumbuh exist only with army Convoy, but to south Tapanuli still didinot exist-Dr Iwan Notes
29 Juli 1958
Mengenai Lintau buo ,menurut keterangan yang diperoleh koresponden ,sebelum APRI mengadakan gerakannya,daerah tersebut menjadi tempat pemusatan sisa-sisa pemberontak PRRI. Dari daerah ini pula kaum pemberontak mempersiapkan penyerangan ke kota Batusangkar pada tanggal 29 Juli 1958 yang dapat digagalkan APRI
Menurut keterangan 1300 orang sisa Pemberontak PRRI dipusatkan didaerah ini ,terdiri dari 500 orang apa yang mereka namakan “KKO PRRI” dibawah pimpinan Kapten pemberontak Ali Sjahruddin yang terdiri dari Pemuda-Pemuda Pasar dan Preman Pakanbaru dan sekitarnya. 500 orang lagi dari Pasukan yang mereka namakan SKDR(Staf Komando Dearah riau) dibawah pimpinan Mayor pemberontak Sjamsi nurdin,yang sebagian besar terdiri dari Pelajar dan 5000 orang lainya lagi dari pasukan yang mereka namakan “ Baringin Sati” dan kemudian ditukarnya dengan nama “Harimau Minang” dibawah pimpinan malin Maradjo.
(SK Pemuda 20 Agustus 1958,koleksi dr iwan)
1 Agustus 1958
INFORMASI DARI SK PEMUDA
APRI HANCURKAN DAERAH KERAMAT PEMBERONTAK PRRI BURHANUDIN HARAHAP. SERING DI LINTAU BUO
Koresponden INPS yag baru-baru ini mengikuti gerakan pembersihan
kedaerah Lintau Buo dalam kabupaten Tanah datar yang selama ini belum dibebaskan oleh APRI menulis kesan-kesannya sebagai yang diuarikan dibawah ini.
Daerah Lintau buo dalam Kabupaten Tanah datar yang letaknya lebih kurang 40 km dari kota batusangkar, yang selama ini oleh kaum pemberontak PRRI dijadikan tempat pemusatan sisa-sisa pengikutnya dan diberikan julukan nam “ daerah Keramat” yang menurut mereka tak dapat dimasuki APRI,pada tanggal 1 Agustus telah dapat dibersihkan oleh APRI.
Memang menurut sejarah seperti juga daerah Kamang ,Lintau tidka pernah dapat dimasuki oleh tentara Belanda ketika melakukan Agresinya dan tiap usaha memasukinya dapat digagalkan dengan meninggalkan korban yang bukan sedikit
Tapi kedua tempat itu telah dapat dimasuki oleh APRI, Pasukan APRI yang memasuki daerah tersebut bergerak
dari Tanjung Ampalu pada tanggal 1 Agustus 1958 dan sampai di Lintau Buo jam 16.00 sore itu juga tanpa menemui perlawanan dari kaum pemebrontak.dalam gerakan pemebrsihan ini mendapat bantuan sepenuhnya dari pesawat AURI.
Menurut keterangan yang diperoleh di padang, Burhanuddin harahap yang menamakan dirinya “Menteri Pertahanan PRRI” sering berada didaerah sekitar Lintau Buo,ia sering datang kesini dengan menyamar memakai kain sarung ,berkopiah, dan sering kelihatan kumisnya dicukur.
Tempat persembunyian selalu di Unggan dan kalau ia bepergian elalu dikawal dengan keras oleh orang-orang yang tergabung dalam pasukan TII, tetapi setelah Lintau buo dibersihkan oleh APRI,Burhanuddin harahap mengundurkan diri lebih kpedalaman yaitu perbatasan anatar kecamatan lintau buo dengan kecamatan Sijunjung.
Sumpur kudus
(SK Pemuda 20 Agustus 1958,koleksi dr iwan)
Agustus 1958
Sekitar akhir Agustus sembilanbelas limadelapan
Tujuan perjalananku terganggu
Ketika dari Utara kutersendat di Tantaman
Kini terjarak waktu setengah abad
Kulingkari Gunung Singgalang dan Tandikat
Menuju Malalak belum pernah kulihat
Tahun lalu ikut dihantam gempa dahsyat
Merenung di pinggir kampung Malalak Barat
Geografi Tantaman Simpang Malalak kuingat-ingat
Balingka Lawang jalan yang sendat
Pandanganku lepas ke Pantai Barat
Seperti di Tantaman dahulu di Masa Darurat
Polapikirku saling berkisar di dua topik
Kuah Darah Perang Saudara dianggap heroik
Gempa Piaman seketika membuat panik
Kenangan mssa ku berbolak balik
Bertema Sejarah Kampung Halaman nan unik
Di Pinggir Kampung Malalak Barat
Terbayang di angan di bawah bukit
Walaupun mataku tidak melihat
Tanjung Sani dihempas gempa penuh jerit
Jauh pandangan ku di Sebelah Barat
Terbayang di ufuk episenter yang kuat
Pusat Gempa menghantam Sumatera Barat
Ditahan di Timur oleh Tandikat
Kuarahkan perjalanan ke Selatan
Melalui nagari-nagari di Patamauan
Mengobservasi daerah nan jadi korban
Hoyakan gempa tidak tertahan.
Rusli Marzuki dan Buya Mas’oed
Syair Sejarahmu taut bertahut
Setengah abad telah berlarut
Airmata, Darah, dan Doa sangkut-berpaut
Bahagia dan duka taut-bertaut
Agustus 1958
Pemimpin Redaksi Harian haluan Darwis Abas “Terompetnya PRRI”Ditembak mati di Cengkeh
Saya sendiri sbg Orang Minang tidak suka kalau peristiwa ini dianggap pemberontakan,dan lebih suka mengkategorikannya sebagai “pergolakan” daerah.
Dari PRRI ini, saya sbg putra kedua dari Darwis Abas, yang dulu sbg Pemred Harian Haluan yang ditembak mati oleh tentara pusat yang dikomandoi Ahmad Yani( ref makalah diatas ayah saya dianggap sebagai”terompetnya PRRI”,dia menjadi korban keganasan tentara saat itu, dibunuh di Cengkeh Padang Agustus 1958
(Syukran Darwin Abas)
Saya masih ingat didalam surat kabar Haluan ada suatu rubrik cerita yang lucu namanya di Jibun .sayang tidak ada surat kabar tersebut ditemukan karena rakyat minangkabau takut menyimpan harian haluan masa PRRI tersebut karena takut dituduh mata-mata PRRI
(Dr Iwan)
Peranan PHB didalam Perang Radio dengan PRRI
Oleh Ltn winoto
Mungkin sdr telah mendengar sepasukan Batalion Bateng Raiders Divisi Diponegoro pad atanggal 12/3-58 telah berhasil mendarat dan menduduki kota pakanbaru. Tidak disangsikan lagi didalam pasukan itu terdapat Peleton PHB-nya yang berkauatan julah anggota 22 orang.Kebeulan saya yang diserahi bertanggung jawab terselenggaranya cara bekerja komunikasi PHB.
Selam pasukan tersebut bertugas tentu Sdr akan sudah mengerti bahwa disamping kesanggupan dan semanggat bekerja dari pada anggota PHB untuk memenuhi kewajibannya,kami hanya dspat mengunakan alat-alat PHB, yang sangat sedikit dan merosot keadaan teknisnya.
Segala macam gerakan infantry yang akan dilancarkan, dengan tenaga dan alat itu pula kami harus menyesuaikan diri.Mungkin pasukan keluar masuk hutan lebat,menyusur pantai,naik turun gunung ,mendaki bukit dan perlu disertai bantuan artileri jarak jauh berikut kapal terbangnya.
Kesemuanya harus dikoordinir sebaik-baiknya oleh kemampuan komunikasi PHB. Betapa pentingnya peran PHB, selama pasukan infantry bergerak mngulung pemberontak PRRI,tidaklah perlu diapnjang lebarkan ceritanya.Akan tetapi, satu hal penting dikethui dan dicatat oleh para tokoh PHB , bahwa akibat dipelajarkan nya vak PHB di SSKAD,PPPL dan lain sebagainya, kami sekarang benar-benar melihat,setiap Komandanpasukan (didaerah bekas PRRRI) tidak pernah pisah dengan Komanda PHBnya,kemanapun beliau pergi atau membuat siasat pertempurannya. Ini adalah suatu kemajuan yang snagat mengembirkan ,yang berrati pula timbulnya suatu kenyataan bahw aPHB, tahu 1958 itu benar-benar lin dengan PHB tahanu 1945 sampai dengan tahun 1957.Keuntungan lain ialah apabila Negara kita cq APRI akan merencanakan dan melaksanakan operasi militer bersama diantara Angkatan Darat.Laut dan udara,para Prajurit PHB tidak pelu kuatir lagi,karena segala sesuatunya tentu sudah dipikirkan oleh atasan,tidak seperti pada tahun-tahun yang lalu.
Hanya perlu kita doakan bersama,agar alat-alat PHB,yang skearang sudah merupakan besi tua ini,segera ada gantinya yang lumayan.
Sdr mungkin sudha mengetahui mungkin juga ada yang belum mengethaui, bahwaanya Pleteon PHB yang melayani Banteng raiders(BR) hingga sekarang ini sudah berlong march lebih dari 800 km dengan waktu 4 bulan.
Memang benar, arti BR itu hanya Banteng Raiders saja, tetapi ada sementara anngota yang mengartikan dengan “Bojok remuk”,kecuali kita harus menarik pelatuk senjata kalau bertempur dengan musuh gaya berat dari P 22 Scr 694 G.N. dan segala perlatanya harus dipikul dengan tenaga yang ada pada kami . bantua rakyat tidak mungkin diharapkan karea lecuali mereka sudah terlalu mendarah daging diracuni propaganda PRRRI denga anati Pusatnya, juga rakyat tidak baik dibawa dalam pertempuran yang tarsus menerus itu.
(majallah PHB no 8/1958)
3 Agustus 1958
Pada tanggal 3 Agustus 1958 Pasukan APRI meninggalkan Lintau buo untuk meneruskan gerakannya pembersihannya ke
Tanjung sungayang. (SK Pemuda 20 Agustus 1958,koleksi dr iwan)
4 Agustus 1958
Pada tanggal 4 Agustus pasukan APRI dari tanjung sungayang kembali lagi ke Batusangkar (SK Pemuda 20 Agustus 1958,koleksi dr iwan)
5 Agustus 1958
Pada tanggal 5 Agustus 1958 pasukan APRI melanjutkan gerakan pembersihan
ke Talang tengah , tempat persembunyian kaum pemberontak PRRI, dimana mereka sedang melatih pemuda-pemuda kampong, Pada saat APRI masuk nagari Talangtangah ,Nagari tersebut dalam keadaan terbakar hebat.
Menurut keterangan penduduk disana ketka itu pemberontak sedang melatih tentara sukarela yang diambil dengan paks dari penduduk setempat. Dianatra rumah penduduk itu terdapat tempat penyimpanan senjata dan bhaan mesiu pemberontsk PRRRI yang tidak sempat dibawa lari. Akibat pembakaran itu lebih kurang 200 rumah penduduk hangus menjadi abu. Dalam gerakan pembersiahn di talangtengah pasukan ASPRI berhasil menawan 3 orang anggota Pemberontak lngkap dengan senjatanya.
(SK Pemuda 20 Agustus 1958,koleksi dr iwan)
9 Agustus 1958
Informasi dari SK POS Indonesia
PRESIDEN MENGAJAK ADAKAN REVOLUDI DALAM ILMU PENGETAHUAN
Masih saja dipakai sistim filsafah,teori politik dan outlook yang sudah using. Tanpa suasana Politik yang sesuai dengan pembangunan itu pembangunan tidak dapay berjalan denag baik.Pembangunan tak mungkin diadakan dalam susasna bertengkar.
Dalam resepsi penutupan Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional di Malang hari Juma’at siang ini Prsediden sukarno mengajak para sarjana yang berkumpul dikota ini untuk berani mengadakan revolusi pula dalam ilmu pengetahuan.Dikatakannya bahwa kita sampai sekarang masih saja memakai system falsafah teori politk dan outlook yang using,yang dilahirkan dalam abad yang lalu,abad lahirnya industrial revolution, sedasng kita kini hidup dalam abad nuclear revolution.Presiden menyatakan,bahwa kaum sarjana harus berani think and rethink ,terus berusaha mencari kebenaran dan mengabadikan Ilmu Pengetahuan pada masyarakat yang bercita-citkan Keadilan dan kemakmuran.
Sekali lagi Presiden menrangkan tentang pentingnya modal(modal nasional dan kalau perlu pinjaman, tetapi jangan investasi modal asing) Mangerial Knew how (dimana science penting sekali) dan suasana (terutama suasana politik) yang baik bagi pembangunan.Berkali-kali Presiden mengemukankan perlunya kaum sarjana melakukan her-orientasi ,karena tanpa ini Ilmu Pengetahuan akan beku, mati, menjadi bangkai,.Terutama dikemukakannya pentingnya kaum sarjana untuk menyelenggarakan blue-print Pembangunan sesudash ini disetujui oleh DPR kelak.
SURAT PERINTAH KASAD
MASUK PARTAI ATAU TIDAK? SEMUA PEGAWAI NEGERI GOLONGAN F HARUS MEMBERI KETERANGAN KSAD Letnan Jendral A.H.Nasution selaku Pneguasa Perang Pusat telah mengeluarkan surat perintah kepada semua kepala Urusan pegawai dari semua Kementerian dan Instasi Pemerintah Pusat, yang mewajibkan mereka untuk menyampaikan Laporan mengenai Keanggotaan Partai Politik daripada semua Pegawai negeri Golongan “F” yang administratip berdada dalam pengurusannya., harus disampaikan kepad penuasa Perang Pusat KSAD,dalam hal ini pejabat yang ditunjuk ialah Assisten I KSAD paling lambat tgl 30 Nopember 1958. Surat Perintah ini dikeluarkan atas dasar pertimbangan dalam hubungan dengan penyelenggaraan ketertiban dan keamanan umum dalam intasi pemerintah.Jurubicara KSAD menegaskan bahwa hal itu adalah salah satu pasal menyatakanSetiap Pegawai negeri wajib memberikan segala keteranagn yang diperlukan oleh Pemerintah Perang bila keterangan tsb sangat diperlukan untuk kepentingan ketertiban Umum maupun bila dperlukan untuk menegakkan kelancaran roda pemrintahan,demikian letnan colonel Pirgandie.
(SK POS Indonesia ,koleksi dr iwan)
10 Agustus 1958
Sampul Surat dikirim dariR Bassan djaja sutan Jalan dipati Ukur bandung dengan stempel pos bandung 10.8.58 diatas prangko definite desain karet 75 sen , dan diteruskan oleh pos milter dengan stempel pso militer 025 , 22.8.6.1958 kepada sdr K.K.P.B. Padang di Pandang(Sum barat)
(koleksi Dr iwan)
11 Agustus 1958
KELANJUTAN NORMALISASI KEADAAN NEGARA RI
Kementerian penerangan dalam ruang siaran Pemerintah sabtu malam menguraikan dalam acara “Kelanjutan Normalisasi Keadaan negar RI)
Rencana Normalisasi Keadaan yang dibicarakan Kabinet merupakan langkah normalisasi yang menjadi follow up atau kelanjutan sesudah berhasilnya tindakan tegas dan Operasional mematahkan potensi pemberontakan di sumatera barat dan Sulawesi utara. Terutama rakyat didaerah-daerah tersebut sedang mdnantikan kelanjutan langkah-langkah untuk menormalisasikan daerahnya sesudah beberapawaktu lamanya daerah tersebut dikocar-kacirkan para pemberontak dan dirugikan kerkayaan dan harta –Benda daerah dan rakyat olh Petualang-petualang itu dan mengalami kerusakan tidak sedikit.
Jika melihat keadaan daerah bekas pemberontakan itu khusus, maka ada dua masalah pokok yang menjadi objek langkah normalisasi itu.Pertama usaha dalam rangka keputusan Pemerintah melalui Munas dan Munap dalam bidang-bidang Pemerintahan dan Perekonomian serta Pembnagunan Umum, dan kedua normalisasi keadaan sesudah dikacaukan pemberontak dibidang Pemerintahan dan ekonomi.
Usaha Normalisasi yang umum, sudah tentu menjadi landasan utama,keputusan Pemerintah dalam MUNAS dan MUNAP tersebut, yang sebenarnya menunggu pelaksanaannya dan tempo hari tertunda karena pemberontakan itu.
Malah sebagian sudah dilaksanakan seperti pemberian subsidi kedaerah anatara lain sumatera Barat dan Sulawesi dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah,meliputi juga Biaya Pemereintahan, Pendidikan dan Usaha social lainnya dan rencana pengirman bahan makanan dan keperluan lainnya.
Dibidang ekonomi, maslah barter gelap sudah dikeluarkan Peraturan laranagn oleh Pemerintah, tapi tidak terlaksana seluruhnya terumatama sewaktu pemberontakan di sumatera barat dan Sulawesi Utara.,pihak Pemberontak melakukan terus perdagangan barter gelap itu.
Sekarang sebagai tindak kelanjutan normalisasi itu, tentunya menjadi perhatian khusus maslah perdagangan barter itu untuk pelaksanaannya.Selain itu yang mengenai bidang perekonomian, dan pembangunanumunya, perlu dilanjutkan rencana Pemerintah yang telah diletakka rangkanya dalam keputusan neklui MUNAS dan MUNAP itu, serta keputusan pelaksanaannya.
Yang Kedua, meliputi keadaan daerah khusus sesudah pemberontakan , rencana Pemrintah yang akan dilanjutkan ialah pembnagunan dan pengembalian keamanan keseluruhannya.
Betapa hebatnya penderitaan rakyat daerah selama pemberontakan itu, krugian yang dialami rakyat berupa harta milik dan korban jiwa serta perlakuan lainnya yang tidak kenal perikemanusiaan ,dapatlah kita ketahui jelas baik dari keterangan umum dan bekas Komandan “operasi 17 agustus” di sumatera barat Kolonel Ahmad yani .Selain korban manusia yang diderita Rakyat ,pun kesukaran yang dialami sebagai akibat pemberontakan seperti kekuranagn beras,obat-obatan, sekolah bagi pemuda pelajar dan mahasiswa ,kerugian materiiil seperti alat-alat kantor dlll yang dilarikan pemberontakan,Semuanya itu tentunya menjadi efek dari rencana Pemerintah kearah normalisasi keadaan daerah sesudah pemberontakan.
Guna melaksanakan tindakan normalisasi itu, baik dalam rangka rencana umum meliputi keseluruhan tanah-air kita maupun yang berkenaan dengan normalisasi daerah itu khusus sesudah mengalami pemberontakan diperlukan pula ketenangan dan keamanan.sebab elama dibagian tanah air ini masih ada pergolakan dan pertentangan serta ganguan-ganguan keamanan, maka keadaan ini akan merupakan gangguan bagi tindakan Pemrintah untuk normalisasi keadaan.
Oleh sebab itu perlu juga diserukan kepada segenap lapisan masyarakat diseluruh Tanah Air supaya memberikan bantuan nya pula kepad usaha-usaha pemerintah untuk normalisasi keadaan Negara dan daerah itu.Salah satu usaha yangperlu perhatian, ialah mengelakkan Provokasi yang merugikan, baik datang dari luar maupun dalam negeri kita sendiri,maupun usaha pengacau lainnya dalam bentuk apapaun disegala lapangan.
Tetaplah kita waspada terhadap nusuh-musuh disegala lapangan ,yang masih mengcau baik dari luar mapun dari dalam negeri sendiri.tetapi sudah pasti kita tidak bisa menungggu lebihlama lagi usaha normalisasi Negara dan daerah ,guna mengatasi kesulitan sekarang,dan untuk memenuhi harapan rakyat,demikian KEMPEN
(SK Pos Indonesia,11 agustus 1958,koleksi Dr iwan)
Komentar dr Iwan
Pada saat sesudah Kota Padang dibebaskan ARI, sekolah tetap berjalan dengan lancer hanya keuliatn guru, guru-guru dimana saya sekolah SMP FRater,kecuali frater masih ada beberapa orang,ada pelajaran yang gurunya masih baru dan belum begitu pengalaman sehingga sebagai murid kita harus aktif belajar mandiri,saya banyak belajar dari buku-buku yang saya peroleh saat mengikuti pertandinagn tennis meja di Surabaya tahun 199,dan tennis di semarang tahun berikutnya sehingga berhasil lusu ujian Negara sMP dengan nilai yang lumaya, kami hanya lulsu 8 orang dari 32 murid kelas III jurusan B,inilah hasil SMP Frater yang paling jelek dalam sehjarah sejak berdiri, dan hanya 5 orang yang diterima di SMA Don Bosco jurusan B,kami seluruhnya yang lim aorang tiga orang jadi dokter,2 orang lulus fakultas tehnik,sedang yang tidak diterima terpaksa sekolah di SMA Adabiah,dan yang tidak lulsu terpaksa mengulang tahun berikutnya,
Guru say Ahli Paru Prof Ilyah dt batuah mengayakan kepada saya bahwa akibat penderitaan rakyat baik fisik maupu mental,sejak setelah PRRI penderita penyakit TBC Paru sangat meningkat,dengan sangat gigih kami yang bertugas di suamtera barat sebagai doker telah berusah dan berhasil mengobati dan mencegah berkembangnay penyakit TBC paru tersebut,saat saya bertugas di solok tahun 1974-1979,saya menemui sangat banyak rakyat Minang asal solok yang menderita TBC=paru dan saya telah membantu mereka dengan program terapi murthakhir dengan biaya sangat ekonomis untuk membuat penyakit jadi inaktif dan mencegah penularannya lebih lanjut,saya harap saat ini permaslahan TBC paru tersebut dapat teratasi.
(Dr Iwan)
16 Agustus 1958
APRI SERANG BUNGUS
Penerangan Komando operasi 17 Agustus mengabarkan ,bahwa dalam suatu gerakan pembersihan yang dilakukan dengan snagat tiba-tiba dan sangat mendadak paukan APRI tanggal 16 Agustus siang telah memukul dan mencerai-beraikan pusat-pusat kecil dari sidsa pasukan pemberontak di Bungus,suatu tempat anatara Padang dan Painan.
Serangan yang sangat cepat dan mendadak itu telah menyebabkan pasukan PRRRI lari mocar-kacir dan bingung dan dalam tembak menembak yang terjadi 15 orang kaum pemberontak tewas, sedang mayat-mayatnya ditinggalkan begitu saja oleh kawan-kawannya.Sejumlah senjata diantaranya sebuah karaben dengan pelurunya telah jatuh ketangan APRI sedang dari pihak APRI tak seorangpun yang kean atau luka-luka(Ant.)
(SK Indonesia raya,koleksi dr iwan)
17 Agustus 1958
Dalam upacara HUT 17 Agustus 1958 yang diadakan di Balai Satu dihadiri oleh masyarakat ramai dan para pelajar, Jusuf yang tampil di podium sebagai pembaca Piagam Dewan Perjuangan ……
Pernyataan Kolonel A. Husein mengenai terbentuknya P.R.R.I.
Istri Yusuf namanya Nismar Hamid kakak kandung dari Azwar Hamid dan istri penulis sendiri
Sumber nagari web blog
Kisah lengkap baca pada lampiran Kisah Nyata Masa PRRI
Sekitar bulan Agustus sampai September 1958 Markas PDM dipindahkan ke Padang Panjang (Kantor koramil sekarang) dan Markas PODM di Padang Panjang dibubarkan, akan tetapi di Batusangkar dibentuk lagi Markas PODM dengan lokasi Markas PODM dengan lokasi Markas tetap disebelah kanan kantor PUSPENMAS Batusangkar, dengan pejabat PODM adalah Pelda Hasan Basri.(kodimtanahdatar)
21 Agustus 1958
Informasi dari SK Indonesia Raya
PENDARATAN 2000 TENTARA AS DI SINGAPURA MENGELISAHKAN
Dubes Jones: Tak Perlu Khawatir ,Hnay rekreasi Belaka, Akan Pergi dalam 2-3 hari
Menteri Luar negeri Dr Subandrio menerangkan atas pertanyaan pers, bahwa pndaratan 2000 tentara amerika serikat di Singapura adalah sangat mengelisahkan ,nerhubung dengan masih adanya persoalan di Timur tengah dan juga karena kita masih menghadapi pemberontkan dalam negeri.
Dalam suasana sekarang ini memang Pemerintah Indonesia mengharapkan supaya *ndonesia diberitahukan lebih dahulu mengenai gerka-gerik Angkatan Perang Asing disekitar Indonesia, justru untuk tidak menimbulkan kecurigaan dikalangan rakyat,demikian Subandrio.
Mengenai senjata Amerika Serikat yang telh didaratkan oleh pesawat Glober Master di jkarta atas pertanyaan , Subandrio menerangkan, bahwa senjata itu adalah sebagain dari senjata AS yang penjualanannya kepada Indonesia telah disetujui ,Subandrio tidak menerangkan tentang jumlah,harga dan macam senjata itu.
(SK Indonesia raya,koleksi dr iwan)
22 Agustus 1958
Informasi dari SK Warta Bandung
MAKLUMAT KSAD
DILARANG KERAS BERHUBUNGAN DG PRRI,PERMESTA &DI/TII Yang melanggar akan dikenakan Hukuman
PKI AKAN USULKAN AGAR KOSTITUANTE MEMBUBARKN DIRI Kalau tidak ada Gambaran Akan Hasil
ALM KAPTEN UDARA NAJARANA GUGUR SEBAGAI PAHLAWAN Upacara pemakaman Jenazah Kapten penrbang Najarana susilo yang gugur dalam melaksanakan tugasnya menumpas pemberontakan Permesta di Manado pada kamis pagi telah dilangsungkan,dihadiri oleh KSAU laksmana madya suryadarma ,Panglima TT III kol Kosasih,Kepala daerah Jawa barat Oja Somantri,Komandan pangkalan husein sastranegara Let.kol. Wiriadinata.
Menteri Luar Negeri Subandrio KITA BELI SENJATA DIMANA SAJA SETELAH AMERIKA NYUSUL INGGRIS
(SK Warta Bandung ,koleksi dr Iwan)
22 Agustus 1958
Surat dikirim dari Bandung 23.8.58 stempel tak jelas ke Padang dengan prangko 25sen, baru sampai di Padang 22.8.60 dikirim liwat pos Militer mungkin surat ini nyasar kemana ?
25 Agustus 1958
Informasi dari surat kabar Sin Po(koleksi Dr iwan)
Masih Ada Negara”Sewakan” Lapangan Terbang Kepada Pemberontak Awas PM Djuanda pernah peringatkan akan membalas serangan terhadap Wilayah RI
Ketua seksi Pertahanan Parlemen <Manai Sophian (PNI),menerangkan dalam percakapan dengan pers bahwa sesudah semua Lapangan Terbang di Seluruh Tanah Air dibebaskan dari tangan kaum pemberontak oleh APRI kita, tidak mungkin ada lagi Lapangan terbang yang dapat digunakan oleh Kaum Pemberontak untuk memberangkatkan sesuatu PesAwat Terbng guna melakukan pengeboman atau pengacauan didaerah RI.
Oleh karena itu,maka ketua Seksi Pertahanan Parlemen itu berpendapat bahwa masih adanya pesawat terbang asing yang diseewa oleh kaum pemberontak untuk melakukan pengacauaan didaerah Indonesia bagian Timur tentunya diberangkatkan dari suatu Lapangan terbang diluar wilayah RI (dari Negara lain)
Peringatan Djuanda
Berhubung dengan itu maka Manai Sophiaan berpendapat bahwa kewajiban Pemerintah sekarang ialah menyelidiki Pngkalan terbang Asing manakah yang dipakai untuk memberangkatkan Peasawt terbang Asing yang disewa oleh kaum Pemberontak.Dalam hubungan ini ,Manai Sphiaan memperingatkan bahwa PM Djuanda dalam keterangannya kepada Parlemen pernah menyatakan bahwa apabila Pemrintah Indonesia dihadapkan terus-menerus pada kenyataan tentang dipakainya Lapangan terbang oleh Kaum Pemberontak PRRI/Permesta ,maka
Pemerintah Indonesia akan mengerahkan kekuatannya untuk membalas serangan Pemberontak yang berpangkalan dilapangan terbang asing itu,dengan mengambil resiko Pemberontakan di Indonesia menjalar jadi Persengketaan Internasional.
Dengan demikian Manai berpendapat bahwa apabila Pemerintah menegtahui Pangkalan Asing yang dipakai oleh Pesawat asing yang disewa kaum pemebrontak maka peringatan PM Djuanda didepan Parlemen itu akan tidak dapat dihindarkan pelaksanaannya.
Terus waspada
Patut ditambahkan bahwa seperti diberitakan Kantor berita Antara, menjelang perayaan ulang tahun ke-13 RI baru-baru ini di Menado masih terjadi serangan oleh pesawat terbang asing guna mengacaukan perayaan itu.Manai membernarkan ketika salah seorang wartawan mengatakan bahwa seklaipun berita tentang Pengacauan Pemberontak dengan peswat asing itu sudah agak terlambat ,tapi soalnya kalau bisa menjelang hari Preoklamasi tempo hari,maka unya juga bisa diulangi lagi dihari-hari yang akan datang, lebih-lebih jika kitta kurang waspada.
Peristiwa PRRI-PERMESTA Dibukukan
Peristiw PRRI-Permesta oleh Letkol Pirgandie telah dibukukan dan diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Indonesia, buku yang berbahsa Indonesia sedang dicetak di Jogya.
KUOMINTANG DILARANG
Penguasa Perang Daerah Swatantara I Jakrta Raya Letkol E.Dachjar mulai tanggal 20 Agustus 1958 melarang semua kegiatan dan berdirnya partai,Badan dan Yaysan dri golongan Kuomintang dalam daerah hokum Jakarta. Dalam larangan itu dimaksud juga badan yang menjadi bagian atau sehaluan dengan Kuomintang termasuk cabang-cabang dan ranting-rantingnya.Yang dimaksud dengan partai Kuomintang ialah A.Tjanang,Bagian,Ranting dari partai tersebut.B.Organisasi ,Badan,Yayasan yang sehaluan dengan partaitersebut.C.Badan Hukum dimana terdapat diantara Pengurus,Direksi,Komisaris,Pemegang Saham atau Pegawainya terdapat orang jadi atau pernah jadi anggota partai Kuomintang.
PERMULAAN INVASI?
Kapal perang RRC dan Taiwan senin pagi telah terlibat dalam salah satu pertempuran Laut yang terlama yang eprnah berkobar dalam Permusahan dis elat Taiwan.
Kapal Perat RRC minggu malam telah menyerang Kapal Taiwan disebelah selatan Quemoy dan pertempuran ini masih terus berlangsung sampai senin pagi demikian menurut pengumuman Kemnterian Pertahanan Taiwan.
Sumber Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan bhawa serangan serntak dari Udara,Laut dan Drat itu mungkin merupakan permulaan suatu Penyerbuan terhadap Quemoy.Seorang jurubicara Kementerian itu mengatakan bahwa kapal perat RRC dan Taiwan sedang bakuhantam di perairan antara Quemoy Besar dan Pulau RTungting yang dikuasai Taiwan diujung selatan Taiwan.
QUEMOY YANG DISERANG,DULLES YANG MARAH-MARAH
Menururt Kementerian Pertahanan di Pulau Taiwan, meriam RRC malam Minggu yang ini telah memuntahkan lebih dari 55.000 buah peluru didalam jangka waktu 2 jam terhadap 2 pulau yang diduduki pasuka Kuomintang yakni Quemoy besar dan Ketcil. Dikatakan bahwa ini adalah pemboman yang paling hebat atas pulau-pulai tadi selama sejarah permusuhan didaerah selat Taiwan .
Ini mungkin permulaan dari pemboman untuk melelahkan pihak Chiang Kai Shek ,siang-malam, untuk melelahkan Gernisun Quemoy.
DULLES MEMPERINGATKAN
Amerika Serikat Sabtu 23-8 secara tidak langsung memperingatkan RRC supaya jangan sampai berusaha merebut Quemoy atau Matsu karena langkah itu bisa membahayakan Perdamaian didaerah sekitarnya.Peringatan ini tercantum didalam surat dari Mentyeri Luar negeri AS Dulles kepada Ketua seksi Luar negeri Majeleis Rendah AS Thomas Morgan dan morgan dengan segera mengumumkannya.Dalam surat tadi Dulles mengatakan bahwa merasa “gelisah”bahwa Angkatan Perang RRC dipesisir Tiongkok Drat yang letaknya seberang Menyeberang dengan Pulau Quemoy,Matsu dlll yang didduki pasukan Kuomintang diperkuat. Surat dulles tadi adalah Jawaban terhadap surat Morgan Juma’at ini dalam mana Morgan mengatakan bahw aia “merasa kuatir” memperhatikan Laporan bahwa Angkatan Udara RRC disebrang Pulau Quemoy dan Matsu sedang diperkuat.
ISI SURAT DULLES
Kata dulles dalam suratnya AS sungguh merasa gelisah dengan adanya bukti tentang Pemusatan Kekuaatan Komunis tiongkok.Hal ini menimbulkan dugaan bahwa mereka(RRC) mungkin akan ken goda untuk mencoba merebut dengan kekerasan Pulau Quemoy atau matsu.Saya kira akan sangat besarlah resikonya bagi setiap orang yang berkata bahwa seandainay Komunis Tiongkok mencoba mengubah keadaan ini dnegan kekerasan dan mencoba menyerang dan menaklukan Pulau-pulau itu,maka hal itu dapat mwrupakan operasi yang terbatas sja, saya kuatir bahwa perbuatan semacam itu akan berarti ancaman terhadap Perdamaian daerah itu,.Oleh sebab itu saya mengharapkan dan saya percaya bahwa itu tidka akan terjadi kata dulles.
Info terkait
(Quemoy 1958 – A kind of/sort of shooting war)
With Cold War fears dominating our life and policies towards the rest of the world in the 1950s, there was no end to skirmishes, threats and outbreaks in just about every corner of the planet.
One such skirmish had to do with the Formosa Straits, the islands lying between Mainland China and Taiwan known as Quemoy and Matsu.
Their possession had been contested ever since Mainland China fell to the Communists and the former government of China set up shop on Taiwan in 1949. At the time, Mainland China wasn’t recognized by the the United States or the U.N. and Taiwan, or Free China as it was known, was.
So when the Mainland Chinese launched a series of bombings and a threatened invasion on the islands of Quemoy and Matsu in September of 1958, the Domino theory of Communist conquest came into full play, and The U.S. was quickly drawn into the conflict, prompting President Eisenhower to go before the American people and explain what was going on and what we were potentially about to get ourselves into.
Pres. Eisenhower: “Congress has made clear its recognition that the security of the Western Pacific is vital to the security of the United States, and that we should be firm. The Senate has ratified by overwhelming vote, security treaties with The Republic of China, covering Formosa and The Pescadores, and also the Republic of Korea. We have a mutual security treaty with the Republic of The Philippines which, situated so close as it is to Formosa, could be next in line for conquest if Formosa into hostile hands.”
The crisis eventually simmered down, with Mainland China backing away from a full-on shooting war. But it certainly didn’t end the saber rattling that went on in the region.
Then again, Vietnam was on slow simmer at the time.
(newstalgia)
FRAKSI-FRAKSI ILSAM DI KONSTITUATE BERJINGKRAK MERAS TERSINGGUNG OLEH KRITIK SARTONO
Ketua frakis Masjumi,NU,PSII<PERTI,PPTI dan AKUI dalam Konstituantye telah meminta perantaraan Ketua Konstituante untuk meminta kepada ketua Parlemen Mr sartono mencabut ucapannya di Magelang.Pada surat yang meminta perantaraan tersebut, dilampirkan berita surat kabar “Kedalatan Rakjat” di Jogya yang memuat ucapana Mr sartono dalam pertemuan dengan para pemimpin di Magelang.
Demikianlah isi suart tersebut:”Kedaulatan Rakjat “Jogya tgl 14-8- memuat laporan mengenai pidato Mr sartono itu sebagai berikut :”Mengenai Demokrasi terpimpin,Mr sartono katakana, bahwa Demokrasi terpimpin dengan UU Dasar berdasarkan Panca sila itu, merupakan syarat mutlak untuk Kesatuan Negara dan bangsa Kita yang terdiri banyak Pulau dan Suku-Suku Bangsa itu,
Hendaknya konstitunte dalam hal ini dapat berbuat hanya memperbaiki UU Dasar Sementara itu dengan tidak merobah azas dan tujuannya, merobah Azas dan Tujuan ,berarti tidak mentaati kepada jiwa Proklamasi.
Kalau ada anggota tentara bertanya kepada saya , apakah yang akan diperbuatnya, jika konstituate merubah UU Dasra yang tidak lagi berdasarkan Panca sila ,maka bagi saya, Jika saya jadi Tentara, tidak akan mentaati Putusan Konstituante itu.dan Konstituante yang merobah UU Dasar tidak berdasarkan Panca sila itu, sudah tidak metaati lagi pada tujuan Prokjlamsi ke,rdekaan kita.
Demikian Mr sartono menurut “KR” Ia berbicara dikediaman Residen Kedu dimuka Pejabat-Pejabat Sipil dan Militer setempat. Minggu Mlam usaha untuk menghubungimMr sartono, untuk ditanyai bagaimana pendapatnya mengenai hal tersebut ditas tidak berhasil.
( SK Sinpo,koleksi dr Iwan)
September 1958
Gejolak api besar membakar satu kampung yang tak mungkin saya lupakan.
Saat itu penghadangan oleh gerilya PRRI di Jalan antara Solok – Padang sekitar
nagari Cupak, kabupaten Solok, mungkin pertengahan September 1958.
Saya melihat peperangan dan gejolak api dari tempat persembunyian di dangau Santo di Batu Kuali di lereng bukit di sebelah Selatan.
(Nagari Com)
Kisah lengkap baca di lempiran
Saya jadi ingat saat bertugas di Solok tahun 1974, ketika bersama orang tua naik mobil pribadi toyota Corolla 1000 cc, hamper saja menabrak seorang anak kecil umur 4 tahun yang tiba-tiaba lari menyebrang dari rumahnya, untung saya dapat mengrem karena jalan mobil cukup pelan saat itu lagi ramai hari pasar, tiba-tiba orang—orang drai pasar lari menyerbu hendak merusak mocbil, saya saat itu berpakaian preman, keluar mencabut revolver dan siap untuk menembak perinagtan keatas , dan melihat anak tersebut diatas kap mobil dan ternyata masih hidup dan sehat, dan beberapa polisis lalulintas dari polres Solok berteriak itu dokter polisi dan saya selamat dari serbuan rakyat.
Kemudian bnayak orang cupak yang berobat ke tempat praktek pribadi saya di solok.
(Dr iwan)
September 1958
Yon E berangkat ke Jambi dan Bengkulu dipimpin oleh kapten Win Tamawawi sukses menumpas gerombolan dan kehilangan satu orang anggota Serka Ito Tusnawan di front Muara Tebo yang berlangsung pada September 1958 s/d Mei 1959
Sedangkan Yon A yang ikut melaksanakan operasi sadar yang dipimpin oleh Kolonel Ibnu Sutowo berhasil membersihkan pengaruh PRRI pada unsur perwira di wilayah TT.II/SRIWIJAYA.
Hasil gemilang diperoleh oleh Yon C TT.II/SRIWIJAYA pimpinan Mayor Sai Sohar yang berhasil merampas 100 pucuk senjata dan menewaskan 250 orang musuh difront bengkulu, dengan kerugian gugur 10 orang personil.
(KODAM Sriwijaya weblog)
3 Oktober 1958
Dalam rangka mengakhiri pergolakan separatis bersenjata PRRI,Siliwangi dengan Surat Keputusan Panglima TT III tertanggal Bandung 3 Oktober 1958, telah menyusun suatu Resimen Team tempur dengan nama pengenal RTP-01/Siliwangi.
Setiap enambulan sekali pimpinan pasukan tersbut telah mengalami pergantian .
Adapun pimpinan itu berturut-turut adalah letbnan Kolonel Umar Wirahadikusuma, Letnan Kolonel E.Dacgjar, Letnan Kolonel Ishak JUarsa,Letnan Kolonel Supardjo dan Letnan Kolonel R.Tarmat widjaja.
Tim termpur RTP-01/siliwangi terdiri dari battalion 309 dan 330/Kujang I, Batalion 328/Kujang II dan Gabungan “Galuh” .dan terdiri dari kesatuan Kaveleri,Artileri ,dan lain-lain kesatuan bantuan.
RTP-01/Siliwangi mendapat tugas didaerah Tapanuli,suatu daerah dimana pengikut PRRI berbeda dengan di daerah lainnya,ternyata melakukan perlawanan yang cukup gigih.
RTP 01-Siliwangi mulai terjun didaerah operasi pada minggu terakhir Oktober 1958
. Kapten Sinta Pohan dan kawan-kawannya mendudung PRRI,menyabot usaha pembangunan di tapanuli.
Mereka menentang pembukaan lapangan terbang Pinangsori dan menyusun organisasi penyeludupan lewat pelabuhan laut Sibolga,serta dengan diam-diam mereka menerima senjata dari Sumatera tengah dan mempersenjatai pemuda-pemuda yang disebut”Pemuda Pelopor Pembnagunan”,juga mereka melalukan penyeludupan dan barter.
Pasukan Kapten Sinta Pohan kemudian bergerak kearah Medan ,dan pasukan PRRI yang mundur dari Kota Medan akibat diserang oleh tentara APRI dalam operasi SAPTA MARGA ,bergabung ke Tapanuli,sehingga Tapanuli menjadi pusat dan pangkalan penyerangan PRRI.
Kecuali Sidikalang,pasukan TNI TT I/Bukit Barisan dan Batalion 322/Siliwangi tidak ada yang masuk kedaerah keResidenan Tapanuli,mengapa demikian?
Hal ini karena KSAD(Kepala Staf angkatan darat, A.H.Nasution) tetap memegang teguh janjinya untuk tidak mengusik daerah Tapanuli,dengan harapan daera RI 3 sendiri akan bertindak dan menyelesaikan persoalan pasukan PRRI di daerah Tapanuli,akan tetapi karena faktor kekuatan yang tidak berimbang,Mayor Sahala Hutabarat tidak mampu untuk melaksanan pengamanan mandiri,sehingga pasukan PRRI dengan leluasa mengunakan daerah Tapanuli sebagai pangkalan penyerangannya.
(Djamin ginting)
19 Oktober 1958
Foto Bergelimpangan mayat mayat mereka ,mati muda karena mereka mengikuti kata hati mereka, inilah anak buah Sinta Pohan yang tewas dalam pertempuran dekat Siantar.
Pada tanggal 19 Oktober sekitar jam 16.00 sore terjadi Pertempuran sengit
didekat kota Pematang Siantar
antara Pasukan Pemerintah (RPKAD) dan Pasukan Resimen II yang dipimpin sendiri oleh Mayor Manaf Lubis
di desa Simarimbun (7 km dari Siantar) .
Pertempuran berlangsung selama empat jam ,dimana kekuatan pasukan Pemberontak yang dipimpin oleh Lts Frietz Hutabarat yang berjumlah kira-kira 500 orang dengan bersenjata lengkap dan modern, diantaranya terdapat Bazoka dan Mitralyur.Sebenarnya sejak dari
Prapat
Res.II sudah mengulur dan pasukan Pemberontak yang kebanyakan terdiri dari Pelajar-Pelajar dan Pemuda-Pemuda yang dipersenjatai terus juga menyerang .
Mau tak mau untuk mempertahankan Kota Pematang siantar RPKAD yang datang tepat pada waktunya menyerang pula mereka
Dalam pertempuran tersebut Lts Franz Hutabarat tewas ditembaki oleh pasukan RPKAD dan hancurlah Pasukan Itu, banyak diantara mereka yang menyerahkan diri.
Foto dokumen penting didalam saku Lts Franz Hutabarat(terang bulan)
Didalam saku Lts Fritz Hutabarat didapati dokumen penting.dokumen itu menyatakan mereka harus menduduki kota Pematang Siantar pada malam itu juga.
Kiranya Naingolan tidak bermaksud melarikan diri ke Tapanuli .tapi untuk sementara waktu ingin bertahan diluar kota Medan dan selanjutnya menyerang kembali Kota Medan dari empat jurusan, yaitu dari jurusan Kabanjahe dan Rantau Prapat secara serentak dengan sehgala kekuatan mereka.
Tapi dengan gagalnya Sinta Pohan menduduki Pematang Siantar gagallah segala usaha mereka dan naingolan terpaksa melarikan diri ke Tapanuli.
Juga ketika terjadi pertempuran di Simarimbun,
terjadi pula pertempuran di Titi Pelawi dekat Pangkalan Berandan antara Pasukan Pemerintah dan Pasukan Pemberontak yang ingin melarikan diri ke Aceh.
Disini banyak Pasukan Pemberontak yang tewas, tetapi pada pertempuran di Simarimbun hanya seorang anggota RPKAD yang tewas bernama M. Sihombing dan 3 orang luka-luka.
Naingolan yang dulu pernah menangkap Mayor Samosir ketika menjadi koamndan KMKB Medan dan membongkar peristiwan penyeludupan M.Simbolon di teluk Nibung dan pernah ingin menagkap Kol. M.Simbolon , kini dinyatakan sebagai pemberontak.
Nyata-nyata Naingolan telah menjadi alat PRRI dan mengikuti kata hati mereka masing-masing dan kalah dengan bujukan uang Nainggolan.
Kiranya tindakan nainggolan ini banyak mendapat sokongan dari Tokoh-tokoh Politik ,antaranya anggota Parlemen (Udin sjamsudin dan Marwardi Nur ) dan konstituante ( H.Bharum Djamil).Mereka membuat pernyatan menyokong Tindan Nainggolan, karena itu ketika naiggolan lari,Pemerintah terus menjepit terus kerah itu pihak TT I lalu mengadakan penangkapan-penangkapan terhadap mereka.
Dari kalangan Polisi Kota Medan banyak yang ditangkap dan adea yang dibawa ke jakrta untuk diperiksa seperti kepal Polisi Propinsi sumatera Utara Komisaris Besar M Isja dan Kepal DPKN AKBP Baharuddin.
Dikota Medan sendiri Panglima TT I Let.Kol. Djamin Gintings membentung Panitia Screening terhadap mereka yang dituduh ter;libat dengan Nainggolan.
Di Hutan-hutan Tapanuli
(Terang bulan 1958)
24 Oktober 1958
Pada tanggal 24 Oktober 1958,Letnan Kolonel Umar Wirahadikusuma,komadan RTP-01/Siliwangi dengan dikawal oleh Peleton Combat 309 dan Panser Eskadron IV Kavaleri, bertolak dari Padangsidempuan untuk mengadakan kontak dengan Letnan Kolonel Bahari Effendi Siregar Komandan Infantri 3(RI3) ,
akan tetapi dalam perjalanan mendapat hadangan dari pihak PRRI
disekitar Batangtoru.Rombongan dapat terhindar dari bahaya,selanjutnya pasukan Batalion 309/Siliwangi digerakan untuk mengadaka n pengintaian dari
Padang sidempuan untuk menentukan rencana operasi selanjut.Pada hari yang sama, Kompi II diperintahkan untuk merebut
Simaningir dan Bohandolok
dengan gerakan melaui jalan besar,sedangkan kompi I dan IV melambung ke Simaninggir,
(Djamin ginting)
Pada tanggal 24 Oktober 1958,Let.Kol.Umar Wirahadikusuma ,komanda RTP-o1 /Siliwangi dengan dikawal oleh peleton Combat 309 dan Panser Eskadron IV Kavaleri bertolak ke Padang Sidempuan untuk mengadakan kontak dengan letnan colonel Bahari Effendi Siregar,komandan resimen Infanteri 3(RI 3) akan tetapi dalam perjalanan mendapat hadangan dari pihak PRRI
disekitar Batangtoru.Rombongan dapat terhindar dari bahaya, hanya seorang sersan Mayor kavaleri mendapat cedera.
Pasukan Batalion 309/Siliwangi mulai digerakkan untuk mengadakan pengintaian keluar kota.Dengan kembalinya Komandan RTP-01/Siliwangi dari Padangsidempuan,maka ditentukanlah rencana operasi selanjutnya.
Kompi II dibawah pimpinan Letnan Abidin, diperintahkan untuk merebut Simaninggir(Pemandangan Indah) dan Bohandolok dengan gerakan dilakukan melaui jalan darat, sedangkan Kompi I dan Kompi IV melambung ke Simaninggir dibawah pimpinan Komandan Batalion sendiri,Kapten Sajiman Surjohadiprojo.
(Umar Wirahadikusuma)
25 Oktober 1958
kesesokan harinya hanya simaninggir yang berhasil direbut setelah mendapat perlawanan yang sengit dari Tentara PRRI,akat tetspi pihak PRRI dapat dipukul mundur dan bertemu dengan pasukan battalion 309/Siliwangi.Bohandolok akhirnya dapat direbut dan merampas 1 jeep. Tjung riffle dan 1 Carl Gustaf,degan demikian jalan menuju Tarutung dapat dikuasai.
Kemudian gerakan dilanjutkan melalui Tebing yang curam dengan ,medan yang berbahaya dsekitar Kilometer 9 telah dapat dilalui setelah ada pos bataluion 309.siliwangi di Simaninggir dan Bohandolok.
(Djamin Ginting)
Hari ini Simanggir dapat direbut dengan mengalami perlawanan yang sengit dari pihak PRRI akan tetapi pihak lawan akhirnya dapat dipukul mundur dan bertemu dengan pasukan yang berada dibawah pimpinan Komandan battalion 309/Siliwangi.Bohandolok akhirnya dapat pula dikuasai APRI dan berhasil mrampas 1 Jeep, I jungle-rifle dan 1 pucuk Carl Gustaaf , dengan demikian maka jalan yang menuju Tarutung baru dikuasai APRI 12 kilometer.
Gerakan kemudian dilanjutkan, tebing-tebing curam,pemandangan yang indah dan medan yang membahayakan disekitar km-9 telah dilalui lalulitas kendaraan tentara mulai sibuk dan tidak perlu lagi kuatir karena Simangir dan Bohandolok ditempati Pos battalion 309/Siliwangi
(Umar wirahadikusuma)
28 Oktober 1958
Harian Merdeka menulis soal pidato Soekarno yang disampaikan tanggal 28 Oktober 1958. Secara tegas Soekarno mengutuk para pimpinan PRRI-Permesta. Cuplikan berita itu ditulis Keith Foulcher, dalam buku Sumpah Pemuda, Makna dan Proses Penciptaan Simbol Kebangsaan yang diterbitkan Komunitas Bambu,
“Presiden Soekarno menjatakan dengan tegas kalau dia seperti Ahmad Husein, Simbolon, Somba dan Warouw, dia akan merebahkan diri di dalam hutan dan minta ampun kepada Allah SWT karena telah mendurhakai kemerdekaan bangsa Indonesia dan mendurhakai Sumpah Pemuda yang keramat itu.”
(harian Merdeka)
5 Nopember 1958
Surat undangan rapat dari kantor Walikota /Kepala daerah Kota Pradja Padang Pandjang,
Dengan hromat’Bersama ini diundang saudara-sudara untuk menghadiri rapat penyambutan Pemrintah Kabupaten tanah datar pada
Hari Kamis Tanggal 6 Nopember 1958
Bertempat di Gedung fakultas Muhamadijah Guguk Malintang Padang Pandjang mulai Djam 10 pagi ATJARA 1.Uraian dri walikota Kepala daerah Kotapradja P.P
2. Sambutan komandan sektor I BN 502 Brawidjaja P.Pandjang
3.Sambutan dari Koordinator Pemerintah Kabupaten tanah Datar.
4.Sambutan dari Kepala Polisi Kabupaten tanah datar
5 Sambutan dari Pa onder Distrik Militer(ODM) P/P.
6.Sambutan dari Badan Penasehat Kabupaten tanah datar /Kotapradja Padang Pandjang
Demikianlah agar saudar maklum dan kedatangan saudara sangat diharapkan
Pd Wali Kota/Kepala daerah Kotapradja Padang Pandjang
Tanda tangan dan stempel walikotapradja R.I.
(M.J.Dt.Malano Basa)
(koleksi Dr iwan)
8 November 1958
SK PENERANGAN 8 NOPEMBER 1958:
1) PERHUBUNGAN DGN SOLOK DAN SEI PENUH LANTJAR KEMBALI
Perhubungan lalu lintas antara Padang denganSsolok yang terputus bebrapa hari yang lalu karena ada gangguan dari pihak pemberontak, kiini telah pulih kembali.
2)DAHLAN DJAMBEK DISINJALIR DI KOTO TANGAH
Penerangan Komando operasi 17 Agustus mengumumkan bahwa hari senin tanggal 27 oktober yang lalu Dhalan Djambek,kapten PRRI Sjahruddin dan Kapten PRRI Azhari disinyalir berada dikoto Tengah dalam kabupaten 50 kota (Payakumbuh).
Selanjutnya mengenai penghadangan yang dilaukan terhadap Bus Umum didesa Jawi-Jawi Kabupaten Solok ,dikabarkan 111 Bus Umum dicegat dan dilarikan Gerembolan Pemberontak. Pencegatan itu dilakukan oleh lebih kurang 200 orang gerembolan dipimpin oleh bekas kapten Isris M. Keesokan harinya
tanggal 2 Desember 1958, kesatuan dari BR 441 Diponegoro mengadakan penegjaran dan telah berhasil menemukan ke sebelas Bus tersebut. Menurut keterangan,selain merampok dan melucuti barang-barang penumpang Bus tersebut , gerembolan juga membawa lari beberapa orang penumpang.
Tanggal 5 Nopember yang lalu,
dalam suatu gerekana pembersihan yang dilakukan oleh APRI dari
Pos Lubuk Selasih kesekitar Desa Cupak Kecamatan gunung Talang (di Kabupaten Solok),
telah dapat menembak mati dua orang gerembolan dan merampas
Sepucuk senjata pistol Bouwman.
3)TAHAN KMT DAN PRRI DITEMPATKAN DIPULAU ONRUST
Para tahanan Kuomintang (Tionghoa) dan PRRI -PERMESTA yang pokoknya dituduh terlibat dalam berbagai kegiatan suversif didaerah, sejak bebrapa lama ini ditempatkan di pulau Onrus yang terletak di teluk Jakarta(Kepulauan seribu).
Wakil KASAD
Brigadir Jendral Gatot Suroto ,
hari rabu telah melakukan inspeksi
dipulau Onrust
dengan diantar oleh ketua Penguasa Perang Jakarta Raya Letkol. Dachjar.
Pulau Onrust termasuk salah satu tempat yang dinyatakan sebagai objek militer, dimana orang dilarang masuk kedaerah itu tanpa izin pihak Penguasa Perang Daerah Swatantra I Jakarta Raya.
4)IKLAN KEMATIAN DR.MOEHAMMAD JOESOEF
Dengan kodrat ilahi telah berpulang Dr Mohammad Joesoef dalm usia 64 tahun, semas hidupnya beliau adalah dokter partikelir Ahli Penyakit Mata, telah berpulang dirumahnya jalan Sekolah no.2 Bukit Tinggi pada hari selasa tanggal 4 November 1958. Kami yang berduka ,isteri Dr M.E.Joesoef Thomas ,Anak : Sonja dan Erwin Dameri, dsbnya(DR Thomas adalh dokter terkenal di Sumatera Barat, khusus buta keluarganya untuk jadi kienangan-crtatan dr Iwan)
Desember 1958
4 Desember 1958
Surat dikirm lewat kurir dari adik mertua saya Payakumbuh kepada ayah mertua saya di Padang Panjang isinya sebagai berikut
PJK 9 Des 1958
Pa dan ne yth
Bagaimana pa dan ne sekarang? Ada sehat-sehat saja hendaknya.Heng sampai sekarang belum beranak sebetulnya bulan November tetapi di tunggu-tunggu sampai skearang belum juga. Heng dengar dari padang masa Kim mau kawin tanggal 29 Desember ini.Sayang sekali Heng tidak bisa datang sebab kalau sudah beranak mana bisa dibawa anak kecil naik motor,baik kalau tidak ada dapat serangan di jalan,kalau ada masuk-masuk dalam Bandar sama anak kecil susah sekali.
Si sui(Tjoa Tjoan soei) belum lagi bekerja dan belum dapat etrima uang dari PU.Dia janji barangkali tahun 1959 . Harap-harap sajalah bisa terima uang kita tapi obat Heng sudah terima.Lain kabar ada baik saja
Oei Sioe Heng Pjk
(koleksi Dr Iwan)
12 Desember 1958
Bagaimana pendapat wartawan majallah Skets Massa Jakarta, silahkan dibaca cuplikan info yang kontaversial dari majallah tersebut (koleksi Dr iwan)
KISAH TIGA PETUALANG MILITER
Oleh Satrya
Dalam kelicinannya sebagai Organisator gerakan terror dan berusaha merobah struktur Negara Zulkifli Lubis berhasil mempenaruhi tiga orang Komandan Daerah bergolak yang dengan taat merencanakan usaha merobah struktur Negara menurut Program Z.Lubis dan kalau perlu menganti Bung Karno sebagai Presiden.
Barlian,Ventje Samual dan Ahmad Husein
Pemberontakan di Suamtera Barat/Tengah dengan Proklamasi Pemerintah Tandingan denagn Nama PRRI dan didukung oleh Dewan Banteng dan Permesta, dalah kelanjutan dan usaha tindakan terachir dari aktivis Z.Lubis dalam usahanya untuk merubah struktur Negara.
Dalam kegiatan ini Z.Lubis mendapat kawan sefaham, setujuan dan sealiran serta secita-cita dari mereka kaum Politisi yang menghadapi jalan buntu dalam usaha mereka untuk menjatuhkan Presidden Sukarno untuk dapat menguasaai Negara agar dapat mereka atur sesuai dengan cita-cita mereka
Mereka itu antara lain Mohammad Natsir , ketua Umum Masjumi, Mr Burhanuddin Harahap , Mr Sjafruddin Prawiranegara,Amelz dan sebagainya.
Disamping itu Z.Lubis mendapat bantuan kuat dari kaum Petualang Militer yang telah banayk menjalankan kejahatan memperkaya diri dengan tidak sah dan menyalahguankan kedudukan dan kekuasaan yang mereka miliki.
Mereka itu sedang “ bentanyangan” mencarai jalan kleuar menghindarkan diri dari cengkrmanan hokum.
Maka bertemunya ketiga anasir jahat mengkhianat tersebut merupakan suatu hal yang melapangkan jalan nebuju ketindakan khianat memberontak terhadap Pemerintah Republik Indonesia.
APAKAH INI BUKAN KEJAHATAN BESAR !
Setalh melalui Pewrgolakan-pergolakan Daswrah-Daerah Sumatera Tengah,Suamtera Utara(baca Medan) dan Sulawesi Utara sebagai siasat Z.Lubis untuk menjatuhkan Kabinet Ali ke-III dan berhasil membubarkan Kabinet tersebut, makia Z.Lubis sesuai rencana mereka mela njutkan kegiatan mereka. Dan kini lebih nekat.
Rencana Z.Lubis itu diatur secaraplanmatig dan meurut yang disiarkan yang berwajib , dari dokumen-dokumen yang dapat dirampas dari Sekretaris Z.Lubis, SATRIA di Padeglang ,antara lain berbunyi :
“Jalan Menuju Realisasi Cita”
1.Cukuplah argumentasi untuk menilai “Negatif” Pusat Pemerintahan yang sekarang itu, yang menempatkan Presiden Sukarno sebagai alat Sandaran Kekuatan, pimpinan Angkatan Darat ,sebagai alat sandarac hokum, Kabinet Djuanda dan sebagai alat tampungan pada potensi kemasyarakatan Dewan nasional (machtsconcentartie)(kosentrasi masa)
2.Maka dengan demikian jelas bagi kita, bahwa Presiden Sukarno, Pemimpin Besar kita adalah menjadi sasaran utama bagi Z.Lubis dan komplotannya untuk dijatuhkan dan setelah Bung Karno tidak berkuasa lagi barulah mereka dapat berbuat sekehendak hatinya.
Maka diusahakan untuk membunuh Prseiden Sukarno dan diganti dengan lain orang menurut pengakuan Penjahat-penjahat terorit Cikini dimuka pengadilan, adalah Bung Hatta atau Sulatan (atau lainnya).
Tetapi oleh karena usaha membunuh Bung Karno gagal, maka dipraktekkan rencana mereka yang berbunyi :
Alternatif yang bertempat jauh dari tujuan adalah:
1.Proklamasi Negara sebagai suatu “Move” taktis yang maksimum
2.Pembentukan Pemerintah Pusat yang lain..
( majallah Sektsa Massa 12 Desember 1958 koleksi Dr Iwan)
17 Desember 1958
Demikianlah, seluruh proses yang sudah saya uraikanitu akhirnya melahirkan Memorandum PM Djuanda, 17Desember 1958, seperti yang saya kutip selanjutnya ini.
1. Untuk mencari jalan dalam mencapai pemulihan keamanan
di daerah Aceh, telah dilaksanakan beberapa
pembicaraan antara Pemerintah dan Penguasa Perang
Aceh. Di antara pembicaraan-pembicaraan itu, suatu
pembicaraan khusus dilakukan di Istana Merdeka pada
tanggal 9 Desember 1958, yang dihadiri Presiden selaku
Panglima Tertinggi, Perdana Menteri, Wakil Perdana
Menteri I dan II, GKS (Gabungan Kepala Staf), Komandan
KDMA/Penguasa Perang Daerah Aceh dan Gubernur
2. Pembicaran khusus tersebut menghasilkan suatu persetujuan
paham yang dipakai sebagai pegangan dalam
penyelesaian soal Aceh. Secara garis besar persetujuan
itu terdiri dari:
A. Bidang Politik, Sosial dan Ekonomi
a. Pemerintah akan memberikan hak dan isi otonomi seluas-luasnya
untuk daerah Aceh, terutama dalam lapangan keagamaan,
pendidikan, dan peradatan. Semua itu tentu saja dalam
batas-batas UUDS RI dan Undang-undang, serta peraturanperaturan
lain yang berlaku.
Untuk merealisasikan ini Pemerintah akan bersedia menerima
Delegasi Aceh yang akan menyampaikan hasil-hasil dari
kerja Komisi Lima dan mempelajari serta mempertimbangkan
dengan sungguh-sungguh saran-saran yang akan diajukan Delegasi
b. Mengenai penampungan dari anggota-anggota eks DI/TII, penyantunanterhadap kekacauan, baik moril ataupun materiel,telah didapat persesuaian yang sama dengan kebijaksanaanselama ini.
c. Apabila masa kerja DPR DP dan DPD Aceh telah selesai, Pemerintahakan menentukan suatu prosedur sehingga antaraDPD-DPR DP, Penguasa Perang Daerah, Angkatan Perangdan Pemerintah dapat tercipta suatu kerjasama yang lebihsempurna, dalam usaha-usaha menertibkan kembali Daerah
e. Mengenai penempatan wakil-wakil yang capable dan acceptabledari Aceh dalam Lembaga Demokrasi Republik Indonesiapada waktu sekarang, Pemerintah sedang mengusahakansuatu modus yang dapat diterima oleh semua pihak.
B. Bidang Militer
1. Atas dasar hasrat kesatuan DI/TII Aceh untuk kembali kepadapangkuan Negara Republik Indonesia, maka kesatuan DI/TIItersebut akan meletakkan senjata dan akan taat kepada pimpinan
2. Pemerintah Republik Indonesia, kemudian menampung kesatuanDI/TII itu dan menyalurkannya ke lapangan kemiliterandan ke lapangan kemasyarakatan dalam rangka pembangunanAceh khususnya, dan Indonesia umumnya. Untuk itu:
(1) Kesatuan tersebut di atas sementara akan diperlakukansebagai milisi darurat di bawah Komando seorang perwiratertinggi dari kesatuan itu.
(2) Komandan itu berada di bawah Komando KDMA.Kesatuan tersebut dipelihara oleh KDMA dan seterusnyadari kalangan mereka direkrutier tenaga-tenaga yang memenuhinorma-norma militer yang berlaku guna perluasanTNI di Aceh.
(3) Pangkat yang akan diberikan oleh Komandan tersebutdi atas ditentukan menurut Instruksi yang diberikanPerdana Menteri, Menteri Pertahanan, dan KSAD kepada
Komandan KDMA.
Jakarta, 17 Desember 1958
Perdana Menteri
(Ir. Djuanda)
(syamaun Gaharu)
19 Desember 1958
Dokumen asli Kutipan Surat keputusan Kepala Polisi Daerah sumatera tengah tanggal 19 Desember 1958 tentang kenaikan pangkat atas nama Djamain dari Agen Polisi menjadi Brigardir Polisi ditanda tangani oleh Kepala Polisi sumatera tengah Ajundan Komirasir Besar PolisiSoetan SoeisStempel Kepala Polisi suamtera tengah Polisi Negara PRRI
(koleksi dr Iwan)
Akhir Tahun 1958
Ke Pasaman mendaftar jadi sukarelawan PRRI
Pada akhir tahun 58
Enam bulan waktu berjalan
Aku berada di kampung halaman
Kini datang suatu kesempatan
Kesempatan baik untuk berbakti
Menjadi sukarelawan pejuang PRRI
Pergi berperang menyelamatkan negeri
Dari serangan tentara APRI
Di Ujung Gading dekat lautan
Di sana bermarkas induk pasukan
Kompi KKO diberi sebutan
Letnan Isrul sebagai komandan
17 pemuda berbadan sehat
Percaya diri penuh semangat
Lalu berkumpul mengadakan rapat
Ingin berperang melawan Pusat
Pemuda Sitalang dan Batu Kambing
Setelah berkumpul sambil berunding
Siap berangkat ke nagari Silaping
Dekat pantai di Ujung Gading
Para remaja anak bujang
Dari Batu Kambing dan
Sitalang
Ke rantau Pasaman pergi berperang
Namanya ditulis untuk dikenang
Agus, Anwar, Ahmad, Bustanuddin, Darmawi, Iamawan, Jariman, Mahidin, Muchtar/Kutar, Nasir, Nasirudin, Paramai,
Pudin, Samsi, Usman, Zaini, masih – 1 nama !
Pagi hari sebelum berangkat
Calon pejuang diberi nasehat
Dilanjutkan doa kaum kerabat
Kembali pulang dengan selamat
Selesai bermohon kepada Tuhan
Para remaja mulai berjalan
Masuk hutan ke luar hutan
Hanya berhenti ketika makan
Walau kaki beralas sandal
Baju di badan banyak bertambal
Niat berjuang sejak awal
Bukan ambisi ingin terkenal
Berjalan kaki beriring iring
Ada yang gemuk banyak yang langsing
Melewati jalan di tepi tebing
Bila tergelincir jatuh terguling
Saat melewati banyak nagari
Sumadang, Gudang,
Tapian Kandi
Padang Gantiang, Padang Sawah
dan Kinali
Terasa berada di kampung sendiri
Ninik Mamak datang menyambut
Diikuti orang tua berusia lanjut
Berjabat tangan berebut rebut
Meskipun malam telah larut
Ketika sampai di batang Masang
Sungai besar airnya tenang
Rombongan berhenti karena terhalang
Tiada titian untuk menyeberang
Penduduk bertanya kepada yang tua
Ke mana tujuan para pemuda
Kami menjawab apa adanya
Hendak ke Pasaman membela negara
Karena rombongan pemuda PRRI
Semua orang ikut bersimpati
Rakit dipinjamkan oleh pak Haji
Makanan disumbang Amai dan Umi
H. Bustanuddin yang bertugas di Pasaman, Riau sampai tertangkap
di Naga Seribu Pd Bolak, Tapsel
dan dipenjara Tanjung Gusta Medan
Hasan dan Husen saudara kembar gugur menepati janji
Untuk dicontoh para remaja
Menjadi teladan sampai tua
Hasan dan Husen tak berebut harta
Ketika berperang sesama saudara
Saudara kembar Husen dan Hasan
Bermuka mirip susah dibedakan
Hobinya sama, senang berteman
Ketika bergolak saling berlawan
Bukan karena dapat indoktrinasi
Tapi keyakinan hak azasi
Husen menjadi pejuang PRRI
Hasan bertugas di kesatuan APRI
Hasan dan Husen saling berhadapan
Ketika berperang dalam pertempuran
Keduanya tewas rela berkorban
Demi menjaga suatu kehormatan
Husen tewas mati terbunuh
Dalam pertempuran di nagari Situjuh
APRI yang datang dari Payakumbuh
Membawa prajurit berpuluh puluh
Dia sahid membela keyakinan
Bergabung PRRI dalam perjuangan
Menerima takdir ketetapan Tuhan
Jannatun naim sebagai balasan
Lain lagi tewasnya Hasan
Sebagai prajurit jadi teladan
Selalu patuh peintah atasan
Semua tugas dia laksanakan
Saat Hasan sedang bertugas
Untuk patroli di ujung batas
Pejuang mengintai di bukit atas
Hasan tertembak langsung tewas
Semua prajurit punya tradisi
Mengucapkan sumpah serta janji
Hasan contoh prajurit sejati
Melaksanakan sumpah menepati janji
Begini janji saat disumpah
Prajurit patuh pada perintah
Ketika bertempur haram menyerah
Instruksi komandan pantang dibantah
Dalam korps pasukan APRI
Hasan ternyata prajurit sejati
Menepati sumpah ketika berjanji
Hasan terbunuh saat beroperasi
Walau tiada ditampilkan foto
Inilah sedikit sebagai info
Hasan dan Husen bersuku Koto
Anak kemenakan Dt. Tan Bandaro
Bapaknya bernama Kari Sili
Seperti umumnya penduduk Nagari
Kerja di kampuang jadi petani
Sambil memelihara ternak Sapi
Dikarang oleh: H. Bustanuddin, Abraham Ilyas, Noor Indones St. Sati
Diedit html oleh: H. si Am Dt. Soda
Akhir tahun 1958
Pada akhir tahun 1958,operasi tetap dilakukan dengan intensif,gerakan antara lain terhadap kedudukan tentara PRRI
disekitar Pagaran Lambung ,
Sihaporas,Sitonom,Ojoran dan lainnya,baik yang dilaksanakan oleh kompi I,II dan III Batalion 309/Siliwangi dibawah pimpinan Komandan batalionnya.
Dari pihak Batalion 309/Siliwangi sendiri ada beberapa anggota yang gugur akibat penghadangan PRRI seperti di Lapo buntal saat menuju ke Pos Komado
di Adiankoting,sehingga gugur satu kopral dan satu prajurit .
Sekalipun berada di medan Operasi,namun mutasi jabatan tetap dijalankan.termasuk komandan RTP-01/Siliwangi
Letkol Umar Wirahadi Kusuma yang tahun 1959,tanggal 31 januari menerima jabatan Komandan KMKB Jakarta Raya.
(Djamin ginting)
Sesuai dengan sifatnya, suasana perang menimbulkan tindakan anarkis, brutal yang menyebabkan banyak korban jatuh akibat tindak kekerasan, begitu juga penyalahgunaan wewenang militer, teror, pemerkosaan, pendobrakan rumah penduduk, sampai pada penyiksaan dan pembunuhan.
Lebih tragis lagi, sebegitu banyak generasi muda Minang yang hilang (generasi antara angkatan 45 dan 66) karena sebagian besar penduduk Sumatera Barat bergabung dengan PRRI.
Pihak CIA yang semula membantu PRRI lambat laun menarik dukungannya dan berpaling kepada pemerintah pusat yang mengirim pasukannya secara periodik dari kesatuannya di Jawa.
(DR Mestika Zed)
Seniman Pencipta lagu Masroel Mamudja
Menamatkan pendidikan dasar di Bukittinggi setelah menjalaninya 1 -2 tahun di Maninjau. SMP pun ia bertualang, setelah di Bukittinggi, tamat di Padang tahun 1955.
Melanjutkan ke SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas), tapi stop tahun 1958, karena pergolakan PRRI.
jadi punya pengalaman PRRI “Ketika pergolakan dan beliau masuk hutan keluar hutan akhir tahun 50-an lalu, rasa ingin bersenandung menggiring saya untuk mencipta” awal karirnya itu. bukan berarti ia bisa langsung naik dapur rekaman.
Dalam rimba tepian Maninjau saja, beliau mencipta 11 lagi. Ciptaan pertamanya adalah “Nan Bana”, tahun 1959.
Dan tahun 60-an awal, ketika lagu lagu Minang mulai dapat angin, Masroel pindah ke Jakarta. maka Lahirlah nomor nomor lagu seperti “Palai Rinuak”, “Cuba dak Badakak dakak”, sebagai debut awalnya.
(lagu minang lamo web blog)
Gedung Landraad yang lama yang terletak dijalan Samudera ditempati Brigade Banteng Divisi IV TTI, 1958sesudah pergolakan PRRI/Permesta pada tahun 1958 gedung tersebut diduduki oleh Komando Operasi 17 Agustus dan kemudian bernama
Kodam III/17 Agustus – Kesatuannya Ajen Dam III/17 Agustus
(PN Padang web blog)
28 Desember 1959
Allan Pope was brought to trial before a military court on December 28, 1959. He was accused of flying six bombing raids for the rebels and killing twenty-three Indonesians, seventeen of them members of the armed forces. The maximum penalty was death. During the trial, which dragged on for four months, Pope pleaded not guilty. He admitted to flying only one combat mission, that of May 18, 1958. The other flights, he testified, were of a reconnaissance or non-combat nature. Contrary to the assertion that he had signed a $10,000 contract, Pope insisted he got only $200 a flight.
The court introduced a diary taken from Pope after his capture. It contained detailed entries of various bombing missions. Pope contended it listed the activities of all the rebel pilots, not just his. He replied to the same effect when confronted with a pre-trial confession, noting that he had refused to sign it.
Asked what his “real motive” had been in joining the rebels, Pope replied: “Your honor, I have been fighting the Communists since I was twenty-two years old — first in Korea and later Dienbienphu …
“I am not responsible for the death of one Indonesian-armed or unarmed,” he asserted in his closing plea. “I have served long enough as a target of the Communist press, which has been demanding the death sentence for me
Allan Pope diadili pengadilan militer pada tanggal 28 Desember 1959. Ia dituduh terbang serangan enam pemboman bagi para pemberontak dan membunuh dua puluh tiga orang Indonesia, tujuh belas dari mereka anggota pasukan bersenjata. Hukuman maksimum adalah kematian.
Selama persidangan, yang berlangsung selama empat bulan, Paus mengaku tidak bersalah. Dia mengakui untuk terbang hanya satu misi tempur, yaitu 18 Mei 1958. Penerbangan lain, dia bersaksi, yang dari pengintaian atau non-tempur alam.
Bertentangan dengan pernyataan bahwa ia telah menandatangani kontrak $ 10.000, Pope menegaskan dia hanya $ 200 penerbangan.Pengadilan memperkenalkan buku harian yang diambil dari Paus setelah ditangkap. Isinya entri rinci berbagai misi pengeboman. Pope berpendapat itu tercantum kegiatan semua pilot pemberontak, bukan hanya itu.
Dia menjawab dengan efek yang sama ketika dihadapkan dengan pengakuan pra-sidang, mencatat bahwa ia telah menolak untuk menandatanganinya.Ditanya apa “motif sebenarnya”-nya telah di bergabung dengan pemberontak, Pope menjawab: “Yang Mulia, saya telah memerangi Komunis sejak saya berusia dua puluh dua tahun – pertama di Korea dan kemudian Dienbienphu …
“Saya tidak bertanggung jawab atas kematian satu orang Indonesia yang bersenjata atau tidak bersenjata,” tegasnya dalam pembelaan penutupnya. “Saya telah melayani cukup lama sebagai target pers komunis, yang telah menuntut hukuman mati bagi saya(Sukarnoyears)
1959
Pada tahun 1959 dibentuk Resimen Team Pertempuran (RTP) di tiga daerah Tingkat II yaitu :
a. RTP- I berkedudukan di Riau/ Pekanbaru dan sebagai komandan RTP
Letnan Kolonel Kaharuddin Nasution.
b. RTP- II berkedudukan di Bukittinggi dan sebagai Komandan RTP Letnan Kolonel Sabirin Muctar.
c. RTP- III berkedudukan di Solok dan sebagai Komandan RTP Letnan Kolonel Soegito.
Pada awal tahun 1959 Markas PDM dipindahkan lagi ke Batusangkar dan Markas PODM di bubarkan karena Markasnya di tempati oleh Markas PDM,kemudian di Padang Panjang dibentuk lagi Markas PODM dengan lokasinya masih tetap dikantor Koramil yang sekarang
Pada saat itu di Batusangkar dibentuk pemerintah Sipil Kabupaten Tanah Datar, sebagai Pejabat Bupati Kepala Daerah dirangkap oleh Perwira PDM Kapten Amir Hatta untuk sementara.
Tidak lama kemudian Gubernur Sumatera Tengah Kaharuddin Dt. Rangkayo Basa menunjuk stafnya yang bernama Sutoro untuk menjabat sebagai Bupati Tanah Datar yang waktu itu Bupati masih dirangkap oleh Kapten Amir Hatta, kemudian Kapten Amir Hatta menyerahkan tugas dan tanggung jawab Bupati yang baru Sutoro
Satuan Tempur yang ada diwilayah PDM Batusangkar.
Satuan Tempur yang ada pada waktu itu adalah Batalyon 509/Brawijaya yang
bermarkas di Padang Panjang (Bekas Ma Yonif 133/YS/Secata B sekarang) dan sebagai Dan Yon adalah Mayor Kadirun.
Kemudian Yon 509/Brawijaya diganti Yon 447/Diponegoro (Markas tetap) sebagai Dan Yon adalah Mayor Soegiarto.
(Kodim Tanah datar)
Keadaan terpencar dari para pemimpin PRRI tidak akan menguntungkan , oleh karena itu pada awal tahun 1959 diadakan rapat Kosolidasi di Sumpur Kudus.
(bukan di sumpur tepi danau singkarak-Dr iwan)
Tokoh PRRI anatar lain Mr Burhanuddin Harahap (kedua dari kiri), Kol.Dahlan Djambek dan Mr Sjafruddin Prawitanegara(kelima dan keenam dari kiri)<Kol Maludin Simbolon(kedelapan) dan Mr Assat(ujung kanan)
Sumpur Kudus adalah sebuah desa kecil dan terpencil dekat perbatasan Sumatera Barat dan Riau.
Semua tokoh kunci PRRI dari kalangan politik dan militer hadirkecuali Kol Zulkifli Lubis.Mereka berkumpul setelah menenempuh perjalanan yang berat dan memakan waktu.
Dari tokoh politik hadir Sjafruddin Prawiranegara, Mohamat Natsir, Assaat, Burhanduddin Harahap, Mohamad Sjafei, dan Sulaiman. Dari tokoh Militer hadir Kol Mauludin Simbolon,Kol Ahmad Hussein, dan Kol Dahlan Djambek.
Rapat Konsolidasi mendengarkan sejumlah laporan perkembangan ditempat masing-masing setelah terjadi serangan pemerintah pusat.Kol Simbolon melaporkan perkembangan Tapanuli, seperti operasi Sabang Marauke ,Ekspedisi Sisingamangaraja, terbentuknya divisi Pusuk Buhit yang mempersatukan seluruh Pasukan Tempur PRRI di Tapanuli.Selain itu telah terjadi gerakan Grilja di Tapanuli meliputi Simalungun,Asahan, Labuhan Batu dan Aceh Timur.
Lporan mengenai Sumatera Barat, telah terjadi gerakan perlawan Grilya dengan mengerakan Bataljon Johan dan pasukan Mobil Brigade Polisi yang dipimpin oleh Zadelberg yang ternyata cukup menimbulkan kesulitan bagi pasukan tentara Pusat.
Pada rapat ini pertama kalinya Sjafruddin Prawiranegara mengemukakan pikirannya mengenai pembentukan RPI(Republik Persatuan Indonesia) yang akan mengubah bentuk Negara menjadi Negara Persatuan (Serikat Federasi) (RPI tidak memasukan Pulau jawDr Iwan )
.Sjafruddin dan teman-temannya dari kalangan politik, berpendapat bentuk Federasi akan mampu menarik dukungan yang luas di tanah Air , karena menurut mereka bentuk itulah yang dikehendaki oleh Bangsa Indonesia.. Gagasan itu tidak diterima oleh kalangan Militer.
Kolonel Simbolon sangat terkejut mendengar gagasan itu, baginya merubah bentuk Negara akan menimbulkan masalh baru. Dengan memakai ketidak hadirran Kolonel Zulkifli Lubis sebagai dalih, para tokoh militer mengusulkan penundaan pembicaraan gagasan Sjafruddin Prawiranegara tersebut
.(Mauludin Simbolon)
Keadaan dikota Padang sudah aman,saya sekolah dengan lancar, dan saya diutus oleh Perkumpulan Tennis Meja Seluruh Indonesia cabang Padang selaku juara Tennis meja SUMBAR mengikuti Kejuaraan tennis meja se Indonesia di Surabaya dikawal oleh Mayor Sutrisno, orang tua mengajak famili saya yang lagi sekolah sekolah menengah Farmasi di jakarta Nyo Oen Sam (Iparnya Dr Ronny Handoko spesialis Kukit Jakarta), inilah perjalan saya pertama ke Jawa naik pesawat terbang ke Jakarta dan dari Jakarta naik Kerata Api ke Surabaya,nginap di Hotel Brantas, sayang saya gagal di babak kedua karena bertemu dengan juara Indonesia,
kemudian saya diajak tamasyah ke selecta Batu Malang, dank e Jawa tengah ke Candi Borobudur. Saya melihat kota Jakarta saat itu masih ada trem yang liwat dari harmoni sampai glodok.
Saat itu saya bertemu dengan tim dari Sulawesi selatan, ia bersalaman dengan saya mengatakan kita sama-sam dari dari daerah yang bergolak kamu PRRI saya DI/TIII Kahar Muzakar.
(Driwan)
saat terjadi peristiwa PRRI tahun 1959 pemilik pertama (Gho Soen Tong) mengungsi dan meninggalkan tanah miliknya.
Pada tahun 1959 – 1961, tanah dikuasai TNI-AD dengan merobohkan bangunan milik Gho Soen Tong dan membangun rumah untuk para anggota TNI-AD di lokasi tersebut.
Tahun 1993, Gho Soen Kho (ahli waris Gho Soen Tong) mengajukan surat permohonan pengembalian tanah tersebut, namun tidak ada tanggapan dari pihak TNI-AD setempat.
Di tahun 1997, bekerja sama dengan PT Karya Bakti Ada Perdana (PT KBAP), Gho Soen Kho ajukan kembali permohonan pengembalian dan berhasil (dibuktikan dengan MOU antara PT KBAP dengan Korem).
Selanjutnya, terbit SHGB Nomor 11/1997 atas nama PT KBAP berdasarkan SK Menteri Pertanahan/Kepala BPN dan SK Gubernur Sumbar.
Merdeka com
Banyak rumah yang ditinggal PRRI di Padang Baru dimanfaatkan oleh TNi dan POLRI ,juga banyak mobil milik pribadi dipinjam oleh TNI seperti mobil Lie Tek beng Toko Gho leng Padang , mobil Lily milik mertua saya di Padsang panjang tetapi kemudian dikembalikan lagi dalam keadaan sudah rusak dan terpaksa diperbaiki sendiri.
(Dr Iwan)
6 Januari 1959
Ahmad Yani menyerahkan tugas nya sebagai deputi I KASAD kepada Kol Inf Mokoginta, dan mejabat Deputi II KASAD untuk kuasa Perang mengantikan Kol Inf Ibnu Sutowo
(Ahmad Yani)
Pengalaman Salviyah Prawiranegara Yudanarso (Pipi) mengikuti Ayah
ditulis oleh: dryuda
Mereka terpaksa patuh, saat diberi tahu, bahwa sebentar lagi akan memasuki hutan yang penuh Pacet dan Lintah.Baru membayangkan saja, Pipi sudah bergidik, ngeri bercampur geli…
Mengenal Pipi, ternyata memberikan banyak tambahan pengetahuan.Antara lain tentang bagaimana lika-likunya perjalanan hidupnya saat belajar, termasuk belajar bagaimana agar survive hidup dalam hutan, yang alhamdulillah ternyata berakhir dengan memuaskan.
Setelah beberapa lama bermukim di Bukittinggi, keluarga Pipi memutuskan untuk pindah
ke desa Baruh Gunung,
desa paling utara Sumatera Barat, di tepi hutan.Di sini Pipi dan saudara-saudaranya sempat juga sekolah. Desa ini walau kecil, tetapi masyarakatnya penuh kedamaian.
Tetapi, pada suatu ketika, ayah Pipi dan beberapa pemimpin lain memutuskan untuk keluar dari desa Baruhgunung secepat mungkin, karena situasi keamanan telah terasa makin hangat.
Semua anak-anak diminta membawa sendiri pakaian seperlunya saja, yang umumnya cukup dengan hanya satu tas punggung. Ibunya Pipi, juga mengingatkan agar ada seperangkat pakaian bagus dari masingmasing anak harus dibawa serta; maksudnya adalah kalau terpaksa suatu saat harus menyerah,
maka ibunya Pipi menghendaki agar memakai pakaian tersebut.Beliau tidak menginginkan mereka terlihat berpakaian compang-camping di saat demikian.
Mereka diantar oleh masyarakat sampai tepi desa.Mereka tahu ke arah mana rombongan akan menuju, yaitu hutan belantara di utara.Warga yang tahu jalan dan merasa cukup kuat, serta merta mengajukan diri untuk mengantar, sambil membantu membawa barang-barang keperluan rombongan, antara lain persediaan makanan sumbangan masyarakat.
Pak Wali Nagari-pun termasuk di dalamnya.Setelah melewati kebon, sawah, dan menyeberangi beberapa sungai kecil, mulailah memasuki jalan yang makin terpencil dan seadanya.Satu persatu, mereka yang niatnya hanya mengantar sekedarnya, pulang kembali ke kampung.Tetapi, masih cukup banyak yang siap meneruskan perjalanan, karena seiasekata terhadap tujuan perjuangan politiknya, termasuk beberapa mahasiswa dan sarjana yang masih muda usia.
Kalau malam tidur di dangau-dangau milik petani, dan makan apa adanya.Rombongan terpaksa di pecah-pecah menjadi rombongan kecil-kecil, yang mungkin antara lain untuk memudahkan perjalanan dan meningkatkan keamanan.Bahkan, kadang-kadang keluarga terpaksa berpisah dengan ayahnya untuk lebih menjamin keselamatan.Dalam hal demikian , perencanaan perjalanan menjadi penting dan lebih dinamis, walau sedikit ruwet (complicated).
Komunikasi hanya dapat dilakukan melalui kurir.
Jangan dibayangkan, komunikasi pada saat itu secanggih sekarang.Untuk menghindari pelacakan, sering pula harus naik rakit buatan seadanya, yang mengikuti arus sungai.
Perjalanan terus ke utara, memasuki hutan belantara yang sangat lebat dan kadangkadang memang diselingi oleh belukar yang rimbun.
Dalam kegelapan malam di gunung, tentu saja udara terasa sangat dingin, dan kalau tidur terpaksa berbalut apa saja yang ada agar terasa hangat.Tetapi, ternyata dengan cepat Pipi dan saudara-saudaranya dapat menyesuaikan diri dengan dinginnya malam.
Beruntung, seluruh keluarga memang termasuk mereka yang mudah tidur.
Pengorbanan sang Ibu untuk perjuangan
Memasuki hutan yang masih belum pernah dijamah orang, bukanlah hal yang mudah.
Untuk lewat saja, harus membuat jalan terlebih dahulu dengan cara membabat ranting-ranting dan dedaunan.Rintisan inilah yang ditapaki oleh rombongan beserta keluarganya.
Mereka biasanya berjalan mengikuti alur sungai.
Saat menemukan sungai kecil dan jernih yang pantas untuk bertahan hidup, maka barulah diputuskan untuk beristirahat dan membuat tempat berteduh dari kain terpal dan plastik atau kalau sekiranya akan lama berada di tempat itu, membuat dangau apa adanya.Kadang-kadang, dalam perjalanan yang bagi sebagian besar anggota rombongan ini tidak mengetahui arahnya, juga terdapat tempat-tempat yang sangat sulit mendapatkan air, walau seteguk.Ada jenis pohon-pohon tertentu yang meneteskan air di pagi hari, dan air ini dapat langsung diminum, sehingga merupakan kesempatan mendapat pelepas dahaga.
Pernah juga, ada pohon besar dengan diameter hampir dua meter, yang berlubang di tengahnya dekat dengan permukaan tanah; di lubang pohon ini meneteslah air terus menerus, dan dapat ditampung sebagai persediaaan perjalanan.Tak henti-hentinya anggota rombongan bersyukur atas keajaiban ini.
Mungkin karena kecapaian mengawasi dan membantu delapan anaknya, termasuk yang paling kecil berusia tiga setengah tahunan, suatu ketika ibunya Pipi mengalami per-darahan banyak melalui rahimnya dan terpaksa ditandu. Alhamdullillah, setelah dilakukan pertolongan darurat dan istirahat, tak lama kemudian telah segar kembali.
Beliau adalah seorang wanita tabah dan kuat, sungguh luar biasa sabar dalam pen-dampingan terhadap suami dan merawat anak-anaknya.
Pada suatu pagi yang cerah sebelum melanjutkan perjalanan, anak-anak diminta untuk mengolèskan tembakau yang telah dibasahi, ke seluruh tubuhnya.Mereka juga diharuskan sedapat mungkin memakai pakaian tertutup sama sekali, dan dilengkapi dengan kaos kaki.Mereka terpaksa patuh, saat diberi tahu, bahwa sebentar lagi akan memasuki hutan yang penuh pacet (pacat, yang jalannya meloncat-loncat) dan lintah (yang lebih besar dan jalannya merayap).
Baru membayangkan saja, Pipi sudah bergidik, ngeri bercampur geli, badan terasa panas dingin.Apalagi saat satu persatu dari anggota rombongan mengalami sendiri digigit pacet dan lintah ini, mereka langsung ketakutan.Beruntung, kalau segera ketahuan, karena usapan tembakau sangat membantu merontokkannya.Memang pacet dan lintah ini dengan sendirinya akan jatuh, apabila telah puas menghisap darah.Seluruh anggota rombongan ribut dan ingin segera melewati hutan ini.
Pipi begitu mengetahui ada jalan yang lebar di depannya, karena telah ditebas terlebih dahulu, dia langsung lari secepat-cepatnya, dengan harapan segera menjauh dari hutan ini.Tetapi toh, suatu saat dia juga merasakan sendiri; saat mengetahui ada sebuah lintah yang menempel di badannya, maka dia berteriak-teriak ngeri.
Dia tidak dapat segera lari, karena lari berarti resiko lebih besar untuk tertempel pacet dan lintah lain yang berasal dari daun-daunan yang diterabasnya.Pernah ada seorang anggota rombongan lelaki, yang saat akan mandi baru mengetahui, bahwa di pahanya telah ditèmpèli oleh lintah besar dan panjangnya hampir mencapai kelilingnya.Tentu saja dia juga terkejut bukan main.Setelah kejadian itu, perjalanan dilanjutkan kembali.
Tak berapa lama kemudian, memang pacet dan lintah ini makin jarang terlihat.
Semua orang bergembira, setelah tahu hutan demikian telah dilalui.Rombongan beristirahat kembali di suatu tempat yang dianggap aman.Di tempat lain, dalam perjalanan berkelana dalam hutan lebat, ada suatu tempat yang mirip dengan situasi hutan pacet ini.
Kali ini yang menjadi masalah adalah apa yang disebut Kutu babi.Sebagai kutu, binatang ini memang kecil, sebesar kacang hijau, tetapi kalau sudah tertusuk oleh duri-nya, mungkin semacam paruh, maka rasanya gatal sekali.Kutu ini dengan sigap terus menghisap darah dan baru jatuh setelah perutnya penuh.Rasa gatal ini akan berlangsung sampai beberapa jam.
Kita tidak dapat menduga dari mana asalnya kutu ini, tiba-tiba sudah menèmpèl di badan.
Hutan yang penuh kutu ini tidak besar, dan setelah daerah itu berlalu, maka rombongan dengan tenang meneruskan perjalanan.Setelah merayap naik sebuah bukit dan menuruninya, baik siang maupun malam, maka sampailah di suatu tempat dekat dengan sungai yang jernih airnya, mungkin cabang dari Sungai Sialang.
Rombongan ramai-ramai membuat dangau untuk tempat keluarga berteduh.
Beberapa hari kemudian, orangtua Pipi mulai menanam kacang, suatu tanda bahwa di tempat ini pasti semua orang akan berhenti cukup lama.
Sungai Sialang akan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari di situ.
Pipi dan teman-teman menyenangi, dan memang harus menikmati perjalanan yang memperjuangkan apa yang diyakini benar ini.
Kalau malam tiba, menarik sekali untuk berjalan keliling, karena banyak dari jamur yang terlihat seperti menyala berkilauan, bahkan ada sebagian yang bersinar bak kunang-kunang di malam hari.Jamur-jamur itu menampilkan pemandangan yang indah, mengingat langkanya sinar bulan di malam hari.Bukan itu saja, bahkan di siang haripun sinar matahari sulit menembus ke tanah, karena rimbunnya hutan.
Tetapi di tempat lain, ada juga kejadian yang hampir serupa, yaitu munculnya binatang yang disebut kelemayi, binatang ini hampir seperti lintah kecil, tetapi kalau malam tampak dengan jelas, karena bersinar juga.Binatang ini menyenangi hidup di dinding dangau rombongan, karena terbuat dari kayu basah yang dikupas kulitnya.
Yang dikhawatirkan adalah apabila binatang ini masuk ke dalam lubang telinga atau hidung saat kita tidur, karena dia menyenanginya.
Pemilihan kepala desa sialang saat ini
P.R.R.I DI
MANGOPOH
Naskah asli oleh : Deka Maita Sa
Diedit ulang tg. 20 – 9 – 2012 oleh :
DR. Mestika Zed, Abraham Ilyas, Drg.
B. Musyawarah anak nagari di Padang Kiau
Suasana perang di tahun pertama
APRI hanya menduduki kota
PRRI menyiapkan perang yang lama
Anak nagari diajak serta
Ketika situasi bertambah kacau
Ninik mamak menjadi risau
Semua kemenakan lalu dihimbau
Untuk bermusyawarah di Padang Kiau
Guna membantu para pejuang
Anak nagari wajib menyumbang
Rapat memutuskan iuran perang
Penduduk menerima berhati senang
Ikut serta dengan keyakinan
Tua muda tidak ketinggalan
Semua orang ikut berkorban
Nyawa di badan jadi taruhan
Musyawarah di Kiau patut dicatat
Anak nagari bersatu niat
Kepada Pusat tak perlu taat
Karena Soekarno telah berkhianat
Sesudah sembahyang selesai zikir
Para hadirin yang ikut hadir
Di atas surau di tepi air
Semua bicara dengan bergilir
Musyawarah diadakan di atas surau
Semua kelompok datang dihimbau
Ikut pula parewa lapau
Ditambah pengungsi dari rantau
Ninik mamak dan cerdik pandai
Alim ulama beserta labai
Termasuk bunda dan amai amai
Berjanji setia tak akan bercerai
Hasil musyawarah yang disepakati
Apapun masalah yang akan terjadi
Tak akan bercerai membela nagari
Di bawah pimpinan pejuang PRRI
Tidak peduli laki perempuan
Semua penduduk ingin berkorban
Karena terpanggil oleh keyakinan
Rasa senagari dalam persatuan
Patut dicatat dalam sejarah
Ibu muda bernama Sawiyah
Ikut bertempur tanpa diupah
Menyandang bedil terlihat gagah
Mekipun penduduk desa terpencil
Sawiyah berperang menggunakan bedil
Meninggalkan bayi yang masih kecil
Karena nagari telah memanggil
Keputusan lain yang disepakati
Kehidupan masyarakat tak boleh berhenti
Walau pertempuran selalu terjadi
Begitulah kebiasaan adat nagari
Karena perang berlangsung terus
Setiap kegiatan perlu diurus
Penduduk menyumbang nasi bungkus
Pegawai mendirikan bermacam kursus
Walau tak semua ikut bertempur
Para remaja tak boleh menganggur
Bidang pendidikan lalu diatur
Di Sekolah Penampungan mereka dilebur
Kalau nagari diduki tentara
Tujuan mengungsi untuk bersama
Bukit Antokan di Manggopoh Utara
Tempat ijok di hutan rimba
C. Perang terjadi di nagari Manggopoh
Ketika APRI menduduki kota
Guru dan pegawai pindah ke desa
Anak isteri ikut dibawa
Nagari bertambah jumlah penduduknya
Karena tak sama pendirian ideologi
Pegawai dan guru pergi mengungsi
Meninggalkan kota yang telah sepi
Tandanya setia pada PRRI
Dari Pariaman dan nagari Tiku
Pengungsi datang satu persatu
Tidak dianggap sebagai tamu
Kemenakan dibimbing, anak dipangku
Pengungsi dijadikan anak kemenakan
Sedang susah mendapat kesulitan
Perlu dibantu diberi perhatian
Dipinjamkan rumah dibantu makan
Penduduk membantu dengan ikhlas
Walau hanya ubi talas
Bagi pengungsi sangat berbekas
Percaya Allah pasti membalas
Karena perjuangan tegakkan yang adil
Menggunakan perlengkapan senjata bedil
Anak nagari ikut terpanggil
Tua muda, besar dan kecil
Dari dahulu sampai sekarang
Alasan rakyat terlibat perang
Mengikuti pesan nenek moyang
Tuah sekata, celaka bersilang
Mulanya perang saat terjadi
Manggopoh belum perlu didatangi
Tujuan musuh mengacaukan PRRI
Atau disebut teror psikologi
Awal Manggopoh mencium mesiu
APRI datang dari Tiku
PRRI menghadang di Balai Satu
Tembak menembak berlangsung seru
Mortir ditembakkan dari jauh
Tiada jelas tempatnya jatuh
Penduduk ketakutan keluar peluh
Penyakit jantung menjadi kambuh
Ibarat memilih acak acakan
Hadiah tak langsung dijatuhkan
Bom mortir yang ditembakkan
Lokasi jatuh tak bisa ditentukan
Walau sasaran sering meleset
Desingan mortir mirip roket
Karena terkejut sangat kaget
Ada yang pingsan, banyak yang mencret
Saat subuh masih berkabut
Kedatangan APRI lalu disambut
Dengan tembakan sahut-bersahut
Suasana kacau timbul kalut
Berkali kali APRI datang
Dalam perjalanan sering dihadang
Terdengar letusan berulang-ulang
Begitu suasana ketika perang
Suatu ketika saat operasi
APRI datang berjalan kaki
Tiada tembakan yang mengiringi
Nagari lengang tampak sepi
Bulan Mei tahun 60
Waktu hujan baru teduh
Nagari didatangi oleh musuh
Amat Ali mati dibunuh
Amaik Ali penduduk biasa
Bukan sukarelawan ikut gerilya
Menjadi korban perang saudara
Dibunuh tentara yang dari Jawa
Walau tidak punya masalah
Amat ditembak bersimbah darah
Tubuh terkapar di pematang sawah
Sebelum diusung menuju rumah
Ketika asyik mencari rumput
Saat dipanggil tidak menyahut
Tantara marah sambil bercarut
Amat dibunuh tanpa diusut
Dia petani disangka gerilya
Tanpa diusut, tanpa ditanya
Di depan isteri sangat dicinta
Amat ditembak tepat di kepala
Janda almarhum, Upiak Jurai
Hidup sendiri, kini dimulai
Air mata jatuh berderai
Dengan suami harus bercerai
Dari isteri kisah didengar
Ada oknum kurang ajar
Menggunakan kaki mayat diputar
Seperti memeriksa bangkai Ular
Saat menumpas pergolakan PRRI
OPR berlaku tidak manusiawi
Oknum ditunggangi ide PKI
Penganut paham, ateis sejati
Bukan dendam perlu disimpan
Tapi ingatan untuk pelajaran
Jangan terulang di masa depan
Karena tak sesuai dengan kemanusiaan
Sesama pejuang juga ada masalah
Saling curiga timbul musibah
Ada kejadiaan menjadi kisah
Manusia mati bersimbah darah
Karena tiada disiplin tentara
Pada pasukan kelompok gerilya
Terjadi tuduhan dasarnya curiga
Seperti dialami Amin Duya
Amin Duya komandan kompi
Pergi ke Padang urusan pribadi
Prajurit ditinggal tanpa koordinasi
Ketika pulang ditembak mati
Amin Duya dianggap bersalah
Dikira berunding hendak menyerah
Amin dibunuh tidak bisa dicegah
Karena prajurit sangat marah
Menjadi serdadu harus disiplin
Patuh dan taat kepada pemimpin
Semua perintah dikerjakan yakin
Tak boleh menjawab: tidak mungkin
D. Letnan Yusuf memimpin pertahanan di Manggopoh
Letnan Yusuf prajurit sejati
Di Manggopoh dia mengabdi
Memberi perintah sambil menasehati
Mengatur pasukan tentara PRRI
Kalau Yusuf memberi perintah
Jangan dijawab, tak boleh dibantah
Apalagi ditolak dengan marah
Demikian prajurit punya sumpah
Ketika musuh telah datang
Di Aia Dadok mereka dihadang
Dengan peluru bermacam senapang
Musuhpun lari tunggang langgang
Karena tak ingin segera dikubur
Musuh berlarian segera mundur
Masuk kolam ada yang tercebur
Badannya kotor berlepotan lumpur
Walau kemenangan hanya sesaat
Yusuf berjasa membangkitkan semangat
Dia berhasil mengusir Pusat
Karena Yusuf ahli siasat
Bermacam perintah perlu diberikan
Termasuk memutus titian jembatan
Agar musuh jadi kelabakan
Saat terjadi operasi pertempuran
Kalau prajurit tidak taat
Ibarat berlari jalan di tempat
Bintang jasa tak akan didapat
Mungkin tubuh bisa sekarat
Supaya pertempuran berhasil menang
Disiplin mati kata orang
Prajurit bereaksi ibarat wayang
Gerakan diatur oleh Ki Dalang
Begitulah adat seorang prajurit
Berpantang menangis, apalagi menjerit
Tiada istilah merasa pahit
Hidup diatur oleh isyarat pluit
E. Peranan Kaum Perempuan Mendukung Perjuangan
Masyarakat berjuang mempertahankan nagari
Semua golongan ikut berpartisipasi
Laki perempuan, suami isteri
Guru, Pangulu serta pak Haji
Saat perang sedang berlangsung
Kaum perempuan juga bergabung
Gerakan PRRI mereka dukung
Menjaga nagari, melindungi kampung
Bantuan diberikan dengan teratur
Orang perempuan bekerja di Dapur
Memasak nasi, menggoreng telur
Bekal makanan saat bertempur
Lain lagi perempuan ini
Mengambil tugas kerja laki laki
Menjadi prajurit pejuang PRRI
Ikut Barisan Berani mati
Ini kisah Umi Sawiyah
Ibu muda, biasanya di rumah
Sering disebut kaum yang lemah
Kini terpanggil membuat sejarah
Sawiyah mendaftar latihan tentara
Rok diganti dengan Sarawa
Sebagai prajurit ikut gerilya
Ke luar hutan, masuk rimba
Karena terpanggil oleh keyakinan
Tidak peduli laki perempuan
Semua penduduk ingin berkorban
Rasa senagari dalam persatuan
Setelah melakukan diskusi wawancara
Untuk skripsi ujian sarjana
Testimoni dicatat oleh Deka
Bisa dicari di arsip pustaka
Sawiyah bersaksi dengan sungguh
Tanggal 4 April 2010
Hasilnya dikutip secara utuh
Boleh diakses, lalu diunduh
Induak induak di kampuang ko tambah sambuah nan ikuik. Induak induak ko cenan lo mamacik badia.
Katiko ado imbauan masuak tantara, sambuah babondong bondong nyo pai ka Balai Satu.
Ado nan mambao anaknyo gai, ado pulo nan heboh batangka jo lakinyo.
(perempuan-perempuan di kampung tambah banyak yang ikut. Perempuan tersebut ingin pula memegang senjata. Ketika ada himbauan masuk tentara, berbondong bondong mereka ke Balai Satu, ada yang sambil menggendong anaknya, ada pula yang bertengkar dengan suaminya)
Walau berstatus sebagai Ibu
Memiliki bayi yang sangat lucu
Karena tegas tak pernah ragu
Sawiyah ditugasi Komandan Regu
Pada baju tidak terlihat
Para pejuang memiliki pangkat
Ada hirarki bertingkat tingkat
Terus dijaga dengan ketat
Anggota regu sepuluh orang
Enam tua, empat anak bujang
Setiap prajurit diberi senapang
Semuanya patuh, tiada membangkang
Meskipun penduduk desa terpencil
Sawiyah berperang menggunakan bedil
Meninggalkan anak yang masih kecil
Saat kedinginan sering menggigil
Ketika ibunya sedang berjuang
Bayi dititipkan kepada Anduang
Sekali sepekan Sawiyah pulang
Melihat anak hatinya senang
F. Perselisihan antar Sesama Pejuang
Pernah terjadi beda pendapat
Dengan kawan yang sangat dekat
Pertengkaran berlangsung sangat hebat
Orangpun lari, takut mendekat
Di tengah perjuangan membela Kampung
Ada pedagang mencari untung
Memasok Beras serta Jagung
Membantu musuh secara tak langsung
Penduduk menyebut tentara Soekarno
Terkadang masuk keluar toko
Ingin bersosialisasi mencari konco
Ketika ikut bermain Domino
Datuk Sati langsung menuduh
Pedagang divonis tidak patuh
Karena berjuang tidak sungguh
Secara tak langsung membantu musuh
Oleh pejuang di dalam rimba
Pedagang dan APRI bekersama
Mereka dianggap mata mata
Perlu dihukum supaya jera
Komandan pasukan marah besar
Toko dan rumah di tepi pasar
Dia perintahkan untuk dibakar
Karena pemilik dianggap makar
Datuk dan Sawiyah beda pendapat
Tanya jawab sambil berdebat
Sawiyah melangkah makin mendekat
Senjata dikokang lalu diangkat
Sambil mengancam memegang pelatuk
Sawiyah menolak perintah Datuk
Membakar toko milik penduduk
Membawa akibat sangat buruk
Meskipun perang menjadi jadi
Naluri Ibu ingin melindungi
Semua penduduk anak nagari
Tidak peduli beda ideologi
Bukannya ngeri atau ketakutan
Datuk menerima pendapat perempuan
Kedai dan toko urung dibumihanguskan
Sawiyah dan Datuk lalu bersalaman
Sawiyah senang bukan main
Walau harus membantah pemimpin
Bisa dianggap tidak disiplin
Sawiyah bertindak karena yakin
Mengikuti sumpah ucapan janji
Perintah komandan harus ditaati
Kalau khianat disebut desersi
Boleh ditembak, dihukum mati
Karena yakin Sawiyah bertindak
Menjaga kampung, melindungi Dunsanak
Walau resiko mati ditembak
Perang saudara memang tak enak
GURINDAM INI SANGAT MEMILUKAN BILA DIBAWAKAN OLEH SASTRAWAN MINANGKABAU , FILM DOKUMENTER INI DAPAT DIBAGI ATAS BEBERAPA EPISODE, UNTUK ILUSTRASI ADA KOLEKSI ASLI MILIK DR IWAN,BILA MEMUNGKINGKAN KOLEKSI MUSEUM AHMAD YANI,DAN KOLEKSI PUTRA SOEMITRO YANG MEMBELI KOLEKSI FILM DOKUMENTER DE ALWI,
KISAH MEMILUKAN INI DITUTUP DENGAN BERIAT TERAKHIR TERKAIT PRRI
“Hatta… Kau benar,”katanya dalam bahasa Belanda. Hatta tidak merespon kata-kata itu. Ia hanya tepekur. Sedih. Dan tentunya itu bukan sebuah kepura-puraan.Waktu kemudian menjadi saksi, pertemuan dua sahabat yang mengantarkan kelahiran bayi bernama Indonesia itu, adalah pertemuan terakhir kalinya. Beberapa hari kemudian, tepatnya 21 Juni 1970 Soekarno pun pergi untuk selamanya.
(gungun Misbah Gunawan)
29 Nopember 1998
Kliping Artikel Meninggalnya Tokoh PRRI Ahmad Husein di Surak Kabar Kompas(Dr Iwan)
.
TOKOH PRRI AHMAD HUSEIN MENINGGAL DUNIA
Kolonel(purn) Ahmad Husein Tokoh Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) sabtu 28 /11-1998 sabtu pukul 1.00 WIB meninggal dunia di Pavilliun Kartika RSPAD Gatot Subroto Jakarta, setelah dirawat selama tiga minggu.
Menurut anaknya Doni Hussein almarhum yang menderita penyakit Jantung meninggal setelah mengalami perdarahan otak.
Jenazah dimakamkan secara militer di Taman makam Pahlawan Kuranji Padang, sabtu pukul 15.00 WIB ,diantara seribu pelayat tampak antara lain Menteri tenaga Kerja Fahmi Idris, Mantan Merteri Agama Tarmizi Taher, sesepuh minang dan mantan menteri tenaga Kerja harun Zein, Gubernur SUMBAR Muchlis Ibrahim, menantu almarhum Mayjen Ismet Yuzairi, Panglima KODAM Bukit Barisan, Budayawan A.A.Navis, Sejumlah anggota DPR dan MPR RI.
Menurut mantan anak buahnya, Let Kol sjuib(purn) , Ahmad Hussein dilahirkan di Padang 1 April 1925, adalah pemimpin yang berani mengultimatum Presiden Sukarno ,anti komunis,pemerataan pembangunan, otonomi daerah yang luas dan menyerukan rujukanya dwitunggal Sukarno Hatta pada akhir tahun 1950-an.
Pada awal kariernya almarhum sebagai komandan batalyon Harimau Kuranji, yang mempertahankan Kota Padang saat perjuangan Kemerdekaan dan revolusi fisik berlangsung.Anak seorang Ulama yang berasal dari Batusangkar ini pernah menjabat Koamdan KDMST(komando xdaerah Militer Sumatera Tengah) (mal)
PRRI DALAM DEKADE
PERGOLAKAN DAERAH TAHUN 1950-an.
Oleh: Mestika Zed
Pusat Kajian Sosial-Budaya & Ekonomi (PKSBE) Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang.
MENGKAJI ulang sejarah bangsa adalah perbuatan universal.
Bangsa-bangsa, menemukan kembali masa lampau mereka dan menuliskannya lagi sebagai ingatan bersama.
Sejarah, sebagai proses hanya sekali terjadi, einmalig, tetapi sejarah sebagaimana ia dipahami, bukanlah pahatan batu nisan yang beku dan dingin.
Ia terbuka untuk dikaji ulang.
Semua ini bukan secara kebetulan dan bukan pula bersifat acak, melainkan suatu rangkaian percakapan (wacana) tanpa henti tentang pembelajaran sejarah, yaitu mengenai manusia dan kemanusiaan.
Keteladanan nilai tentu tidak harus diikat pada masa lalu yang beku, sebab ia dapat berada pada masa depan, pada ide-ide yang membuka ruang imajinasi peradaban.
Dunia dan peradaban bangsa-bangsa berubah dan historiografi,… maksudnya penulisan sejarah….. juga mengalami perubahan bersamanya.
Dalam sejarah Indonesia modern paska perjuangan kemerdekaan, kita mungkin dapat meletakkan sejarah 1950-an sebagai suatu unit historis yang penting, tetapi sejarahnya masih belum terpahami sepenuhnya, karena tersandera oleh propaganda politik ideologi rejim sesudahnya, yang memasung ingatan kolekif bangsa menurut sejarah sang pemenang.
Akibatnya, potret gelap sejarah dekade 1950-an tetap bertahan bahkan sampai pemimpin era itu sudah tidak ada lagi (Vicker, 2008).
Sejarah periode ini ditandai dengan sejarah penuh “pergolakan”, pergolakan daerah terutama.
Pada masa ini tercatat setidaknya 8 (delapan) gerakan perlawanan menentang pusat (lihat tabel di bawah); masing-masing memiliki karaktersitik berbeda-beda, baik latar belakang, maupun proses dan tujuan akhirnya.
Dalam risalah sederhana ini saya akan coba mengkaji ulang salah satu daripadanya, yaitu pergolakan daerah yang dimotori oleh Dewan Perjuangan yang bermuara pada kasus PRRI 1958-1961.
Sejarahnya dapat dilacak dalam empat fase berikut:
(i) Prakondisi 1956-1957;
(ii) Pecahnya perang Maret-Juni 1958;
(iii) Fase perang gerilya, Mid 1958-1961, PRRI;
(iv) Dampak Eksesif, 1961-1965, yaitu era kemenangan rejim Jakarta.
Fase I: Prakondisi.
Memasuki tahun 1950-an Indonesia sebagai bangsa yang baru merdeka mulai berdaulat dan belajar berpemerintahan sendiri.
Bersamaan dengan itu, keadaan paska perang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Infrastruktur, jalan dan jembatan, fasilitas publik yang hancur berantakan di masa perang nyaris belum tersentuh pembangunan kembali.
Jatuh bangun pemerintahan mengakibatkan perhatian terhadap daerah terabaikan.
Sementara itu, cita-cita kemerdekaan yang masih hangat dalam memori kolektif para pemimpin dan rakyat di daerah justru melahirkan kekecewaaan karena tidak sesuai dengan yang dibayangkan sebelumnya.
Mereka masih tetap berpegang teguh pada pemikiran bahwa setelah merdeka, Indonesia harus menjadi bangsa yang modern, dalam arti Indonesia harus sejajar dengan Barat.
Bahasa mereka menekankan ide-ide progresif menentang feodalisme, keharusan adanya mobilitas sosial yang radikal, koeli word toean – kuli menjadi tuan.
Namun sampai pertengahan tahun 1950-an, kondisi paska perang tidak menunjukkan perubahan yang berarti.
Akan tetapi kekekecewaan daerah terhadap kebijakan nasional lebih dari sekedar merupakan akumulasi anekaragam masalah yang timbul paska Pemilu 1955.
Di antaranya ialah:
(i) tuntutan otonomi daerah luas dalam rangka pelaksanaan sistem pemerintahan desentralisasi serta tuntutan perimbangan keuangan yang wajar, layak dan berkeadilan antara daerah dan pusat.
Erat kaitannya dengan ini penguasaan sumber daya ekonomi luar Jawa, khususnya Sumatera Tengah (perkebunan, tambang dan sektor moneter dan ekonomi manufaktur) berada di bawah kendali pusat dan hanya sedikit yang disisakan untuk daerah.
(ii) masalah integrasi berbagai kesatuan bersenjata lokal menjadi angkatan darat regular, termasuk masalah akseptabilitas tokoh kepala staf angkatan darat; campur tangan parlemen terhadap masalah intern angkatan darat; hubungan antara Presiden Soekarno dengan kabinet parlementer dan kepemimpinan angkatan darat; (iii) masalah keretakan Dwitunggal Soekarno-Hatta yang berakhir dengan pengunduran diri Wakil Presiden Hatta bulan Desember 1956;
(iv) masalah ideologis pasca Pemilihan Umum I tahun 1955 sehubungan dengan penyusunan konstitusi baru pengganti Undang-Undang Dasar Sementara tahun 1950; masalah konsepsi Soekarno sejak tahun 1957 dan last but not least ialah come-back-nya PKI sebagai salah satu partai besar pemenang Pemilu 1955 yang berlindung di balik gezag Presiden Soekarno.
Yang lebih menyakitkan lagi bagi daerah ialah bahwa selama perang kemerdekaan mereka telah memperlihatkan loyalitas dan pengorbanan tanpa batas untuk kemerdekaan.
Namun banyak kebijakan pemerintah pusat yang sewenang-wenang, yang membuat para pemimpin dan rakyat di pulau itu merasa diperlakukan tidak adil.
Mereka memandang rejim Jakarta tak tahu berterima kasih dan diskriminatif.
Dalam kaitan ini tidak heran jika jajaran kelompok tentara di daerah paling merasakannya.
Terlebih lagi tatkala upaya pembonsaian satuan tentara Divisi Banteng yang di masa perjuangan kemerdekaan sangat kuat dan andal dalam pertempuran melawan Belanda dipandang sebagai tindakan pecah-belah.
Divisi ini kemudian dipecah-belah, beberapa unit dikirim ke daerah lain di Indonesia dan sisanya ditempatkan di bawah komando teritorial Sumatera Utara di Medan; pemindahan komandan terbaik mereka, keharusan menerima bekas tantara KNIL masuk ke tentara Republik, dikeluarkannya sebagian tentara pejuang dari kedinasan.
Faktor-faktor ini meninggalkan pengalaman pahit dan menimbulkan perasaan dendam terhadap pusat yang diidentikkan dengan Jawa.
Beberapa ikhtiar untuk mendamaikan konflik pusat dan daerah telah dilakukan, baik lewat lobi-lobi pribadi maupun lewat forum terbuka nasional seperti Munas kjemudian Munap bulan September 1957, Piagam Palembang dan lain-lain.
Namun niat baik itu menjadi mentah ketika terjadi Peristiwa Cikini di akhir November 1957, sehingga segala sesuatu yang diupayakan sebelumnya menjadi buyar dan pada saat yang sama teror, intimidasi dan fitnah makin tak terkendali.
Sejumlah pemimpin terpaksa menyelamatkan diri keluar Jakarta dan bergabung dengan dewan-dewan perjuanagan di daerah yang dipelopori oleh kelompok militer Sumatera Tengah (Kol. Ahmad Husein) dengan mendirikan Dewan Banteng, kemudian disusul oleh Dewan Garuda di Sumatera Selatan (Kol. Burlian), Dewan Gajah di Sumatera Utara (Kol. Simbolon), Dewan Lambung Mangkurat dan Permesta di Sulawesi (Kol. Ventje Samual).
Dengan pelembagaan gerakan protes menentang Jakarta ini, polarisasi pertentangan pusat dan daerah dan sebaliknya semakin mendekatkan daerah ke tubir jurang perpecahan yang lebih dalam.
Fase II: Pecahnya Perang Saudara (Civil War).
Ketika semua upaya rekonsialisasi mengalami jalan buntu, sebuah badan disebut dengan Dewan Perjuangan, yaitu unsur inti dari gabungan dewan-dewan yang disebut sebelumnya, mengeluarkan ultimatum kepada pusat pada 10 Februari 1958, setelah mengadakan rapat di Sungai Dareh, Sumatera Tengah.
Isinya antara lain ialah tuntutan agar Kabinet (Pemerintahan) Djuanda dibubarkan dan menyerahkan mandatnya kepada Presiden atau Pejabat Presiden; memberikan kesempatan dan bantuan sepenuhnya kepada Hatta dan Sultan Hamengkubuwno IX untuk membentuk zakenkabinet sampai Pemilu berikutnya; meminta kepada Presiden Soekarno agar bersedia kembali sebagai Presiden konstitusional dengan membatalkan semua tindakannya yang melanggar konstitusi selama ini.
Apabila dalam tempo 5 x 24 jam Presiden Soekarno dan Kabinet Djuanda tidak mememuhi tuntutan tersebut, maka mereka akan membentuk pemerintahan sendiri yang terlepas dari kewajiban untuk mentaati pemerintah Jakarta.
Oleh karena kedua belah pihak tidak mau mundur dengan pendirian masin-masing, maka ketika ultimatum itu mencapai tenggat waktu yang ditetapkan, maka pada tanggal 15 Februari, genderang perang saudara segara ditabuh.
Itu ditandai dengan dibentuknya PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indoensia) lengkap dengan susunan kabinet tandingan Jakarta.
Beberapa tokoh utamanya, ialah Ahmad Husein sebagai Ketua Dewan Perjuangan dan Mr. Sjafruddin Prawiranegara (bekas Ketua PDRI) sebagai Perdana Menterinya.
Sejumlah tokoh pusat juga bergabung ke dalamnya seperti Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Asa’at, Moh. Natsir, Kol. Zulkifli Lubis dan bekas Perdana Menteri Burhanuddin Harahap dan lain-lain.
Sejak itu meletuslah apa yang disebut oleh Jakarta sebagai pemberontakan oleh PRRI, tetapi sebaliknya para pendukungnya menyebut gerakan mereka sebagai pergolakan daerah menentang rejim Jakarta yang inkonstitusional.
Inilah manuver militer dan intelijen RI terbesar setelah merdeka.
Tentara pusat (APRI) atau tentara Soekarno, mengerahkan seluruh angkatan perang (darat, laut dan udara dan kepolisian).
Kekuatan APRI waktu pertama diterjunkan mencapai lebih 20.000 pasukan.
Mereka umumnya dari Satuan Diponogoro, yang waktu itu kebanyakan sudah disusupi oleh kelompok merah (komunis).
Semantara Kekuatan PRRI pada tahap awalnya disokong oleh CIA.
Namun karena sama sekali tidak menduga dan karena itu tidak siap untuk menghadapi perang sungguhan, maka kota-kota di Sumatera Tengah dengan mudah dapat diduduki.
Pusat perlawanan terutama terjadi di Sumatera Barat dan Riau serta mitra PRRI, yaitu Permesta di Sulawesi.
Para pejuang PRRI secara lambat laun tapi pasti terpaksa mundur ke pedalaman dengan melancarkan perang gerilya.
Fase III : Bergerilya dan Jatuhnya Korban.
Sesuai dengan sifatnya, suasana perang menimbulkan tindakan anarkis, brutal yang menyebabkan banyak korban jatuh akibat tindak kekerasan, begitu juga penyalahgunaan wewenang militer, teror, pemerkosaan, pendobrakan rumah penduduk, sampai pada penyiksaan dan pembunuhan.
Lebih tragis lagi, sebegitu banyak generasi muda Minang yang hilang (generasi antara angkatan 45 dan 66) karena sebagian besar penduduk Sumatera Barat bergabung dengan PRRI.
Pihak CIA yang semula membantu PRRI lambat laun menarik dukungannya dan berpaling kepada pemerintah pusat yang mengirim pasukannya secara periodik dari kesatuannya di Jawa.
Menurut laporan korban di pihak (pemerintah) terbunuh sebanyak 983 orang, 1.695 luka-luka dan 154 orang hilang, sementara pihak PRRI sebanyak 6.373 terbunuh, 1.201 terluka dan yang tertangkap serta 6.057 yang menyerah (W.A.Hanna, 1959:14).
Menurut sumber resmi Kodam 17 Agustus di pihak PRRI sebanyak 6.115 tewas dan 627 yang hilang, sedang pihak Kodam III/APRI sebanyak 1.031 tewas, dengan rincian 329 tentara, 56 brimob, 67 OPR, 7 pegawai dan 572 rakyat (Caturwarsa, 1963: 81).
Jumlah ini belum termasuk kasus-kasus penyiksaaan dan pemerkosaan serta teror.
Fase IV: Dampak Eksesive.
Ekses dari perang saudara itu berlangsung antara 1961-1965, yaitu era kemenangan tentara Sukarno dan berlakunya Demokrasi Terpimpin yang sekaligus menandai dimulainya rejim Orde Lama yang semakin militeristik dan oversentralsitik.
Dengan bekerjanya mesin politik rejim dengan partai komunis, PKI sebagai garda terdepannya, orang Sumatera Barat khususnya mengalami perlakukan yang sewenang-wenang sebagai orang kalah perang.
PKI dengan onderbouw-nya, OPR, melakukan teror dan penekanan terhadap semua unsur yang dituduh terlibat PRRI.
Termasuk KTP dengan cap K.
Rumah-rumah keluarga pemberontak dicap silang, X pertanda eks PRRI dan macam-macam larangan, termasuk pemecatan dan tidak diberi izin naik haji.
Bagi mereka yang tidak tahan dihina dan menderita di kampung halaman, meninggalkan kampung halaman.
Maka sejak itu terjadilah eksodus besar-besaran keluar daerah.
Dampak psikologis berupa stigma pemberontak untuk orang Sumatera Barat masih tetap berlangsung, walaupun telah terjadi pergantian rejim dari Orde Lama ke Orde Baru Soeharto.
Reinterpretasi Sejarah PRRI
Bagaimanakah kita harus mencermati kembali pengalaman sejarah bangsa yang tak menyenangkan pada dekade itu?
Jika hampir semua pihak menyesali terjadinya konflik bersenjata yang amat serius itu, baik pada masa itu, maupun di dibelakang hari, pihak manakah yang harus dipersalahkan?
Siapakah sebenarnya yang diuntungkan dan sebaliknya siapakah yang dirugikan?
Apakah kegusaran daerah terhadap kelambanan pemerintah di pusat dalam menangani isu-isu nasional paska perang tidak perlu diperhitungkan alias dapat diabaikan?
Apakah jurang perbedaan pusat-daerah harus diselesaikan dengan pendekatan keamanan atau menyerang daerah yang lemah karena dianggap melanggar konstitusi?
Apakah dalam negara modern, masih berlaku warisan kekuasaan kerajaan lama (baca: feodalisme), yang mengatakan the king do no wrong?
Jelas, bahwa semua pertanyaan ini tidak mungkin dijawab dengan potret hitam putih.
Sejarah hadir dalam peristiwa-peristiwa.
Peristiwa memerlukan tokoh.
Dan tokoh harus tewas dalam peristiwa atau kalau tidak, dibenamkan dalam sejarah.
Dengan cara itu, sejarah diulang-ulang dan tokoh diingat-ingat atau sebaliknya dikucilkan dari sejarah.
Mengulang dan mengingat sejarah bangsa haruslah bersumber pada diskursus rejim yang berkuasa.
Setidaknya begitulah yang berlaku dalam iklim kekuasaan otoritarianisme, yang menentukan siapa sang pemenang dan siapa pecundang;
siapa untung dan siapa buntung.
Namun dalam iklim demokratis yang sehat dan makin terbuka dewasa ini, narasi-narasi sejarah makin membuka ruang akal sehat untuk menemukan kembali sejarah pergolakan tahun 1950-an?
Apakah yang menjadi sebab-musabab pergolakan di tanah air dalam tahun 1950-an tersebut, khususnya dalam kasus PRRI?
Sekali lagi, pertanyaan ini sangat musykil dijawab hitam putih, karena para tokoh dan peristiwa tidak selalu linear dalam alur sejarah yang sedang berlangsung.
Tentang ini ada dua sudut pandang.
Pertama, pemerintah mencari sebab itu dalam dunia ketidakpuasan yang berputar di sekitar pembangunan dan otonomi daerah,seraya menyalahkan pemimpin yang tidak sehaluan dengan garis resmi sebagai pembangkang yang harus diamankan.
Selain dari adanya perbedaan faham tentang pengertian pembangunan dan otonomi antara Pemerintah Pusat dan dewan-dewan di daerah (luar Jawa), maka yang menjadi sebab pergolakan adalah jauh lebih luas dan jauh lebih dalam dari pada dua sebab yang disebutkan Pemerintah.
Perasaan kecewa daerah karena kemerdekaan yang dinanti-natikan tak kunjung terwujud, karena pemerintah pusat sibuk dengan urusan kekuasaan, sehingga di daerah timbul perasaan makin merdeka makin melarat (dikutip dari Yamin 2009: 25).
Fakta bahwa terjadi ketimpangan pembangunan yang hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa adalah satu hal, yang membuat hilangnya kepercayaan dan wibawa pemerintah pusat di mata daerah bergolak.
Hal lain yang lebih dalam ialah perasaan diperlakukan tidak adil karena baik unsur sipil maupun militer di daerah hanya menerima perintah dari pusat, sementara suara daerah terabaikan.
Persoalan ini lebih dirasakan oleh daerah khususnya Sumatera Barat, kampung halaman orang Minang Kabau yang terbiasa hidup berdemokrasi dan bermusyawarah.
Lubuk perasaan Minang sangat sukar diselami dan sangat tertutup bagi orang yang curiga padanya, walaupun bagaimana juga orang Sumatera Tengah suka berbicara dan suka berunding serta bermufakat untuk kepentingan umum.
Memang untuk berkata-kata dipakai lidah, menurut peradaban Minang, untuk melahirkan pikiran, tetapi pintu dialog pun tertutup tatkala Insiden Cikini meletus akhir November 1957, seperti disinyalir banyak pengamat, merupakan provokasi menggagalkan adanya rekonsiliasi nasional.
Kasus Cikini masih diliputi misteri, tetapi jika pandangan ini benar, maka kelompok yang tidak menghendaki terjadinya rekonsialisasi itu adalah kelompok PKI, sebab baik pemerintah maupun kelompok daerah, keduanya menyediakan diri mereka untuk melakukan rujuk nasional dalam rangkaian pertemuan yang disepakti tetapi gagal dilangsungkan.
Apakah PRRI pemberontak atau bukan, tergantung pada pengertian dan titik pandang yang digunakan.
Memang, pemerintah sejak semula dan sampai kini (dalam buku-buku sejarah) menggunakan kata pemberontakan terhadap PRRI dan karena itu dipandang inkonstitusional dan bahkan dituduh sebagai gerakan saparatis dan petualangan pribadi.
Namun pandangan semacam itu, menurut Yamin, kecuali dangkal tetapi juga menyesatkan.
Negara ini adalah negara hukum (Rechtstaat) dan bukan negara undang-undang (Wetstaat).
Antara keduanya terdapat perbedaan tajam.
Yang pertama mengandung penilaian kepantasan (waardeeringsordeel) dan kesadara hukum tak tekrulis (rechtsbewustzijn), semantara yang kedua, legal-formal dan procedural yang semata-mata bersandar pada teks yang tertulis.
Berdasarkan bukti-bukti yang tersedia tidak ada maksud PRRI untuk mendirikan Negara dalam Negara dan juga tidak ada tuntutan untuk menggulingkan pemerintah, kecuali mengajukan pemerintahan tandingan di Jakarta yang dianggap sudah inkonstitusional.
Seperti terlihat dari tuntutan yang diajukannya, juga tidak ada tuntutan daerahisme (Sumateraisme, Sulawesiisme dan sejenisnya, kecuali semata-mata mencerminkan kegusaran dan kepedualian daerah terhadap isu-isu nasional yang tidak menentu.
Daerah bergolak tetap menghormati Soekarno sebagai Presiden RI, dan lagi pula tidak ada satu pun lambang Negara yang diubah.
Bagaimanapun juga daerah bergolak merasa berhak (rechtmatig) memberikan peringatan terhadap pusat, meskipun illegal.
Tetapi demi perubahan ke arah yang lebih baik demi kepentingan nasional, adakalanya tindakan illegal dapat dibenarkan sebagaimana terjadi dalam banyak kasus sejarah bangsa kita.
Barangkali hanya Mohammad Hatta yang tetap konsisten sebagai demokrat sejati dalam kasus PRRI.
Ia prihatin dengan keadaan yang sedang terjadi dan coba mengingatkan kepada Jenderal Mayor A.H. Nasution, supaya jangan mengambil tindakan bersenjata di Sumatera dan Sulawesi karena serangan bersenjata bukan satu-satunya jalan keluar. ….namun Nasution ngotot menolak.
Hatta hanyalah rakyat biasa yang tak punya kuku untuk mencegahnya.
Ia tetap memutuskan untuk mengejar dan menangkap Ahmad Husein saja serta orang-orang di sekelilingnya.
Dalam buku Howard P. Jones, (mantan Duta Besar AS di Jakarta), berjudul Indonesia, The Possible Dream (1977), Hatta mengingatkan Nasution: ………. I did not agree, that the army should launch an attack on the rebels.
That was a mistake …….
Hatta juga mengutuk Ahmad Husein dengan proklamasi PRRI-nya, dan pada saat yang sama juga mengutuk Nasution dengan langkah perangnya yang fatal itu.
Sesudah mengundurkan diri nya sebagai Wakil Presiden Desember 1956, Hatta bagi Nasution tentu bukan siapa-siapa lagi kecuali cuma sebagai warga negara biasa.
Lagi pula Sukarno juga sudah patah arang dengan Hatta dalam memandang PRRI.
Bagi Sang Presiden PRRI adalah Pancasila Crusade dan karena itu membenarkan dijatuhkan hukuman dengan cara menumpas PRRI sampai ke akar-akarnya.
Istilah pemberontakan yang digunakannya Nasution dan juga bagi Presiden, menunjukkan persepsi pribadi keduanya dengan alasan sendiri-sendiri.
Bagi Sukarno PRRI merupakan ancaman serius terhadap persatuan dan kesatuan bangsa dan negara secara menyeluruh.
Itulah obsesinya sejak muda, tetapi ia mengabaikan sila yang lain, keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Suatu tantangan yang kita hadapi dalam memahami seluruh perkembangan sejarah yang bersifat wide-gauged ini adalah paradigma apa yang akan kita gunakan untuk menafsirkan perkembangan yang terjadi.
Istilah yang realatif netral dan akademis, agaknya lebih tetap menggunakan istilah perang saudara (civill war) antara pusat dan PRRI sebagai gerakan nasional di daerah.
Adalah suatu hal yang menarik untuk diperhatikan bahwa baik R.Z, Leirissa maupun G.MT. Kahin memusatkan perhatiannya pada kebijakan para tokoh puncak dalam struktur pemerintahan negara.
Kebijakan, strategi serta keputusan yang mereka ambil, yang berlangsung dalam tatanan kenegaraan yang memiliki otoritas legal itu, baik tepat maupun tidak baik, disetujui maupun ditentang oleh rakyatnya sendiri, secara de facto sangat mempengaruhi perkembanqan sejarah.
Pembahasan masalah PRRI-Permesta memang akan terkait pada peranan tokoh-tokoh sentral Presiden Soekarno, Perdana Menteri Djuanda, Nasution dan peranan PKI di belakang layar, di samping tokoh-tokoh anti-Jakarta seperti Kolonel Zulkifli Lubis dan Letnan Kolonel Ahmad Husein, Sjafruddin Prawiranegara, Mohammad Natsir, Burhanuddin Harahap, Mr. Moh. Rasjid dan lain-lain tak terkecuali keterlibatan pihak asing, khususnya kakak-beradik, John Foster Dulles, Menteri Luar Negeri A.S serta Kepala CIA W. Alien Dulles waktu itu.
Penutup
Dekade 1950-an adalah dekade penuh pergolakan.
Jika makin ditarik ke belakang, daerah manakah yang tidak pernah melakukan pemberontakan menentang rejim Jakarta?
Mengapa mereka memberontak?
Dapat dipastikan masing-masing memiliki alasan berbeda-beda, baik dasar ideologisnya atau tujuannya.
Namun boleh dikatakan hampir semuanya bersentuhan dengan pe rasa an diperlakukan tidak adil, sebagian lain mungkin karena kompetisi kekuasaan atau mempertahankan diri dari rasa nyaman dan reputasi.
Sejauh berkenaan dengan kasus PRRI, ia merupakan representasi ketidakpuasan nasional yang dimunculkan di daerah bergolak, yang didukung oleh para pemimpin nasional dan lokal dari berbagai aliran, sipil dan militer, pemuda dan rakyat kebanyakan.
Dalam satu dan lain hal PRRI adalah Reformasi avant le latere, reformasi yang kelewat dini, karena klaim PRRI terhadap pusat ternyata dibenarkan oleh sejarah yang lebih kemudian, ketika tuntutan pembubaran PKI baru terlaksana pada masa Orde Baru dan tuntutan otonomi yang lebih luas pada era reformasi, betapapun hasilnya masih mengecewakan, keduanya adalah gagasan yang sudah dicetuskan secara lantang oleh daerah bergolak tahun 1950-an.
Jika ada hasil yang dapat dicapai dari proses pembelajaran sejarah hubungan pusat-daerah dalam dekade tahun 1950-an, maka hasil itu ialah bahwa pemerintah bisa keliru dalam mengambil kebijakan dan mampu mengakui kekeliruan dan bahkan kebohongan tindakannya tanpa perlu mengambil jalan kekerasan demi menjalankan amanah konstitusionalnya.
Padang 17-3-2011
Adrian Vikers, Mengapa Tahun 1950-an Penting bagi Kajian Indonesia, dalam Henk Schulte Nordholt, Bambang Purwanto dan Ratna Saptari (eds.).
Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia (Jakarta: Yayasan Obor, Kitlv dan Pustaka Larasan, 2008).
Alwin Nurdin, Penggranatan Cikini. Provokasi Menggagalkan Rekonsialisi Nasional dan Pemicu Perang Saudara antar-Pejuang 45. Makalah, Jakarta, 2006.
Gusti Asnan, Memikir Ulang Regionalisme. Sumatera Barat Tahun 1950-an. Jakarta: Yayasan Obor 2007.
Kahin, Audrey. Dari Pemberontakan ke Integrasi. Sumatera Barat dan Politik Indonesia 1926-1998. Terjemahan.Jakarta: Yayasan Obor, 2005.
Kementerian Penerangan, Keterangan Pemerintah tentang Persoalan Sumatra Djakarta: Penerbitan Khusus, 1958.
PRRI, Penjelewenangan Jang Membahayakan Negara. Djakarta: Kementerian Penerangan, 1958.
Kodam II 17 Agustus, Sedjarah Kodam II 17 Agustus. Padang: Sedjarah Militer Kodam 17 Agustus, 1970
R. Z. Leirissa, PRRI-Permesta : Strategi Membangun Indonesia Tanpa Komunis, Jakarta : Grafitipers, cetakan pertama 1990.
Mestika Zed, PRRI dalam Perspektif Militer dan Politik Regional : Sebuah Reinterpretasi dalam Jurnal Studi Amerika (UI),NO. (1999).
Mestika Zed, Edi Utama dan Hasril Chaniago, Sumatra Barat di Panggung Sejarah 1945-1950. Jakarta: Sinar Harapan, 1998.
Mestika Zed dan Hasril Chaniago, Perlawanan Seorang Pejuang. Biografi Kolonel Ahmad Hussein. Jakarta: Sinar Harapan, 2001.
Moh Yamin. Dewan Banteng Contra NeoNingrat. Naskah Pidato Yamin di Parlemen akhir 1957. Diterbitkan kembali oleh LPPM Tanmalaka, Jakarta, 2009.
Saafroedin Bahar, PRRI-PERMESTA : Sebuah Kasus Keterkaitan antara Masalah Integrasi Nasional dan Perang Dingin, Makalah UI. April 1998.
Sjoeib, Let. Kol . Purn. Era Eksperimen Politik Dari Presiden Soekarno, 1956-1966, Makalah UI, April 1998
Syamdani, PRRI, Pemberontakan atau Bukan? Jakarta: Medpress, 2009.
Lampiran
Tabel : Kasus Pergolakan Daerah Tahun 1950-an.
Kasus Pergolakan |
Tokoh |
Tahun |
Daerah |
Jumlah Korban yang Tewas |
1.Kasus DI/ NII |
Kartosuwiryo. *) |
1949-1962 |
Jawa Barat |
428 (1951/52) 2447 (1957) |
2.Kasus DI/ NII |
Ibnu Hadjar |
1950– 1954 |
Kalimantan Selatan |
1.055 tewas |
3.Kasus DI/ NII |
Kahar Muzakkar |
1952- 1953 |
Sulawesi Selatan |
750 |
4.Kasus DI/ NII |
Amir Fatah |
1951- 1954 |
Jawa Tengah |
700 |
5.Kasus DI/ NII |
Daud Beureueh |
1953- 1959 |
Aceh |
ratusan |
**) |
6.Kasus Andi Aziz. |
Kapten Andi Aziz |
5-4-1950 |
Sulawesi Selatan |
? |
7.Kasus Republik RMS, |
Dr. Soumokil |
25-4-1950 |
Maluku Selatan |
? |
8.Kasus PRRI/ Permesta: |
Ahmad Hussein; Ventje Samual |
1958- 1961: |
Sumatera dan Sulawesi |
22.174 dan 7000 – 8000 |
*). DI)/NII (Darul Islam/ Negara Islam Indonesia (DI)/NII)
**). Tidak ada angka nominal, Van Dijk (1983: 95).
Angka-angka nominal dalam tabel di atas hanyalah sekedar petunjuk (indikatif) daripada definitif dan masih perlu dikonfirmasi lagi akurasinya.
Lagi pula, korban akibat konflik horizontal antar pribadi dan kelompok dalam kasus yang sama juga tidak bisa dielakkan dan jumlahnya diperkirakan juga tak sedikit.
Sumber: Mestika Zed, “Hiden History. Sejarah Kebrutalan dan Kejahatan Negara. Isu-Isu dan Strategi dalam Konteks Sejarah Indonesia, Jurnal Demokrasi dan HAM [The Habibie Center], Vol 2 No. 1 (2001): p. 27.
Tentang pemikiran gerakan otonomi daerah menurut pemikir Sumatera tahun 1950-an lihat rangkaian tulisan mereka dalam Gusti Asnan (ed.) (2006).
Sekedar ilustrasi misalnya, nilai ekspor dari Padang tahun 1956 nominal adalah Rp 187.300.000,-, lebih kecil dibanding dengan nilai ekspor Sumatra Utara yang besarnya Rp 2.090.000.000,- dan Sumatra Selatan sebesar Rp 3.324.000.000,-.
Dilihat dari konteks ini, diperkirakan bahwa dalam waktu sembilan bulan terhitung mulai Januari sampai September 1956, Sumatra Tengah, termasuk Riau, memperoleh devisa sebesar Rp 1.137.000.000,-.
Pajak yang terkumpul di wilayah ini setiap bulan berjumlah Rp. l70.000.000,- tetapi hanya Rp20.000.000,- yang disisakan untuk daerah sedangkan sisanya disetorkan ke pernerintah pusat, yang mengalokasikan kembali sebesar Rp. 40.000.000,- untuk provinsi ini untuk mendanai kebutuhan badan-badan pemerintah setempat.
Dengan kata lain, pusat mendapat penerimaan pajak yang jauh lebih besar daripada yang dapat diterima daerah.
Staf Umum Angkatan Darat, PRRI, hlm. 59, sebagaimana dikutip dari Kahin (2005: 291).
Kakekku Berkisah…
posted by icit milanisti | at Rabu, Juli 24, 2013
Siapa yang suka bercerita dengan bangga sekaligus miris tentang dirinya “disebut” sebagai pemberontak?
Ya itulah kakekku, kakaknya nenek yang paling tua. Ketika aku ngobrol dengannya, yang biasanya berawal dari ngobrol tentang apapun, pasti ujung-ujungnya akan sampai juga ke kisahnya waktu muda jaman PRRI.
Syarifudin Prawiranegara. bukan, bukan dia kakekku >_< |
Bercerita tentang adik-adiknya yang pergi masuk hutan untuk “berperang” dan dia yang tetap tinggal di rumah sehingga mengakibatkan jadi bulan-bulanan tentara pusat yang waktu itu disebut juga “Tentara Sukarno”.
Entah mengapa aku selalu ikut semangat ketika mendengar ceritanya, dan karena melihat antusiasku dia menjadi semakin ingin melanjutkan ceritanya.
Ditambah lagi keluarga kami yang katanya adalah keluarga Masyumi, menambah imbas penderitaannya sebagai keluarga pemberontak.
Istilahnya adalah “tawanan kampung”, gerak geriknya diawasi, rumah dikasih tanda silang gede di pintunya dan di penjuru rumah dikasih lampu sorot yang mengarah ke tengah menerangi rumah untuk memantau siapa yang datang dan pergi dari rumah.
Pekerjaan kakek sebenarnya adalah sebagai guru pegawai negeri, di awal penempatan di Gorontalo selama 3 tahun sering membuatnya sakit-sakitan, mungkin karena tidak cocok udara panas katanya, dan juga karena di sana makanan full kolesterol sehingga kesehatannya ngedrop.
Akhirnya dia pulang sebentar ke kampung dan berniat mengurus pindah kerja. Permintaan itu akhirnya diloloskan dan dia mendapat surat kepindahan ke Magetan.
Padahal belum berangkat waktu itu, namun daerah Minang sudah dikepung oleh tentara pusat di lautan.
Kemudian sesudah itu terjadi penyerangan sehingga mahasiswa-mahasiswa dan pemuda “pejuang” berlarian ke hutan. Pergi berperang, itulah istilahnya jaman dulu.
Karena itu jugalah kakek terpaksa harus ke sawah lagi, beralih profesi yang semula dari guru. Dia tidak bisa mendaftarkan kepegawaiannya karena dicap pemberontak.
Semua surat-suratnya tidak diakui. Kesalahan dia di awal juga sih, ketika pernah ada woro-woro semua pegawai disuruh mendaftar ulang dia tak mau melakukannya, gara-gara idealisme terhadap PRRI, hihihi.
Walaupun sesudah beberapa lama surat-surat itu bisa diakui kembali dan dia kembali berprofesi menjadi guru, namun itu membutuhkan perjuangan yang cukup panjang. Bahkan harus sampai ke Medan dan Jakarta.
Dia juga selalu menceritakan satu kejadian genting ketika rumah kami dikepung tentara yang mendapat kabar burung bahwa adik kakek yg pejuang digosipkan sedang pulang ke rumah, keluar dari hutan.
Ketika kakek mengintip keluar rumah ternyata benar, tentara pusat sudah berada di sekeliling rumah untuk menyergap.
Adiknya yang waktu itu memang pulang dengan menyelinap masuk rumah malam-malam bersama beberapa temannya bersenjata lengkap (wuiih keren) akhirnya melarikan diri.
Dengan krukupan sarung merayap di sisi tebing yang ditumbuhi rimbunan pohon bambu yang ada di belakang rumah, untuk mencari tempat sembunyi.
Alhamdulillah selamat. Karena kata kakek kalau kedapatan seperti itu mah biasanya sudah langsung tembak di tempat aja, serem gak sih… *bergidik*.
Itulah 3,5 tahun yang selalu ingat dan sering diceritakan kakek. Diceritakan dengan sedih karena dia selalu teringat susahnya hidup jaman itu tapi sekaligus bangganya dengan nilai perjuangan yang dia yakini.
Makanya saya sangat memaklumi ketidaksukaan dia terhadap Sukarno dan..yah partai yang sedang naik daun waktu itu. Belum lagi cerita lain mengiringi kehidupan sebagai “keluarga pemberontak” yang juga dialami oleh anggota keluarga yang lain. Ah…masa itu sesuatu sekali ya…
Sabar ya kek.. *puk puk*
Kenapa Syafruddin Prawiranegara dianugerahi Pahlawan Nasional ?
Sewaktu Presiden SBY memberikan anugerah Pahlawan Nasional kepada Syafruddin Prawinegara (foto dikiri) di Istana Negara, pada Selasa 8 November 2011, saya sempat bergumam, “Kenapa seorang pemimpin pemberontakan PRRI Permesta,justru mendapat anugerah Pahlawan yang sangat mulia ini ?. Lalu bagaimana misalnya dengan Gus Dur atau Soeharto ?”.
Bagi peliput berita dan banyak kalangan, penganugerahan gelar ini kurang dipublikasikan secara luas, apalagi menjadi headline. Tetapi bagi saya, pemberian gelar ini menimbulkan beberapa pertanyaan. Apakah pemberian gelar ini layak ?. Bukankah justru bisa memberikan signal yang salah bagi berbagai gerakan separatisme yang masih mungkin saja terjadi di negeri ini ?.
Mungkin karena saya sering bertanya-tanya tentang keabsahan penganugerahan Pahlawan Nasional tersebut, akhirnya saya kemudian diundang untuk mengikuti pertemuan para ahli sejarah pada awal Januari 2012. Pertemuan tersebut sebenarnya sedang membahas tentang rencana pemberian gelar pahlawan nasional, bagi seorang tokoh untuk peng-anugerahan direncanakan akan diberikan pada tahun 2012 ini (lihat foto dikanan). Hadir dalam pertemuan tersebut pimpinan organisasi Pembela Tanah Air (PETA), pimpinan organisasi Tentara Pelajar (TP), pimpinan organisasi Legiun Veteran, para Doktor ahli-ahli sejarah dari perguruan tinggi dan juga para ahli sejarah dari TNI.
Dari diskusi pada hari itu, saya menyaksikan bahwa para ahli sejarah Indonesia sudah semakin arif dan sangat berimbang dalam melihat perspektif sejarah. Di era reformasi ini nampaknya mereka sudah meninggalkan idiom Winston Curchill, yang mengatakan bahwa “Sejarah selalu ditulis oleh sang pemenang”. Inilah jawaban mereka mengenai gelar Pahlawan Nasional, yang diberikan kepada Syafruddin Prawinegara.
Terbentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)
Pada tanggal 19 Desember 1948, kota Jogjakarta diduduki oleh Belanda. Soekarno dan Hatta kemudian ditangkap untuk diasingkan ke Pulau Bangka (foto dikiri). Rupanya sebelum ditangkap, sang Dwi-tunggal sempat mengadakan rapat dan memberikan mandat kepada Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan sementara. Sehingga pada tanggal 22 Desember 1948, dibentuklah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), dengan Mr. Syafruddin Prawiranegara, sebagai Ketua PDRI. Kantor Pemerintahan Indonesia saat itu, antara lain berpindah dari Jogjakarta ke Bidar Alam, Sumatra Barat (foto dikanan). Berikut Pidato Syafruddin yang sangat terkenal, saat ia dilantik (tentu bahasa aslinya dalam ejaan lama) :
Belanda mengira bahwa dengan ditawannya pemimpin-pemimpin kita yang tertinggi, pemimpin-pemimpin lain akan putus asa. Negara RI tidak tergantung kepada Soekarno-Hatta, sekalipun kedua pemimpin itu sangat berharga bagi kita. Patah tumbuh hilang berganti.
Kepada seluruh Angkatan Perang Negara RI kami serukan: Bertempurlah, gempurlah Belanda di mana saja dan dengan apa saja mereka dapat dibasmi. Jangan letakkan senjata, menghentikan tembak-menembak kalau belum ada perintah dari pemerintah yang kami pimpin. Camkanlah hal ini untuk menghindarkan tipuan-tipuan musuh.”
Sejak pidato yang disiarkan secara luas itu membahana ke seluruh pelosok negeri, PDRI menjadi musuh nomor satu Belanda. Tokoh-tokoh PDRI harus bergerak terus sambil menyamar untuk menghindari kejaran dan serangan Belanda. Perlawanan bersenjata dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) serta berbagai laskar di Jawa, Sumatera serta beberapa daerah lain. Perlawanan PDRI di Sumatra dilakukan dengan membentuk 5 (lima) wilayah pemerintahan militer.
Sehingga menjelang pertengahan 1949, posisi Belanda makin terjepit. Dunia internasional mengecam agresi militer Belanda. Sedang di Indonesia, pasukannya tidak pernah berhasil berkuasa penuh. Keadaan ini memaksa Belanda untuk menghadapi RI di meja perundingan, yang nantinya menghasilkan kesepakatan yang bernama Perjanjian Roem-Royen. Dengan perjanjian ini, kembalilah ibu kota Jogjakarta ke tangan Soekarno-Hatta (foto dikiri saat Jendral Soedirman kembali ke Jogja, diterima Soekarno).
Tidak mengakui kepahlawanan Syafruddin, berarti menganggap bahwa sejarah Indonesia terputus antara Desember 1948 (sejak Soekarno-Hatta tertangkap) sampai kembalinya pemerintahan Indonesia ke Jogjakarta pada tanggal 6 Juli 1949. Itulah argumentasi para ahli sejarah.
Lalu siapakah yang memojokan Belanda sehingga mau berunding di perundingan Roem-Royen ?.
Tentu PDRI bersama TNI-lah yang paling berjasa.
Lalu bagaimana peran Syafruddin dalam Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) ?
Pada awal tahun 1958, Pemberontakan PRRI terjadi akibat ketidakpuasan daerah terhadap pemerintah Soekarno-Hatta, karena ketimpangan sosial yang terjadi dan juga semakin menguatnya pengaruh komunis (terutama PKI). Syafruddin diangkat sebagai Presiden PRRI yang berbasis di Sumatera Tengah (foto dikanan). Namun pemberontakan ini hanya berlangsung kurang dari setahun. Pada bulan Agustus 1958, perlawanan PRRI dinyatakan berakhir dan pemerintah pusat di Jakarta berhasil menguasai kembali wilayah-wilayah yang sebelumnya bergabung dengan PRRI. Keputusan Presiden RI No.449/1961 kemudian menetapkan pemberian amnesti dan abolisi bagi orang-orang yang tersangkut dengan pemberontakan, termasuk PRRI.
Menurut para ahli sejarah, kalau amnesti dan abolisi sudah diberikan, maka pemberontakan PRRI yang dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara, secara de Facto dan de Jure dimaafkan oleh Pemerintah Indonesia yang sah. Itulah alasan kenapa para ahli sejarah mendukung pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Syafruddin.
Lalu saya bertanya, “Apakah Soeharto bisa diusulkan menjadi Pahlawan Nasional ?”. Nampaknya salah satu hal yang mempersulit Soeharto untuk menerima penghargaan ini adalah, kebijakan “genocide” (pembunuhan massal tanpa proses hukum) yang pernah ia dilakukan. Peristiwa Genocide ini terjadi setelah perisitiwa G-30-S PKI dan juga peristiwa Pembunuhan Misterius (petrus). Buku-buku sejarah menunjukkan dan juga bahkan tulisan Soeharto sendiri menjelaskan, bahwa kebijakan Genocide, memang perintah yang dikeluarkan Soeharto. “Lalu bagaimana dengan Gus Dur”, tanya saya. Menjawab pertanyaan ini, para ahli sejarah terkesan hati-hati. Namun menurut mereka, salah satu kriteria gelar pahlawan adalah pernah memimpin perlawanan bersenjata terhadap penjajah.
Demikian liputan kami.
Salam
Hengki
Sumber triharyo web blog
Politics of Memory
Sjafruddin Prawiranegara dalam Dua Zaman: PDRI dan PRRI
Oleh: Mestika Zed
Pusat Kajian Sosial-Budaya & Ekonomi (PKSBE), Universitas Negeri Padang
SEJARAH memerlukan PERISTIWA.
Peristiwa memerlukan tokoh.
Dan tokoh harus tewas dalam peristiwa.
Bagi yang tak tewas dalam peristiwa, nasibnya akan dipertimbangkan lewat sejarah.
Masalahya sejarah yang mana?
Sejarah formal?
Atau sejarah publik?
Oleh karena politik yang mendefinisikan syarat-syarat menjadi tokoh pahlawan didasarkan pada ideologi, maka ia menjadi urusan politik ingatan (politics of memory) rejim yang berkuasa.
Dalam konstruksi politik ingatan semacam itu, ada tokoh yang harus diingat dan diulang-ulang mengingatnya, bahkan dengan berbagai cara (buku, film, bangunan dan arsip), dan pada saat yang sama ada pula yang wajib dilupakan.
Ada tokoh yang pada suatu zaman dielu-elukan, kemudian hilang atau dihilangkan dari peredaran memori bangsa.
Mengapa bisa demikian?
Tulisan ini akan membicarakan Mr. Sjafruddin Prawiranegara (1911-1989), salah seorang tokoh yang dilupakan, kalau bukannya sengaja dihilangkan dalam bingkai politik ingatan sejarah bangsa.
Ada dua peristiwa historis dalam sejarah bangsa, yang terkait dengan nama tokoh ini dan yang membuat dirinya diingat dan sekaligus dilupakan.
Keduanya berlangsung dalam era berbeda, yang satu PDRI, yang lain PRRI.
Peristiwa I, PDRI (1948-1949).
Peristiwa itu disebut Era PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) tahun 1948-1949, berkaitan dengan sejarah perjuangan kemerdekaan melawan Belanda, saat rejim kolonial melancarkan agresi militernya yang kedua bulan Desember 1948.
Akibatnya, nyaris fatal.
Mengapa? Bukan saja karena ibukota RI (Yogyakarta), jatuh ke tangan Belanda, tetapi pucuk pimpinan RI (Sukarno-Hatta) beserta sejumlah menteri ditangkap Belanda pula.
Sekedar ilustrasi mutakhir, bisakah Anda, pembaca yang budiman, membayangkan apa jadinya kalau Tripoli jatuh ke tangan musuh Khadafy dan ia sendiri ditangkap!
Begitulah kira-kira analoginya nasib Republik era PDRI.
Maka tidak heran jika Belanda waktu itu menganggap RI yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 itu sudah bubar, tamat riwayatanya.
Namun di saat yang sangat genting itu, darurat, Sjafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran dalam Kabinet Hatta, yang sedang berada di Bukittinggi, tampil ke depan memimpin Republik menggantikan Sukarno-Hatta.
Bukan kebetulan ia berada di sana, sebab sudah merupakan ’skenario besar’ dalam perang gerilya waktu itu bahwa jika Jawa sewaktu-waktu diduduki Belanda, kepemimpinan Republik harus berada di Sumatera.
Dan Sjafruddin Parwiranegara, waktu itu sudah berada di sana.
Beliau bukan saja mendapat mandat untuk memimpin RI dari Sukarno-Hatta yang ditawan Belanda, tetapi Panglima Jendral Sudirman, yang bergerilya di hutan-hutan di Jawa pun mematuhi perintah dari PDRI yang berpusat di Sumatera.
Sebagai ketua/ presiden RI di masa darurat, Sjafruddin memimpin perjuangan RI dari Bukittinggi, kemudian berpindah-pindah tempat ke pedalaman Sumatera Barat.
Akhirnya, PDRI dengan dukungan internasional, memaksa Belanda membebaskan pemimpin RI yang ditawan dan mengembalikan mereka ke ibukota Yogya pada pertengahan Juli 1949. (Episode ini dalam sejarah bangsa dikenal dengan Yogya Kembali).
Sejak itu rangkaian perundingan menuju pengakuan kedaulatan RI tinggal menunggu waktu.
Peristiwa II: PRRI (1958-1961).
Era PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) berlangsung sekitar 10 tahun setelah PDRI (1958-1961).
Peristiwanya terkait dengan pergolakan daerah melawan rejim Jakarta.
Tahun 1950-an Indonesia mulai belajar mengurus negeri sendiri.
Sebagai bangsa yang baru merdeka, banyak bengkalai paska perang yang harus diselesaikan.
Suhu politik nasional pun memanas.
Partai-partai berseteru merebut kursi kekuasaan.
Maka yang terjadi ialah gonta-ganti kabinet tiap sebentar.
Hampir tiap tahun, bahkan ada yang tak sampai usianya satu tahun, kabinet diganti lagi.
Karena pusat terlalu sibuk berpolitik, maka pembangunan daerah menjadi terlantar.
Lalu muncul dewan-dewan daerah di Luar Jawa yang mencoba menolong diri sendiri untuk membangun daerah mereka.
Rejim Jakarta jadi ciut nyalinya, sebab semangat otonomi di daearh muncul secara alami dan itu dapat membuat berkurangnya ketergantungan daerah terhadap pusat.
Maka berbagai kebijakan semena-mena oleh pusat makin menjadi-jadi.
Presiden Sukarno, misalnya, mengangkat dirinya sendiri sebagai ketua formatur untuk menyusun kabinet baru, mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup.
Dia tidak hanya membiarkan PKI masuk kabinet padahal sudah diingatkan, tetapi semakin memperlakukan partai komunis itu sebagai anak-emas.
Ia pun semakin membawa pusat menjadi semakin sentralistik di satu pihak dan condong daerahisme berbau Jawa di lain pihak.
Yang lebih pedih bagi daerah ialah, sementara pembangunan daerah luar Jawa terabaikan, sebagian besar produk luar Jawa (tambang, perkebunan dan produk lokal lainnya) dikuras untuk diangkut ke pusat atau ke Jawa.
Begitu pula halnya kebanyak jabatan sipil dan militer tingkat tinggi, baik di pusat maupun di daerah diisi oleh orang Jawa.
Perasaan diperlakukan dikriminatif, tidak adil menyulut sentimen anti-Jawa.
Wapres Hatta pun gerah dengan prilaku politik Sang Presiden yang makin semena-mena dan tak terkontrol lagi, sehingga ia minta mundur dari kursi Wapres tahun 1956.
Kemunculan PRRI dapat dilihat sebagai puncak pernyataan ketidakpuasan dari dewan-dewan perjuangan di luar Jawa ? dengan nama berbeda-beda di masing-masing daerah ? terhadap rejim Sukarno di Jakarta yang semakin otoriter dan yang didukung PKI.
Dewan-dewan perjuangan di luar Jawa itu sudah lama memperingatkan agar Sukarno kembali ke jalan konstitusi, tetapi rupanya tidak diindahkan.
Puncaknya, ya itu tadi: lahir PRRI.
Dewan-dewan luar di Jawa itu menyatukan barisan, lalu megeluarkan peringatan keras (ultimatum) tanggal 10 Februari 1958 dan lima hari kemudian mereka medeklerasikan lahirnya PRRI.
Di situ, sekali lagi, Sjafruddin Prawiranegara tampil ke depan memimpin RI sebagai pemerintahan tandingan atas RI pimpinan Sukarno di Jakarta.
Peringatan keras dari dewan daerah itu bukannya ditanggapi dengan jalan dialog dan berunding, tetapi dengan memerangi PRRI.
Kelompok militer, yang dikirim pusat, sebagian sudah disusupi PKI, menyerbu kedudukan PRRI tanpa ampun.
Semua angkatan (darat, laut dan udara plus kepolisian dan brimob) dikerahkan.
Kedudukan PRRI di Padang, Bukittinggi, dan Riau dibombardir.
Pada saat yang sama rekan-rekan mereka di dewan daerah di Sulawesi (Permesta), yang sudah bergabung dengan PRRI juga mengalami pukulan yang sama.
Menurut catatan sejarah, inilah eksperimen militer terbesar pertama paska perang kolonial.
Sejak itu terjadilah perang saudara, sesama pejuang yang tadinya sama-sama melawan musuh bersama: Belanda.
Rejim Jakarta menamakan PRRI sebagai pemberontakan, sementara pihak PRRI menyebutnya sebagai ikhtiar terakhir atau koreksi total terhadap rejim inkonstitusional.
Tergantung dari sudut pandang mana istilah itu digunakan.
Istilah yang netral secara akademik adalah perang saudara (civil war) karena masing-masing merasa yakin tengah memperjuangkan (ideologi) RI.
Tidak ada klaim pemisahan dalam perjuangan PRRI.
Apa lagi menegasikan simbol-simbol kenegaraan, konsititusi, bendera dan bahkan juga tidak ada klaim wilayah di dalamnya.
Aktor dan Sistem dalam kedua peristiwa itu, PDRI dan PRRI, aktornya sama: Sjafruddin Prawiranegara sebagai pemimpin pemerintahan, tetapi dalam suasana dan sistem yang sama sekali berbeda.
Dalam peristiwa pertama (PDRI) Indonesia berada dalam suasana perang kolonial, melawan musuh bersama: Belanda.
Penjajah itu ahirnya bisa diusir dari bumi Indonesia setelah dipaksa menyerahkan kedaulatan Indonesia di penghujung 1949.
Dalam peristiwa kedua (PRRI), yang terjadi pada dasarnya ialah perang-saudara antara sesama pejuang yang berseberangan jalan.
Yang satu menjadi pendukung rejim Sukarno, umumnya Jawa (tidak termasuk Sunda), yang lainnya mendukung PRRI.
Dalam kedua pemerintahan itu kata RI tetap dipertahankan, karena yang digugat pengikut PRRI ialah sistem pemerintahan yang otoriter dan mentaliteit feodal pusat dan banyak perangai politiknya yang sudah keluar dari cita-cita kemerdekaan atau konstitusi.
Di mata pembela PRRI, rejim Jakarta seakan-akan memutar bandul sejarah kembali ke sistem kolonial.
Apa pun namanya, demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin dan lain-lain, tetapi kalau prilaku politiknya masih berlaku diskriminatif, menggantung daerah, ketidak-adilan dan terlebih lagi eksploitatif terhadap rakyat daerah, itu tetap kolonial namanya.
Pastilah ada sesuatu yang salah dengan pemerintah pusat di Jakarta dan itu telah diingatkan berulangkali. Namun tetap buntu.
Maka tidak heran jika tahun 1950-an adalah tahun-tahun pergolakan daerah.
Antara tahun 1950 sampai awal 1960-an, tercatat setidaknya 8 (delapan) gerakan perlawanan menentang Pusat.
Masing-masing memiliki karaktersitik berbeda-beda, baik latar belakang, maupun proses dan tujuan akhirnya.
Dan PRRI hanyalah salah satu daripadanya.
Suatu hal yang pasti ialah bahwa PRRI bukan gerakan saparatis dan bukan pula pemberontakan untuk menumbangkan dasar-dasar negara, melainkan gerakan koreksi total terhadap rejim otoritarianisme.
Dalam sistem semacam itu, yang berlaku hanyalah adagium the king do no wrong (penguasa selalu benar).
Maka setiap kritik yang diarahkan ke sumbu kekuasaan akan berbalik jadi boomerang.
Tetapi Sjafruddin dengan dukungan pemimpin sipil dan militer serta rakyat di daerah, adalah tokoh pemberani yang konsisten, tidak peragu dan sigap dalam mengambil keputusan di saat kritis.
Dialah pemimpin sejati, yang merepresentasikan kerbau Minangkabau yang tangkas dalam legenda sejarah kampung halaman orang Sumatera Barat itu.
Sjafruddin, seperti halnya dengan para pemimpin PRRI dan rakyat daerah yang berada di belakangnya, masih tetap berpegang teguh pada pemikiran bahwa setelah merdeka, Indonesia harus menjadi bangsa yang modern, dalam arti sejajar dengan Barat dan bukan feodalisme baru yang kian marak.
Bahasa Pak Syaf, demikian panggilan akrabnya, selalu menekankan ide-ide progresif menentang feodalisme, keharusan adanya mobilitas sosial yang radikal, tetapi mengapa keadaan sedemikian runyam?
Kesalahan itu tentu tak sepatutnya ditimpakan kepada pusat semuanya.
Hanya saja mengapa bangsa yang baru merdeka itu harus menyelesaikan urusan dengan berperang dan bukan berunding cara Minangkabau?
Salah satu jawabannya sistem politik rejim otoritarianisme yang tak mau mendengan aspirasi akar-rumput.
Pembelajaran Sejarah
Bagaimanakah kita harus mencermati kembali pengalaman sejarah bangsa yang paradoks itu?
Yang satu, PDRI, kisah heroik yang menyelamatkan RI dari kehancurannya, sehingga ia pantas diperingati sebagai hari bela negara, seperti yang telah diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sejak 2006 lalu itu.
Yang lain, PRRI, kisah tragis, yang menurut pelakunya juga untuk menyelamatkan RI dari tirani kekuasaan rejim pusat yang menindas, tetapi gagal.
Jika hampir semua pihak menyesali terjadinya konflik bersenjata sesama saudara setanah air, yang amat serius itu, baik pada masa itu, maupun di dibelakang hari, pihak manakah yang harus dipersalahkan?
Siapakah sebenarnya yang diuntungkan dan sebaliknya siapakah yang dirugikan? Salah satu jawabannya terletak pada sejarah yang lebih kemudian, yang membuktikan klaim PRRI benar adanya.
Sukarno dan PKI akhirnya harus menerima takdirnya.
Dan PRRI itu sendiri dalam satu lain hal adalah Reformasi avant le latere, reformasi yang kelewat dini, mendahului zamannya.
Kini setelah puluhan tahun berlalu, di saat akal sehat kita mulai pulih, sejarah yang benar mestinya tidak ditentukan oleh rejim yang berkuasa, sebab rejim terus berubah, dan kriteria nilai siapa sang pemenang dan pecundang juga mengalami perubahan.
Tetapi dengan politics of memory yang memberi ruang pada ingatan kolektif, atau ingatan publik (vernacular memory).
Dalam konstruksi semacam itu, ukuran ketokohan seseorang bukan didasarkan pada konsesus politik sang pemenang, terlembaga dan diperingati secara reguler, melainkan pada penggalian pengalaman pelaku (tangan pertama), biasanya dalam lingkup komunitas yang lebih luas dan karena itu lebih intim dan lebih otentik.
Dalam konstruksi semacam itu, penghargaan terhadap tokoh tak lagi sekedar menjadi ruang hening cipta dalam upacara, melainkan untuk meluaskan batin kemanusiaan kita dalam menatap masa depan peradaban bangsa yang telah diperjuangkan para pahlawan di masa lalu.
23 Juni 1993
Info terakhir dari Kol Zulkifli Lubis
Bersama tokoh PRRI seperti Sjarifuddin Prawiranegara, Burhanuddin Harahap, dan Nasir, Kolonel Zulkifli Lubis menjalani karantina politik di Cipayung, Jawa Barat.
Pada masa tuanya, Zulkifli menekuni wirausaha. Kegiatannya sehari-hari adalah bangun pagi pukul tiga, lalu shalat Tahajud dan berzikir hingga shalat Subuh. Setelah itu ia gerak badan dan berlanjut ke gerak pernapasan dengan berzikir.
Bekas kolonel AD itu sedikit sekali meninggalkan jejak saat aksi PRRI. Mungkinkah karena ia perwira intelijen ya yang akrab dengan kemisteriusan? Entahlah. Pada 23 Juni 1993, putra Sumut ini wafat dengan tenang.
Meskipun pernah mewarnai pergolakan politik di Indonesia, Zulkifli Lubis diakui sebagai tokoh penting dalam sejarah kemerdekaan dan militer di tanah air. Buktinya, ia mendapat kehormatan dengan dimakamkan di TMP Dredet, Kabupaten Bogor.
(musprast web blog)
TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN HERRY TANOE DAN STAF TV YANG ATAS KESEDIANNYA UNTUK MENAYANGKAN FILM DOKUMENTER INI SEBAGAI LAMBANG PRBOWO VS JOKOWI,